Sarjana Sulit Cari Kerja

Sarjana Sulit Cari Kerja

Assalamu’alakum wr wb.

Bu Emmy yth., saya laki-laki (28 tahun) sudah selesai pendidikan S1 lima tahun yang lalu dan sampai sekarang belum bekerja. Saya malu pada kakak yang selama ini membiayai sekolah saya, Bu. Meski kakak tak pernah mempermasalahkan uang yang sudah dikeluarkan. Oh ya, saya adalah anak ke 4 dari 5 bersaudara. Adik saya malah sudah bekerja.

Kakak meminta saya mengikuti kursus, tapi saya menolak. Meski kakak ikhlas membantu. Saya tidak ingin menambah utang budi padanya. Kakak saya ini belum menikah di usianya yang ke 42 tahun. Saya ingin dia memikirkan dirinya sendiri, mencari jodoh. Yang membuat saya sedih, dia tak mau memikirkan jodoh. Dia hanya memikirkan adik-adiknya. Dia memang menjadi tulang punggung saya dan adik. Setiap bulan kakak memberi uang saku pada saya. Rasanya, saya jadi seperti pengemis. Uangnya saya gunakan untuk melamar pekerjaan, tapi sampai saat ini belum berhasil.

Sekarang saya tak bisa kemana-mana, karena mengurus keponakan, anak kakak yang lain umur 5 tahun. Mulai dari memandikan, menyuapi sampai antar-jemput sekolah. Saya ikhlas, Bu. Tapi, bagaimana jalan hidup saya nanti? Kini saya mulai resah dengan umur yang bertambah. Apa yang harus saya lakukan? Terima kasih atas jawabannya.

Wassalamu’alaikum wr wb.

S, di kota X

Wa’alaikumsalam wr wb.

S yang baik, ada beberapa motivasi orang menuntut ilmu. Ada yang ingin belajar dan ada yang hanya ingin sekolah. Mereka yang ingin belajar, akan memandang sekolah sebagai sarana untuk membuat dirinya makin mampu memperbaiki kualitas diri dengan mengasah fungsi kecerdasan dan ketrampilan sosialnya. Sehingga ia tidak hanya mampu mengembangkan pelajaran yang didapat, tapi juga kualitasnya sebagai manusia. Artinya, wawasan berpikirnya luas, logika berpikirnya baik, sistematika dan cara memecahkan masalah akan lebih tertata dari pada yang ingin sekolah.

Mereka yang Cuma ingin sekolah, biasanya yang mereka kejar adalah gelar. Dengan harapan gelarnya akan membawa kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan. Padahal, pada kenyataannya, maaf tidak ada sekolah yang bisa mempersiapkan anak didiknya untuk benar-benar siap bekerja.

Di sisi lain harus kita sadari, situasi di Indonesia, jumlah pencari pekerjaan lebih besar bila dibandingkan dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. Maka, tidak heran bila kemudian banyak sarjana yang menganggur. Pelan tapi pasti mereka jadi kehilangan kepercayaan diri akan kemampuan untuk mandiri karena terpaku pada kenyataan bahwa ia tidak memperolah pekerjaan dan karenanya ia tidak berharga sebagai manusia. Bila peluang pekerjaan tidak hanya ditentukan oleh kemampuan diri, maka sebaiknya jangan cepat-cepat memvonis diri bahwa kita tidak mampu, tidak berharga dan tidak layak untuk mewujudkan impian kita, ketika kita gagal. Terimalah ini sebagai kenyataan bahwa jumlah pencari kerja memang lebih banyak dibanding tersedianya lapangan pekerjaan.

Selanjutnya, apa gunanya bersaudara? Bukan hanya karena ada hubungan darah, bersaudara adalah seperti yang dilakukan oleh kakak, yaitu ketika ia mampu, ia mambantu yang kurang beruntung. Hidup itu bagai roda berputar, satu saat bisa jadi Andalah yang punya kekuatan untuk membantu kakak.

Yang juga perlu disadari adalah bahwa pekerjaan tak akan tersaji dihadapan kita tanpa kita mengupayakannya. Maka saran saya, lupakanlah sejenak keinginan bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan yang ada. Coba tanyakan pada diri apa yang sekarang ini bisa Anda kerjakan dan bisa Anda jual. Misalnya antar jemput keponakan, oke, tapi lakukan itu dengan cara merefleksikan taraf pendidikan yang pernah dialami. Mengatur rumah tangga? Oke, tapi kerjakan dengan lebih sistematis, karena dilakukan dengan efisien, membuat Anda tetap bisa memperkaya wawasan, dengan baca koran, mengikuti acara “talkshow” di TV dan sejenisnya. Ketika mengantar keponakan ke sekolah? Tak perlu menyendiri karena minder berada di antara ibu-ibu. Bila ada kesempatan mengekspresikan diri, tidak apa-apa, menggarisbawahi bahwa Anda bisa mendesain rumah atau bisa pelajaran-pelajaran matematika dan IPA.

Peluang selalu ada, tapi Anda tetap harus berada di antara banyak orang, bergaul, berinteraksi dan jangan Cuma bengong meratapi nasib. Inilah yang disebut kemampuan menjual diri. Tidak ada salahnya Anda mengambil kursus yang ditawarkan kakak. Tak perlu yang sesuai dengan jurusan. Yang penting bisa membuat peluang untuk bisa bekerja mandiri.

S yang baik, saya tidak bisa memberi pekerjaan pada Anda, tapi paling tidak membantu mengubah cara pandang Anda tentang apa yang disebut bekerja dan betapa perlunya untuk tidak terpaku pada pekerjaan yang sejalan dengan pendidikan, peluang yang akan terbuka insya Allah lebih besar. Bergaul dengan banyak orang dan jangan lupa menjual diri kemampuan di setiap kesempatan yang ada. Semoga ini akan membuat Anda bergairah lagi dalam menghadapi hidup ini. Semoga Allah memberi kemudahan pada Anda  Amiin.

Exit mobile version