Permasalahan yang banyak kita hadapi saat ini, memunculkan respon emosi yang dapat mengakibatkan stres. Stres adalah suatu perubahan kondisi seseorang saat dihadapkan pada suatu permasalahan, peluang atau tuntutan. Stres tidak selalu memiliki dampak yang buruk, ketika seseorang bisa memanfaatkan situasi atau peluang serta menghasilkan solusi dari permasalahan yang dihadapi. Namun, saat seseorang tidak bisa mengompensasi dengan cara yang tepat, stres dapat mempengaruhi perubahan perilaku, serta kesehatan seseorang. Stres yang terjadi dalam jangka waktu yang lama akan membuat seseorang mengalami depresi dan menyebabkan seseorang mudah sakit.
Stres disebabkan oleh berbagai hal antara lain permasalahan yang muncul dalam kehidupan sehari-hari. Pada saat seseorang mendapatkan tekanan di tempat kerja, orang akan mudah mengalami stres. Selain itu, paparan masalah di organisasi, lingkungan, serta faktor pribadi menjadi salah satu pemicu stres. Permasalahan pribadi seperti masalah keluarga, ekonomi, dan karakter menjadi pemicu stres yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Stres yang dialami seseorang dapat mempengaruhi perubahan perilaku, salah satunya perilaku makan. Perilaku makan yang muncul akibat suasana hati yang negatif akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Konsumsi makanan dengan jumlah dan jenis yang tidak tepat akan mempengaruhi kestabilan emosi. Pada saat seseorang memiliki suasana hati yang buruk, akan mempengaruhi pilihan makanan yang berdampak pada kondisi fisiologis. Adapun pemilihan makanan yang dikonsumsi akan menjadi salah satu faktor pemicu terjadinya stres dan suasana hati yang negatif pula.
Mengonsumsi makanan yang tepat merupakan salah satu cara untuk menstabilkan stres yang dialami seseorang. Makanan yang bersumber dari sesuatu yang halal dan mengandung nilai gizi sangat dibutuhkan dalam menjaga kestabilan emosi. Seperti yang tercantum dalam ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah” (Qs Al–Baqarah [2]: 172).
Ketika kondisi psikologis kita sedang memburuk, kecenderungan orang untuk mengonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak atau bahkan ada yang membatasi asupan makannya. Pada saat orang merasa lapar, kondisi psikologisnya mudah berubah. Namun, pada saat tubuh kita terisi dengan cukup makanan dan tidak berlebihan, seseorang akan merasa lebih tenang dan memiliki emosi yang stabil.
Makanan yang kita konsumsi terdapat beberapa jenis zat yang dapat membantu untuk menstabilkan emosi kita. Saat kita mengonsumsi makanan, karbohidrat akan dipecah menjadi gula sederhana. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan diserap di dalam usus dan diedarkan ke seluruh tubuh sehingga kadar glukosa darah di dalam tubuh menjadi normal kembali yang akan membuat emosi seseorang menjadi stabil. Selain itu, beberapa makanan yang kita konsumsi mengandung zat yang bersifat psikoaktif yang dapat menstimulus pengeluaran hormon bahagia sehingga dapat membantu menstabilkan emosi.
Salah satu contoh makanan yang mengandung zat psikoaktif adalah coklat. Coklat merupakan salah satu jenis makanan yang sangat disukai dan familiar bagi kita. Coklat memiliki sifat psikoaktif ringan yang dapat membantu menstabilkan kondisi psikologis karena memiliki kandungan kafein dan theobromin yang dapat meningkatkan kondisi mood dalam jangka waktu yang relatif singkat. Coklat yang dikonsumsi dapat merangsang pengeluaran hormon bahagia yaitu hormon endorphin sehingga dapat meningkatkan rasa bahagia serta dapat mengurangi kelelahan dan stres.
Selain asupan makanan, asupan cairan yang cukup menjadi sangat penting untuk menunjang kesehatan manusia dan kelangsungan hidup termasuk menjaga kestabilan kondisi psikologis. Cairan yang kita konsumsi seharusnya sesuai dengan kebutuhan keseharian kita untuk menunjang aktivitas yang dilakukan. Tubuh kita tidak bisa berfungsi optimal tanpa mengonsumsi cairan yang cukup. Kebutuhan cairan untuk orang dewasa rata-rata sekitar 10 gelas/hari yang setara dengan 2 liter/hari yang disesuaikan dengan kebutuhan seperti usia, jenis kelamin, aktivitas, iklim, dan suhu lingkungan. Saat seseorang kehilangan cairan, tubuh akan mengkompensasi dengan menyedikitkan pengeluaran urin, mempengaruhi kinerja otak serta terjadi penurunan konsentrasi dan perubahan mood. Perubahan emosi kita akan sangat berpengaruh terhadap kualitas performa dalam kehidupan kita sehari-hari.
Perubahan emosi dapat diatasi dengan mengonsumsi makanan dan minuman. Perlunya kita mengonsumsi makanan yang halal, bergizi dan tepat secara jenis serta jumlah agar terpenuhi kebutuhan tubuh serta menunjang kestabilan emosi kita. Seperti ayat di dalam Al-Qur’an, Surat Al-Maidah [5]: 88 yang artinya:“Dan makanlah makanan yang halal lagi baik (thayib) dari apa yang telah dirizkikan kepadamu dan bertaqwalah kepada Allah yang kamu beriman kepada-Nya.”
—————-
Yuni Afriani, SGz, MPH – Dosen Ilmu Gizi Unriyo, Sekretaris II PDNA Bantul