Assalamu’alaikum wr wb
Ibu Emmy yth., saya ibu rumah tangga (45 tahun) dengan 4 anak. Saya sudah 24 tahun membangun rumah tangga bersama suami yang kini 50 tahun. Suami punya usaha sendiri yang hasilnya lebih dari cukup untuk hidup kami. Anak kami yang pertama baru selesai kuliah dan yang bungsu masih kelas I SMP.
Yang menjadi masalah, suami punya hobi iseng dengan wanita lain di dunia maya. Saya sering buka ponselnya, jadi kalau ada SMS yang aneh, saya tanya ke suami, katanya itu hanya iseng, karena diapun belum pernah bertemu dengan wanita itu. Suami punya media sosial FB, Path, Instagram dan lain-lain. Saya juga diberi fasilitas yang sama oleh suami. Suami tidak pernah marah bila saya suka buka akunnya. Karena cuma iseng dan biasanya wanita itu berasal dari seberang pulau saya jadi tidak terlalu terganggu.
Tapi, akhir-akhir ini dia intens SMS dan BBM sama (sebut saja Y). Saya tidak terima, sebab jelas suami sudah jelas menulis statusnya sudah menikah dan menulis nama saya. Bahkan, banyak foto-foto keluarga yang diunggah di akunnya. Saat pertama chat, saya lihat ada fotonya yang tidak senonoh. Karena suami tidak ada, saya balas BBMnya, dan bilang kalau saya istrinya dan sangat malu melihat kelakuan teman suami yang tega mengkhianati. Y bilang khilaf dan minta maaf serta bersumpah tidak akan mengulanginya. Ternyata, ia masih memburu suami dengan ganti-ganti nomer. Belakangan ia minta dinikah siri. Padahal, Y sudah punya suami dan 2 anak. Gila ya, Bu? Kok ada wanita yang merendahkan dirinya sendiri. Saya bilang ke Y untuk segera sadar dan tidak menjadi wanita murahan. Saya juga katakan kalau suami Cuma iseng. Eh, dia malah minta saya untuk mengijinkan suami menikahinya. Saya marah, dan bilang ke suami tentang ini. Jawabnya.”Enak aja minta nikah siri. Emang kelebihan dia apa dibanding kamu.” Suami bilang kalau Y sering minta ketemu, suami jadi takut karena Y makin agresif. Sekarang semua nomer Y sudah diblokir suami.
Apa yang harus saya lakukan untuk suami yang suka iseng ini, Bu? Atas jawabannya saya ucapkan terima kasih, semoga Allah membalas lebaikan Ibu. Amiin.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Bu SR, somewhere.
Wa’alaikumsalam wr wb.
Bu SR yth., kok bisa ya, ibu tidak keberatan suami nyerempet bahaya dengan mengembangkan keisengan dengan perempuan lain di dunia maya. Dengan isi pembicaraan yang jauh dari serius dan bermutu. Coba pikir, kalau ada satu perempuan saja yang lebih nekat dari perempuan yang minta dinikah siri dan suami juga tertarik padanya. Bukankah Ibu juga ikut andil bila kemudian suami berpaling?
Ngeri, kan? Maka, saya menyarankan, ubahlah pola hubungan dengan suami. Bukan sekedar menjadi perempuan cemburuan, tapi menjadi seorang istri yang mengajak suami melangkah lebih jauh menuju kedewasaan. Ciri kedewasaan adalah berpikir ulang ketika akan melakukan sesuatu. Konsekuensinya pada perilaku, lebih banyak manfaat atau kesia-siaan saja. Makin matang akan makin berhati-hati. Beda dengan anak-anak yang bisa melakukan apa saja tanpa memikirkan dampak perilakunya pada orang lain.
Meski ia tidak sembunyi-sembunyi dan membiarkan Ibu membaca chat-nya, harusnya terbesit,”Apakah istriku nyaman dengan hobiku ini? Bila ada cinta pasti ada dorongan untuk membahagiakan pasangan. Bukan melakukan hal-hal yang berpotensi melukai hatinya. Karena cinta dan sakit hati berada pada dua kutub yang berbeda.
Cobalah, Ibu ciptakan aktivitas bersama suami dalam bentuk kegiatan yang lebih banyak manfaatnya. Kalau ini bernilai positif, maka insyaAllah ibu akan dimudahkan oleh Allah. Karena Ibu sedang membuka jalan menuju kebajikan. Rambu-rambunya jelas kok. Coba minta suami untuk bertanya pada diri sendiri. Yang pertama, “Apakah aku sadar mengapa aku melakukan ini?” karena kalau Cuma iseng dan kemudian banyak menyita waktu, berarti ia telah melakukan kesia-sian. Kedua, “Apakah dengan melakukan hal ini lalu membuat prioritas hidupku bergeser?” Banyak waktu terbuang akibat bersosialisasi di dunia maya ketimbang bermain bersama anak-anak misalnya. Kerja juga jadi tidak fokus karena ingat ada chat yang belum dijawab. Ketiga, “Apakah aku merasa tidak apa-apa, bila istriku aku perbolehkan melakukan hal yang persis sama aku lakukan?” mungkin suami akan berpikir, kalau aku tidak nyaman berarti selama ini aku telah membuat istri tidak nyaman. Dan akhirnya, apakah pertemuan di dunia maya yang tidak akan diteruskan sebagai perilaku nyata ini memperkaya khazanah batin?
Setiap jawaban “ya” sebaiknya akan meneguhkan niat untuk mengganti kegiatan iseng di dunia maya dengan melakukan hal yang lebih bisa diterima pasangan hidup. Pasti, lebih penting hal yang ada di dunia nyata, dunia tempat kita hidup yang sebenarnya. Oh ya, mulai ajak bapak untuk mengurangi kesenangannya bicara yang tidak bermanfaat. Semoga Allah memberi kekuatan pada Ibu untuk mengajak keluarga beraktivitas yang membawa manfaat bagi semua anggota keluarga. Amiin.