Assalamu’alaikum Wr. Wb.,
Perlu kami sampaikan bahwa, MI Muhammadiyah Treko kec. Mungkid kab. Magelang – Jawa Tengah yang terletak disebuah desa diujung selatan kab. Magelang berdiri sejak tahun 1999 , memiliki gedung sekolah yang tua dan amat sederhana, dengan jumlah total peserta didik kelas I s/d VI hanya sejumlah 25 anak serta tenaga pendidik guru honorer sebanyak 7 orang, dan terancam ditutup.
Mengingat jumlah peserta didik yang sedikit, maka aliran dana BOS dari pemerintah juga sedikit pula, itupun sering terjadi keterlambatan. Berbagai carapun kami lakukan untuk bisa membangkitkan denyut nadi sekolah kami. Diantaranya dengan pengadaan selepan padi keliling dan infaq pengajian bulanan Ranting Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah, tetapi hasilnya tetap belum cukup untuk membiayai seluruh biaya operasional sekolah per bulannya.
Rencana kami bersama Majelis Dikdasmen PCM Mungkid adalah membangun beberapa unit gedung yang representatif dan melengkapi sarana prasarana lainnya untuk bisa menjadi daya tarik mendapatkan peserta didik. Karena dengan bertambahnya peserta didik, akan berpengaruh besar bagi kelangsungan sekolah kami. Bersama dengan itu, kami sangat mengharap bantuan para pembaca yang budiman demi tetap berdiri kokoh amal usaha Muhammadiyah kita, melalui transfer di rekening BRI Mungkid Muntilan No : 6800-01-009630-53-7 a.n. MI Muhammadiyah Treko.
CP : Anik Wamro’ah, S.Pd ( 085 729 418 539 ) , Baynaka Afiyan, S.Pd.I ( 085 642 857 242 )
Nashrun Minallah Wa Fatkhun Qorieb
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kepala Madrasah,
Anik Wamro’ah, S.Pd
NBM : 1 097 568
MUHAMMADIYAH PERLU PELOPORI SEKOLAH AKHLAK
Assalamu’alaikum wr.wb.
Melihat polah tingkah manusia, remaja, muda, dewasa dan tua. Kaya miskin. Rakyat jelata atau pun pejabat negara. Kalangan yang tidak pernah sekolah{buta huruf] sampai yang bergelar profesor. Dari tukang sapu/kuli angkut hingga pengusaha. Dari kasta/status sosial terendah sampai kasta gedongan tidaklah lepas krisis mental. yang miskin, pendidikan rendah dan pengangguran sudah teramat banyak jadi maling ayam, motor, jadi copet/jambret dan begal.
Yang jadi pejabat juga maling uang rakyat. Menyalahgunakankan kewenangannya untuk mengeruk banyak uang. Yang jadi pedagang / pengusaha sering tidak jujur, elpiji dioplos, sapi digelonggong. Yang ulama/ustadz/kyai mencabuli santrinya dan bahkan koruptor. Padahal selain dikenal sebagai ulama, dia juga wakil raktat dan juga seorang pemimpin di daerahnya. Bobrok betul mental orang ini. Rumah, tanah, mobil tersebar di mana-mana, di sisi lain amat banyak orang yang kelaparan.
Yang jadi pertanyaan adalah dimana mental dan akhlaK saat melakukan kejahatan itu ditaruh? Terutama ulama yang tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang agama di atas rata-rata warganya. Mengapa dalamnya ilmu tidak berbanding lurus dengan sikap dan perbuatannya? Mengapa sholat dan ibadahnya tak bisa menahan perbuatan nista?
Oleh karenanya, dalam rangka memperbaiki bobroknya mental dan akhlaq manusia di republik ini, sudah waktunya muhammadiyah mendirikan sekolah/ universitas yang khusus didesain membentuk mental dan akhlaq manusia. Siapa tahu lulusan sekolah ini bisa melahirkan pemimpin seperti zaman nabi dahulu. Semoga!
Wa’alaikumsalam Wr. Wb.
SUHARDI,
Desa Margomulyo Rt 003/ 01, Kerek, Tuban 62356