Warsiti, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat, Ketua STKES Aisyiyah Yogyakarta
Bagaimanapun juga harus dipahami bahwa keluarga itu adalah tempat belajar pertama bagi anak. Sebagai tempat penanaman nilai-nilai, budaya, dan sebagainya seperti aturan-aturan. Semua itu berangkat dari keluarga. Bagi saya sendiri, keluarga akan menjadi sebuah pendorong bagi kita agar bisa beraktivitas di luar, untuk menunjukkan eksistensi diri kita. Dalam hal ini agar semuanya mampu berjalan beriringan, yaitu kita mampu berekspresi di luar rumah dan tetap mampu membangun keluarga sebagai kewajiban kita. Dan menurut hemat saya yang kita butuhkan adalah komitmen. Komitmen ini tidak bisa tiba-tiba muncul di tengah-tengah melakukan segala kegiatan, namun harus dimulai bahkan sebelum bisa memulai segala aktivitas saya di luar rumah, dan mengekspresikan diri. Melainkan, komitmen yang dibangun dengan pasangan itu dibangun sejak awal. Sehingga komitmen antara pasangan inilah yang nantinya akan kita jadikan pegangan ketika berkiprah di luar rumah. Termasuk ketika anak sudah lahir, tentunya kewajiban mendidik dan mengasuh anak bukan hanya menjadi tanggungan satu pihak saja seperti ibu atau ayah saja, namun keduanya harus berperan. Harus ada kesepakatan di antara ayah dan ibu. Apalagi kini dengan berkembangnya teknologi digital dan segala macamnya, harus ada pengawasan untuk anak mengenai penggunaan gadget dan segala perangkatnya. Mungkin berbeda ketika si anak masih balita, karena pengeruh yang akan diterimanya tentunya tidak sebesar ketika sudah usia SD dan selanjutnya. Selain itu pula, untuk mensiasati waktu aktivitas di luar yang juga adalah kebutuhan kita. Untuk mendidik anak di dalam keluarga yang juga penting adalah management waktu yang baik. Bagaimana seorang ibu, ayah serta anggota keluarga seperti kakak atau dan adik mampu membagi waktu untuk saling membantu tugas keluarga. Tentunya harus dibarengi dengan adanya komunikasi yang baik antara anggota keluarga satu dengan lainnya. Dalam management waktu sendiri, kita yang memiliki kewajiban dalam mendidik keluarga seharusnya bisa memaksimalkan waktu yang kita miliki ketika ada di kantor atau di luar rumah untuk benar-benar kita gunakan membereskan segala yang ada. Agar waktu kita ketika ada di tengah keluarga tidak berkurang. Jika memang terpaksa dibawa ke rumah, sebisa mungkin tidak mengganggu waktu yang sudah dialokasikan untuk berkumpul bersama keluarga. Selain itu, ketika sesekali ada urusan keluarga dan karir yang berbenturan, kita bisa menggunakan prinsip prioritas dalam memilih yang mana yang harus dilakukan terlebih dahulu. Sebenarnya, yang paling penting dari semua yang sudah saya katakan tadi adalah motivasi yang ada di dalam diri, apakah kita ingin berusaha untuk mengupayakan agar segalanya mampu berjalan beririgan sesuai porsinya, atau tidak. Karena Insya Allah, apapun yang kita lakukan di luar rumah adalah untuk keluarga dan masyarakat, jadi seharusnya tidak mengurangi porsi satu sama lainnya.