Ilmu Tanpa Amal

Ilmu Tanpa Amal

“Ilmu tanpa amal bagai pohon tak berbuah” (Pepatah Arab)

Mungkin pernah kita bertanya tanya dalam pikiran kita: buat apa ilmu jika tidak diamalkan? Sedangkan untuk mencarinya kita harus bersusah payah, menghabiskan banyak waktu dan materi, menghabiskan banyak tenaga dan pikiran, bahkan sampai kita harus berpisah dengan orangtua, dan sebagainya?

Di sinilah ujian penuntut atau orang yang berilmu dan memahami ilmu. Kemuliaan ilmu pada seseorang, bukan karena dia memiliki atau mengetahui banyak ilmu yang diturunkan Allah. Sekali lagi bukan. Kemuliaan ilmu seseorang hanya bagi mereka yang konsisten beramal sesuai dengan ilmu yang dipahami. Bagi pelanggar, justru dihinakan oleh ilmunya sendiri.

Untuk itulah pepatah Arab mengatakan bahwa, “Ilmu tanpa amal bagai pohon tak berbuah.” Artinya apa? Perumpamaan betapa tidak enak ketika menanam pohon yang diharap, ternyata tidak berbuah. Pohon yang kita sayangi dan cintai itu, sekadar memberikan harapan, sedangkan buahnya nihil.

Ilmu dan amal ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat terpisah satu sama lain. Syaikh Abdurrahman bin Qasim ra mengatakan, “Amal adalah buah dari ilmu. Ilmu itu ada dalam rangka mencapai sesuatu yang lainnya. Ilmu diibaratkan seperti sebuah pohon, sedangkan amalan adalah seperti buahnya. Maka setelah mengetahui ajaran agama Islam seseorang harus menyertainya dengan amalan. Sebab orang yang berilmu akan tetapi tidak beramal dengannya lebih jelek keadaannya daripada orang bodoh.”

Di dalam Hadits disebutkan, “Orang yang paling keras siksanya adalah seorang berilmu dan tidak diberi manfaat oleh Allah dengan sebab ilmunya.” Orang semacam inilah yang termasuk satu di antara tiga orang yang dijadikan sebagai bahan bakar pertama-tama nyala api neraka.

Hal ini bukan berlaku bagi para ulama saja, akan tetapi semua orang yang mengetahui suatu perkara agama, maka itu berarti telah tegak padanya hujjah. Apabila seseorang memperoleh suatu pelajaran dari sebuah pengajian, atau khutbah Jum’at yang di dalamnya dia mendapatkan peringatan dari suatu kemaksiatan yang dikerjakannya sehingga dia pun mengetahui bahwa kemaksiatan yang dilakukannya itu adalah haram, maka ini juga ilmu. Sehingga hujjah juga sudah tegak dengan apa yang didengarnya tersebut.

Dalam kehidupan sehari-hari terlalu banyak contoh yang mewakili contoh pohon yang tak menghasilkan buah. Ini dapat terjadi pada guru, pejabat, petani, nelayan, ulama, pedagang, dan siapa saja. Minimal. jika seseorang tidak melaksanakan ilmunya, jenis ilmu apapun yang semestinya mampu meninggikan derajat seseorang sebagaimana titah Allah, maka ia mirip dengan pohon yang tidak berbuah.
Aduhai sungguh rugi dan rugi mempunyai pohon jenis ini. Selain itu, kehinaan dan caci makilah yang diraihnya. Itu karena ilmu yang maslahat pasti disetujui semua orang. Ketika seseorang melanggar ilmu, langsung terdeteksi oleh si pelanggarnya sendiri, pada tahap awal. Tahap selanjutnya pasti berimbas kepada orang lain. Seorang guru yang tidak mengamalkan ilmunya yang telah diterangkan kepada siswanya, pasti dalam jiwanya terdapat kesadaran pengkhianatan.

Demi menghindari pohon yang tak berbuah, maka seseorang harus tegak dengan ilmunya, tegak dengan kebenaran dan kejujuran yang menjadi ruh kehidupan. Jangan pernah membayangkan meraih prestasi yang memuliakan, jika kita sendiri melanggar ilmu-ilmu yang selama ini kita ketahui. Hanya orang yang mengamalkan ilmulah nanti akan diberi ilmu lain. Sebaliknya, pelanggar ilmu membuahkan kehinaan, cemooh­an, dan caci maki. Oleh karena itu, semoga kita dilindungi Allah dari sifat berkhianat dalam ilmu.•

___________________
Muhammad H Bashori, praktisi falak sekaligus penulis buku.

Exit mobile version