Eskalasi konflik agama di Indonesia belum dikatakan besar, hanya kalau tidak diantisipasi secara progresif dan komprehensif maka konflik agama di negara ini akan terjadi lebih besar. Yang terjadi selama ini adalah konflik struktural karena kurang hadirnya pemerintah dalam mengatasi secara cepat. Terutama masalah ekonomi kerakyatan yang dapat memicu konflik sosial dan bisa merambat konflik agama.
Seperti yang sering terjadi di Papua (Tolikara dan Manokwari) sebenarnya bukan konflik agama, tetapi konflik sosial-ekonomi. Karena agama paling mudah dimanfaatkan sebagai ‘bensin’ konflik. Konflik biasa terjadi ketika ada Pilkada.
Sesungguhnya di Papua terjadi kecemburuan sosial antara penduduk asli dengan para pendatang yang memiliki ekonomi yang lebih maju. Di satu sisi ‘gula’ Otsus Papua tidak mampu dikelola sebesar-besarnya untuk kemakmuran masyarakat asli Papua.
Ada contoh toleransi yang baik yang perlu diangkat kembali di Papua, yaitu kedatangan agama Kristen atau masuknya Injil ke Papua yang dilakukan oleh zendling Ottow dan Geissler pada 5 Februari 1855, adalah seijin Sultan Tidore yang muslim dan kemudian diantar menggunakan perahu milik orang muslim. Sehingga bisa mendarat di Pulau Mansinam Manokwari. Sejarah ini yang tidak dipublikasi dan diangkat sebagai sejarah toleransi di Papua.
___________________
Dr Ir H Mulyadi Djaya, MSi, Ketua PWM Papua Barat