Bangsa kepulauan terbesar bernama Indonesia adalah bangsa yang telah mengalami proses sejarah panjang. Sebelumnya, Indonesia masih berupa kumpulan dari kerajaan-kerajaan dengan wilayah kekuasaan sendiri-sendiri. Sehingga, keberadaan Indonesia sebagai sebuah bangsa yang berdulat tidak lebih dari 70 tahun. Di usia yang semuda itu, peran aktif mahasiswa dan generasi masa depan untuk mengisi kemerdekaan mutlak dibutuhkan.
“Indonesia tidak jatuh dari langit. Tapi merupakan hasil perjuangan seluruh element bangsa. Karena bukan jatuh dari langit, maka Indonesia harus ditata menjadi lebih baik. Indonesia ada di tangan kita. Kalau kita bersatu, maka dapat dipastikan Indonesia akan menjadi negara maju.” Demikian dikatakan Prof. Dr. Tulus Wrsito, M.Si., Guru Besar Hubungan Internasional UMY, dalam Diskusi Publik DPD IMM DIY, dengan tema, “Resolusi Kebangsaan 2016”.
Kegiatan Diskusi Publik sendiri merupakan bagian dari pembukaan rangkaian agenda Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Daerah Istimewa Yogyakarta (DPD IMM DIY). Acara yang berlangsung seharian penuh itu dilaksanakan di Aula Gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Minggu (10/1/2015). Turut hadir dalam kegiatan itu para perwakilan Pimpinan Cabang IMM se-DIY dan tamu undangan lainnya.
Di bagian lain, Prof. Dr. Tulus Warsito juga menyatakan bahwa Indonesia hari ini mulai kehilangan rasa persatuan dan kesatuan sebagai sebuah bangsa. Menurutnya, seluruh element bangsa Indonesia harus bisa menyatakan visi demi membangun Indonesia yang berkemajuan. “Sampai-sampai saya pernah bermimpi, jika menjadi Presiden, maka saya akan mengundang Belanda kembali ke Indonesia, supaya bangsa Indonesia bisa bersatu padu untuk menghadapi Belanda,” kata pria yang juga menjadi Profesor tamu di Universiti Utara Malaysia dan beberapa kali menerima anugerah penghargaan dalam bidang seni rupa.
Dalam kesempatan yang sama, Drs. Sadar Narimo, yang mewakili DPRD DIY, juga menyatakan pendapat yang tidak jauh berbeda. Menurutnya, setiap kader Persyarikatan lahir dengan membawa identitas sebagai penjaga nilai-nilai moral. Republik ini membutuhkan kader-kader yang memiliki idealisme dan intelektualisme. Kedua unsur potensi itu ada pada diri kader-kader muda Muhammadiyah, terutama IMM sebagai representasi mahasiswa.
Sadar Narimo yang juga terlahir sebagai kader Muhammadiyah mengharapkan supaya kader Persyarikatan tetap mempertahankan sikap idealismenya dan mau peduli dengan keadaan yang ada. Dikatakannya, “IMM adalah kader terdidik. Sehingga dalam kesehariannya dan dalam kiprah apapun yang ditekuninya, ia akan menunjukkan sikap sebagai seorang yang bijak. Terlebih jika ia terjun dalam ranah politik, maka kader IMM dan kader Muhammadiyah adalah sosok-sosok yang berpolitik dengan mengedepankan akhlakul karimah.” (Ridha)