Pimpinan Pusat Muhammadiyah bersama Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah beraudiensi dengan Wakil Presiden Negara RI Dr (HC) Muhammad Jusuf Kalla, Selasa 24 November lalu, di Kantor Wakil Presiden. Kunjungan ke Wapres langsung dipimpin Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr H Haedar Nashir Msi.
Selain Ketua Umum, hadir pada kesempatan tersebut Ketua PP Muhammadiyah Prof Dr Yunahar Ilyas, Dr HM Busyra Muqaddas MHum, Dr H Anwar Abbas MA, Drs H Dahlan Rais, MHum, dr H Agus Taufiqurrahman dan juga Dra Hj Siti Noordjanah Djohantini, MM, MSi yang juga Ketua Umum Aisyiyah. Sekretaris Umum Dr H Abdul Mu’ti MEd, Sekretaris Dr H Agung Danarta MAg, Bendahara Umum Prof Dr H Suyatno, bendahara Drs H Marpuji Ali MA, Ketua PP Aisyiyah Dra Hj Shoimah Kastolani, Sekretaris Umum Aisyiyah Dra Hj Diah Nuarini.
Kunjungan ke Wapres , menurut Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Dr H Abdul Mu’ti. pertama memperkenalkan anggota PP periode 2015-2020, mengucapkan terimakasih atas dukungan dan kehadiran Wapres di Muktamar dan menyampaikan hasil-hasil Muktamar. Kedua, menjelaskan prioritas program terutama peningkatan daya saing umat dalam bidang ekonomi dan pendidikan.
Dalam kesempatan tersebut, Haedar Nashir selain melaporkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-47 yang diselenggarakan di Makassar pada bulan Agustus 2015, juga menyampaikan agenda strategis Muhammadiyah yang dalam konteks dakwah menegaskan sebagai gerakan Islam yang berkemajuan dengan mengembangkan toleransi, jalan tengah dan juga anti kekerasan, anti radikalisme. Lebih lanjut Haedar menyatakan bahwa ketika umat Islam yang mayoritas di negeri ini mampu menampilkan Islam yang moderat, maka Insya Allah Islam Indonesia dan Indonesia sendiri menjadi rujukan dunia, menjadi role model untuk dunia Islam bahwa inilah negeri muslim terbesar yang demoktaris, dan memberi jalan kemajuan untuk dunia Islam dan lingkup global Nashir juga menyampaikan proses akselerasi gerakan Muhammadiyah yang meningkatkan daya saing umat dan rakyat ditengah ketertinggalan. ”Kita masih lemah ekonomi dan berbagai aspek penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka kita harus memacu daya saing umat,” ungkapnya.
Terkait dengan harapan Islam Indonesia untuk menjadi rujukan dunia, menjadi role model untuk dunia islam, Wapres menyatakan bahwa Indonesia mempunyai beban berat sebenarnya, namun beban yang baik. Salah satu beban yang baik ialah di antara semua negara Islam, banyak yang ingin mencontoh Indonesia sebagai negara Islam yang toleran. “Memang, ini yang harus kita pertahankan,” tegas Wapres.
Lebih lanjut Wapres menyatakan bahwa di lain pihak, yang harus dipertahankan yaitu negara dan juga pemahaman serta dan kemampuan kita. Kalau melihat negara-negara Islam di dunia, sungguh sedih melihat keadaan ini pada saat kita memperingati hijriah, bagaimana Rasullullah hijrah ke Madinah, tapi yang kita lihat orang Islam hijrah dari Irak, Syria ke Eropa dengan segala pengorbananya. Jaman Rosullulah mungkin hanya 500-an, ini jutaan. ”Semua negara Islam, yang stabil cuma satu negara, ngga ada di tempat lain,” imbuhnya.
Berbicara tentang peningkatan daya saing umat dan rakyat, Wapres sangat mendukung program tersebut karena Indonesia mempunyai potensi yang besar dengan sumber daya alamnya sangat kaya, maka harus di tingkatkan daya saing umat, sehingga Indonesia menjadi bangsa yang prima, bangsa yang unggul dan bangsa yang berkemajuan.• (eff)