Menanggapi persoalan kemanusiaan di berbagai belahan dunia yang kian memasuki masa krisis, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) angkat isu ekstrimitas kekerasan atas nama agama, krisis pengungsian dan migran, serta penanggulangan bencana yang terangkum dalam acara konsultasi internasional untuk aksi kemanusiaan lintas-agama. Acara ini dihelat pada tanggal 12-14 Januari 2016 di Hotel Atlet Century, Jakarta.
MDMC menggandeng beberapa pihak yaitu Religions for Peace (RfP) New York, Centre for Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC) untuk bekerjasama dalam menyukseskan acara ini.
Din Syamsuddin selaku Ketua Pengarah Panitia juga mengatakan bahwa masalah kemanusiaan yang dihadapi oleh beberapa Negara di dunia telah memasuki masa krisis. Oleh karena itu, melalui forum ini, harapannya akan mengawali dalam menyelesaikan beberapa permasalahan tersebut. Khusususnya, sebagai upaya penekan kepada pemerintah masing-masing delegasi Negara yang hadir agar mampu menyelesaikan perihal pengungsi dan migran yang kemunginan akan semakin menjadi di kemudian hari.
“Masalah pengungsi dan migran sudah sampai derajat krisis. permasalahan yang muncul bukan hanya dari pihak pengungsi dan migrant, namun juga di tanah kelahiran maupun tanah yang mereka harapkan,” ungkap Din.
Din sendiri menegaskan bahwa dibutuhkan penyelesaian tuntas hingga ke akar masalah terkait isu ini. Bila perlu, pemerintah akan didesak untuk menerima para pengungsi dengan memberikan penanganan tertentu untuk sementara waktu.
“Kami lebih ingin penyelesaian hingga ke akar masalah, Selain itu, kami berupaya mendesak pemerintah agar menerima mereka dan bila perlu ditangani sementara dengan pola tertentu,” tegasnya.
Selain sejumlah isu di atas, dalam acara yang dihadiri oleh beberapa tokoh dunia, perwakilan pemerintah, lembaga-lembaga masyarakat sipil internasional, dan lembaga-lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa, juga akan menyinggung beberapa hal terkait dengan pembahasan dalam World Humanitarian Summit. Empat tema kunci yang ada dalam World Humanitarian Summit PBB, yaitu efektivitas kemanusiaan, pengurangan kerentanan dan manajemen resiko, transformasi melalui inovasi, dan melayani warga dalam konflik.
“Forum ini akan menjadi pengawal dari terjalinnya kerjasama efektif antar aktor dan pemangku kepentingan yang berafiliasi pada organisasi-organisasi berbasis agama dengan para aktor lembaga non-agama,” tandas Din. (thari)