• Tentang SM
  • Disclaimer
  • Redaksi
  • Media Siber
  • Term & Condition
  • Privacy Policy
  • Hubungi Kami
Rabu, Desember 17, 2025
Suara Muhammadiyah
No Result
View All Result
  • Login
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora
No Result
View All Result
suaramuhammadiyah
No Result
View All Result

Djamiat Dalhar Pemain dan Pelatih Bola yang Disegani

Suara Muhammadiyah by Suara Muhammadiyah
14 Februari, 2020
in Wawasan
Reading Time: 2 mins read
A A
0
Djamiat Dalhar Pemain dan Pelatih Bola yang Disegani
Share

Dua nama orang yang saat ini dipakai nama Piala Kejuaraan Sepakbola Nasional, pertama Piala Suratin dan kedua Piala Djamiat Dalhar. Orang pertama adalah pendiri dan Ketua PSSI yang pertama, orang kedua adalah pemain dan pelatih bola yang disegani di Indonesia. Kedua-nya mengawali aktif di persepakbolaan lewat Persatuan Sepakbola Hizbul Wathan (PS HW) Yogyakarta.

Muhammad Djamiat Dalhar (lahir di Yogyakarta, 25 November 1927 –meninggal di Jakarta, 23 Maret 1979 pada umur 51 tahun; lebih dikenal dengan nama Djamiat Dalhar) adalah seorang mantan pemain sepak bola nasional dan juga pelatih timnas Indonesia. Berasal dari keluarga guru sekolah Muhammadiyah. Ayahnya, Dalhar, adalah pemain sepak bola yang andal di kota kelahirannya, di samping tokoh Muhammadiyah.

Baca Juga

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya diabadikan dalam beberapa turnamen pelajar (remaja-taruna) era 1980-1990-an. Tim Jawa Tengah misalnya yang berhasil menjuarai Kejurnas Pelajar 1980 setelah mengalahkan DI Aceh 3-1 di Stadion Utama, Senayan, Jakarta Pusat. Begitupun Tim Jawa Barat (Persib U-14) yang berhasil menjuarai Piala Nike-Djamiat Dalhar 1997 setelah mengalahkan Sumatera Utara 3-2 melalui adu tendangan penalti di Stadion Kuningan, Jakarta Selatan.

Djamiat Dalhar mulai bermain sepak bola ketika kanak-kanak, di alun-alun sekitar masjid Agung Yogyakarta. Setelah melalui masa kanak-kanaknya, bermain dengan kaki ayam, ia bergabung dengan klub HW (Hizbul Wathan) Yogya, di mana ayahnya bermain sebagai kiri dalam. Posisi itu pula yang kemudian ditempati Djamiat, termasuk ketika memperkuat tim PSSI.

Di tim nasional, Djamiat sering bermain dengan Ramang (pemain bola asal Makassar). Berkat prestasi Ramang cs, Indonesia masuk dalam hitungan kekuatan bola di Asia. Satu demi satu kesebelasan Eropa mencoba kekuatan PSSI. Mulai dari Yugoslavia yang gawangnya dijaga Beara (salah satu kiper terbaik dunia waktu itu), klub Stade de Reims dengan si kaki emas Raymond Kopa, kesebelasan Rusia dengan kiper top dunia Lev Jashin, klub Locomotive dengan penembak maut Bubukin, sampai Grasshopers dengan Roger Vollentein.

“Tapi itu bukan prestasi saya saja, melainkan kerjasama dengan kawan-kawan,” ujar Ramang merendah, sembari menyebut nama temannya satu per satu, mulai dari Maulwi Saelan, Rasjid, Chaeruddin, Ramlan, Sidhi, Tan Liong Houw, Aang Witarsa, Thio Him Tjiang, Danu, Phoa Sian Liong dan Djamiat. Maulwi Saelan sendiri yang menjadi kiper mengatakan, gol Ramang banyak diumpan oleh Djamiat.

Sedangkan sebagai pelatih Djamiat pernah teruji ketika melawan Tim Kesebelasan Uruguay. Tanggal 19 april 1974, hari pertandingan tiba, timnas Uruguay yang datang dengan kekuatan terbaik masuk ke lapangan, diiringi sorak sorai sekitar 80.000 penonton yang memenuhi Senayan. Uruguay memulai pertandingan dengan santai, seakan ingin menjajaki dulu kekuatan Indonesia, entah meremehkan, namun aksi overlapping Anwar Ujang (PSMS Medan), Sutan Harhara (Persija Jakarta), dan bahkan Nobon (PSMS Medan) dari belakang mengejutkan pertahanan Los Celeste.

Djamiat Dalhar Dok SM
Djamiat Dalhar Dok SM

Seperti tersentak oleh kemampuan pemain-pemain Indonesia, Uruguay pun mulai bermain kesetanan, berulang kali pemain mereka mengobrak-abrik pertahanan “Pasukan Garuda”, namun aksi-aksi brilian defender-defender Indonesia meredam serangan los celeste serta aksi-aksi heroik Ronny Paslah (Persija Jakarta) di bawah mistar Indonesia membuat “delanteros-delanteros” Uruguay frustasi dan mati kutu. akhirnya setelah 90 menit pertandingan skor di Senayan 2-1 untuk Indonesia.

Rasa malu kubu Uruguay terbukti saat pimpinan rombongan dan manajer tim Uruguay serta pelatih kepala tim Uruguay Roberto Porta meminta pertandingan ulang, meskipun itu tidak ada dijadwal. PSSI menyetujui keinginan kubu uruguay ini, tepatnya 2 hari kemudian 21 April 1974, Uruguay kembali menantang Indonesia di Senayan, dengan perjuangan berat, akhirnya Uruguay mampu melakukan revans atas Indonesia 3-2.• (eff)

Artikel ini pernah dimuat di Majalah SM Edisi 15 Tahun 2015

Tags: budayamuhammadiyahMutiara tokohwawasan
Suara Muhammadiyah

Suara Muhammadiyah

Related Posts

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah
Berita

Deni Asy’ari Tekankan Relevansinya Mengonsolidasikan Gerakan Ekonomi Berjamaah

28 September, 2024
Prof Dr Abdul Mu'ti
Berita

Muhammadiyah Kritik DPR Langgar Keputusan MK

22 Agustus, 2024
Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah
Berita

Tingkatkan Taraf Hidup Rakyat, Muhammadiyah MoU dengan BCA Syariah

2 Juli, 2024
Next Post

Prof Dr HM Din Syamsuddin, MA: Muhammadiyah Ikut Mendamaikan Konflik Internasional

Please login to join discussion
  • Kotak Pos
  • Privacy Policy
  • Disclaimer
  • Pedoman Media

© SM 2021

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Khazanah
  • Hadlarah
  • Khutbah
  • Tanya Jawab Agama
  • Wawasan
  • Humaniora

© SM 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In