Makassar – Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla meresmikan masjid “Athirah”, yang berada dalam kompleks Pondok Pesantren Ummul Mukminin ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 17, Kelurahan Pai, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Sabtu (16/1). Kegiatan peresmian ini juga dihadiri oleh Gubernur Provinsi Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Pangdam VII Wirabuana Mayjen TNI Agus Surya Bakti, Walikota Makassar Danny Pomanto, Ketua PW Muhammadiyah Sulsel Prof. Dr. H. Ambo Asse, dan segenap keluarga besar ‘Aisyiyah Sulawesi Selatan.
Dalam sambutannya, Jusuf Kalla menyampaikan rasa terima kasih karena masjid tersebut menggunakan nama Ibunya, Athirah.
“Athirah artinya keharuman. Mudah-mudahan masjid ini dapat memberikan manfaat dan keharuman bagi kita semua. Semoga kita diberikan taufik dan hidayah-Nya agar mampu melanjutkan apa yang telah dirintis para pendahulu,” harapnya.
Masjid, lanjut Jusuf Kalla, adalah sentral aktivitas pesantren. Dengan peresmian masjid tersebut, Jusuf Kalla mengajak segenap santriwati Ummul Mukminin untuk meningkatkan amai ibadah.
“Kami doakan agar nanda yang menimba ilmu di pesantren ini senantiasa meningkat keimanannya, pengetahuannya, dan memiliki akhlak yang baik,” pungkas Jusuf Kalla memberi nasehat.
Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan Masjid, Hj. Wafiyah Malik menguraikan beberapa pihak yang memberikan sumbangsih, hingga masjid Athirah dapat berdiri dengan indah dan kokoh seperti saat ini. “Keluarga besar Hj. Athirah Kalla, dan Keluarga Besar Hj. Nurhayati Yasin Limpo memegang peranan besar dalam membantu pengembangan pesantren, termasuk perampungan masjid ini,” jelasnya.
Hj. Wafiyah juga menguraikan tiga tahap pembangunan yang telah dilalui Masjid “Athirah”. Tahap pertama, tahun 1987, dimana pesantren masih dipimpin oleh Dra. Hj. Ramlah Azis. “Awalnya pesantren dibuka dengan 17 orang santri, lalu berkembang hingga 80 orang. Panitia pembangunan mushollah kala itu dipimpin oleh keluarga Hj. Athirah, yang dikelola oleh Dr. Saman Kalla dan Hj. Ramlah Aksa,” terang Wafiyah.
“Tahap kedua, tahun 1988-2001. Pada periode ini jumlah santri telah berkembang dari 200 sampai 600 orang santri. Pesantren saat itu masih dipimpin KH. Malik Ibrahim, mushollah diperbesar menjadi masjid, meski masih dengan bangunan semi permanen,” tambahnya.
Tahap Ketiga, lanjut Wafiyah, tahun 2001-sekarang. Santriwati pesantren ini pada masa tersebut semakin bertambah, dari 800 hingga 1.200 orang. “Tahun 2004, pak SBY dan Pak Jusuf Kalla sempat berkunjung. Oleh karena itu, kami mohon kesediaan, Alhamdulillah hari ini, masjid ini kini dapat diresmikan oleh Pak Jusuf Kalla.
Ditemui usai peresmian masjid Athirah, Ketua PW ‘Aisyiyah Sulsel, Nurhayati Azis menjelaskan bahwa masjid tersebut diberi nama “Athirah” untuk mengenang sumbangsih Hj. Athirah Kalla, Ibu Jusuf Kalla, dalam pendirian pesantren milik PW ‘Aisyiyah Sulsel ini. Athirah Kalla mewakafkan tanahnya untuk pembangunan pesantren tersebut. Penyerahan tanah wakaf itu dilakukannya di hadapan peserta Rapat Kerja Pimpinan (Rekerpim) II ‘Aisyiyah Sulselra tahun 1981, setahun sebelum istri H. Kalla ini meninggal dunia.
“Pesantren ini didirikan di atas tanah wakaf dari Ibu Hj. Athirah Kalla. Belum lagi sumbangsih yang sangat besar yang telah diberikan oleh beliau dan keluarga besarnya dalam proses pembangunan pesantren hingga saat ini. Termasuk wakaf tanah pendirian Rusunawa, juga merupakan bantuan dari Pak Jusuf Kalla, Ibu Hj. Ramlah Aksa, dan Ibu Fatimah Kalla,” ungkap Nurhayati.
Oleh karena itu, lanjut Nurhayati, ‘Aisyiyah menganggap penting mengabadikan nama Hj. Athirah sebagai nama masjid pesantren tersebut.
“Kami ingin agar generasi mendatang bisa selalu mengingat jasa dari Ibu Hj. Athirah. Kedermawanan, kesederhanaan, dan keikhlasan beliau patut menjadi teladan bagi kita semua,” tandas Ketua Badan Pembina Harian (BPH) Ponpes Ummul Mukminin ini. (kth)