Kontekstualisasi Doktrin ‘Amar ma’ruf nahi munkar’

Kontekstualisasi Doktrin ‘Amar ma’ruf nahi munkar’

Memasuki abad ke-2 Muhammadiyah, Majelis Pendidikan Kader awali untuk ulas pemikiran dari tokoh-tokoh Muhammadiyah. Salah satunya adalah pemikiran Prof Amien Rais terkait dengan perlunya kontekstualisasi doktrin ‘Amar ma’ruf nahi munkar’ dengan fokus ‘Al-Amru bil ‘adli wa an-nahyu ‘anil dhulmi’ yang telah disampaikan pada pembukaan Muktamar 47 di Makassar tahun 2015 lalu.

Taufiqurrahman, PhD  mencoba menerjemahkan pemikiran tersebut dalam forum Diskusi Perkaderan dan Kajian Keislaman dengan tema Paradigma Gerakan Baru Muhammadiyah. Dalam hal ini, Taufiqurrahman juga menekankan bahwa salah satu prinsip dari gerakan Muhammadiyah yang harus terus dipelihara dan dikembangkan oleh para kader Muhammadiyah adalah semangat kepeloporan.

“Prof Amien sering mengemukakan bahwa prinsip dalam gerakan Muhammadiyah yang harus selalu kita pelihara, adalah semangat kepeloporan atau pioneering spirit yang sudah dirintis oleh Kiai Dahlan dan tokoh-tokoh pendahulu,” ungkap Taufiq.

Konsep ‘Amar ma’ruf nahi munkar’ seperti halnya yang sudah melekat dalam jiwa persyarikatan, memiliki cakupan yang sangat luas. Yang mana juga digunakan untuk melandasi gerak sebagian besar organisasi-organisasi Islam. Begitu juga yang ada dalam interpretasi ajaran jihad, konsep ini juga mengalami politisasi dalam interpretasinya sepanjang sejarah peradaban Islam.

“Berbagai interpretasi di kalangan non-muslim terhadap konsep ini seringkali memuncukan persepsi yang diasosiasikan dengan tindakan-tindakan reaktif serta kekerasan yang mengatasnamakan agama. Hal ini pun semakin didukung dengan keberadaan media,” paparnya

Taufiqurrahman melanjutkan bahwa Prof Amien pun mempertegas, memperluas, dan merevitalisasi semangat doktrin ‘Amar ma’ruf nahi munkar’ dengan ‘Al-Amru bil ‘adli wa an-nahyu ‘anil dhulmi’ untuk mempertajam gerakan dakwah Muhammadiyah. Konsep ‘Al-Amru bil ‘adli wa an-nahyu ‘anil dhulmi’ sendiri menjadi lebih relevan untuk memberikan respon kepada situasi ketidak adilan serta kedhaliman yang terjadi di negeri ini.

“Jihad Konstitusi menjadi salah satu best practice dari implementasi semangat ‘Al-Amru bil ‘adli wa an-nahyu ‘anil dhulmi’, dalam jihad konstutusi ini kemudian bagaimana menggunakan doktrin agama yang sering dikaitkan dengan perlawanan fisik kemudian dijadikan landasan perjuangan dalam melawan konstitusi yang merugikan masyarakat. Best practice ini juga kemudian diimplentasikan dalam spirit Al-Maun yang digerakkan oleh MPM,” lanjutnya.

Setelah menelaah mengenai bagaimana spirit ‘Al-Amru bil ‘adli wa an-nahyu ‘anil dhulmi’ memperjelas landasan gerakan ‘Amar ma’ruf nahi munkar’, Taufiqurrahman juga menegaskan bahwa tugas kader-kader Muhammadiyah adalah menerjemahkan gagasan-gagasan ini dalam gerak kongkrit dan sistemastis sebagai bukti dari tajdid Muhammadiyah di abad ke-2.

“Kader Muhammadiyah memegang peranan penting untuk memformulasikan gagasan ini menjadi gerakan konkrit. Selain itu, sinergitas antar majelis, lembaga dan ortom dalam persyarikatan pula menjadi salah satu kunci dalam keberhasilan implementasi gagasan-gagasan tersebut,” tegasnya. (Thari)

Exit mobile version