Yogyakarta — Masih diingat semangat para Saudagar Muhamamdiyah saat acara temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) di Surabaya, di penghujung tahun lalu. Bagi para saudagar Muhammadiyah dengan terbentuknya JSM ini, memberikan peluang bagi masing-masing saudagar untuk saling bersinergi dengan AUM dan warga Muhammadiyah. Terlihat semangat dari tiap-tiap daerah bahkan cabang untuk membentuk JSM. Ini terbukti Yogyakarta akan menjadi tuan rumah Temu Jaringan Saudagar Se-Indonesia pada tahun 2016 ini.
Beberapa pekan lalu, PWM DIY dan PWA DIY gelar acara Temu Jaringan Saudagar Muhamamdiyah (JSM) Jogja, yang bertema Motivasi Bisnis ” Bersinergi Raih Keberkahan” di Aula PWM DIY, pada Rabu, 13 Januari 2016. Acara tersebut dihadiri oleh para saudagar asal jogja Ketua PWM DIY Gita Danupranata, Ahmad Syauqi Suratno selaku Wakil Bendahara BPH UMY, dan Latifah Iskandar Ketua PP Aisyiyah.
Dalam sambutan Gita Danupranata, menyampaikan bahwa saat ini, PWM sedang merintis untuk pengembangan potensi ekonomi dalam rangka melanjutkan pengembangan potensi yang sudah dirintis oleh para pendahulu.
“Salah satunya, ada BDW yang dirintis oleh Bapak Iskandar, saat ini sudah memiliki dua cabang yakni Bantul dan Kota Yogyakarta, dan sudah menembus aset 70 milyar. Ini sudah bersinergi dengan Amal Usaha Muhammadiyah, kalau dulu masih mengandalkan dana pemegang saham dan dana pihak ketiga nasabah, sekarang sudah bersinergi dan sudah mulai di back up oleh Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Asal ada AUM ingin pembiayaan dan sesuai dengan syarat maka dapat segera diproses untuk selanjutnya. Itu artinya upaya-upaya untuk bersinergi sudah tampak”, tambahnya.
Potensi-potensi lainnya dijabarkan oleh Gita yakni, penyedia tenaga kerja outsourcing yang juga sangat bersinergi.
“Dengan tenaga kerjanya adalah angkatan muda Muhammadiyah setidak-tidaknya aktivis masjid yang bekerja di AUM. Hal tersebut sudah bersinergi dan luar biasa ketika sekilas melihat laporan keuangannya benar-benar menggembirakan dari keuntungannya,” lanjut Gita.
Selain itu, banyak potensi-potensi yang perlu disinergikan dengan para praktisi, bagaimana bisa mem-back up langkah dakwah. Karena terdapat banyak potensi yang terpendam, yang mana menjadi tantangan AUM untuk memanfaatkan potensi yang ada untuk saling bersinergi. .
“Saat ini, setiap kegiatan persyarikatan itu penompangnya adalah AUM pendidikan, sehingga diharapkan bukan hanya dari AUM pendidikan tetapi dari sinergi peserta Forum Saudagar. Kita bisa memanfaatkan aset-aset Muhamamdiyah seperti tanah-tanah yang bertahun-tahun tidak digunakan, sehingga bisa mendapatkan hasil dan membuktikan dengan bisa berpartisipasi untuk langkah dakwah”
Hal lainnya disampaikan oleh Ahmad Syauqi Suratno, bahwa semangat terkait Jogja yang akan menjadi tuan rumah JSM 2016 sudah terasa. Pasalnya, semenjak terselenggaranya JSM di Surabaya tahun lalu, gairah di daerah bahkan di cabang mulai terasa.
“Bahkan, ada gagasan agenda JSM yang tadinya akan dilaksanakan akhir tahun, akan dimajukan sebelum Ramadhan. Namun ini harus dibicarakan terlebih dahulu. Tidak ada yang tidak mungkin dalam bisnis kalau mantap ingin jadi pengusaha, bismillah dan fokus,” tukas Syauqi.
Syauqi juga turut memberikan masukan terkait dengan peluang ke depan bagi peserta Forum Saudagar. “Dalam membangun JSM se-DIY, sebagai tempat lahirnya Muhammadiyah, jejak-jejak ekonomi sudah ada. Kalau digali betul sebetulnya jejak tersebut masih ada. Saya tawarkan untuk membuat bisnis Travel Agent untuk membawa kembali jejak berdirinya Muhammadiyah, seperti keberadaan Kampung Kauman dan Kampung Kota Gede.”
Syauqi pun menjelaskan perbedaan JSM dan MEK, bahwa perbedaannya adalah MEK diibaratkan sebagai Kementerian Koordinasi Bidang Ekonomi milik negara yang mengatur tata niaga. Sedangkan JSM sendiri adalah bagaikan KADIN yang melaksanakan tugas serta fungsinya.
“Ibaratnya, negara tidak mungkin menjalankan aktivitas perekonomiannya sendiri. Negara harus hadir setiap saat tetapi tidak harus hadir dengan segala peran, dalam konteks itu maka ada KADIN. Begitu juga dengan Muhammadiyah, banyak AUM kalau jalan sendirian maka tidak mungkin akan maksimal. Kecuali mengajak warganya sendiri yang bergelut di bidang ekonomi yang disebut saudagar,” jelasnya.
Latifah Iskandar, Ketua PP Aisyiyah, menekankan bahwa dengan keberadaan MEA tantangan akan semakin kompleks. Wanita terbukti mampu menjadi salah satu elemen yang menopang perekonomian Indonesia. Secara konkrit PP Aisyiyah telah menjalankan Program Sekolah Wirausaha Aisyiyah (SWA) yang telah diikuti oleh mereka yang berasal dari berbagai kalangan.
“Saat ini, usaha tidak boleh asal harus belajar. Jadi, UMKM 80% adalah perempuan dan sudah terbukti mampu menompang ekonomi Indonesia saat kritis. Dari jumlah entrepreneur-nya, posisi Indonesia berada di 1,6 persen dan masih jauh dibawah Thailand yang ada di 3% , Malaysia 4%, Singapura 7%, serta Amerika Serikat 12%. Mari kita tumbuhkan semangat wirausaha memasuki MEA ini,” tegas Latifah.
Selain menyinggung permasalahan MEA, Latifah menandaskan bahwa sosok Rasulullah sebagai Saudagar dalam pendidikan di Muhamamdiyah perlu dijadikan teladan. Hingga kini, dalam pendidikan Muhammadiyah mesih berhenti pada sifat jujur dan amanah.
“TK Aisyiyah sudah harus mulai mewujudkan sosok entrepreneur dengan mencontoh Rasulullah. Selain itu, dari semua pelatihan enterpreneurship yang diselenggarakan PP Aisyiyah sebagian besar pesertanya itu adalah guru. Dari sini kita dapat melihat bahwa kader ekonominya kurang, ini adalah PR kita semua. Bagaimana membangun JSM yang tidak hanya mengurusi usahanya saja tetapi juga mengurusi persyarikatan,” tandasnya. (nisa)