Setelah lama menunggu, akhirnya mulai tampak geliat saudagar Muhammadiyah. Warga Persyarikatan patut bergembira. Geliat saudagar Muhammadiyah layak diapresiasi dan didukung.
Geliat ini sangat relevan di tengah tantangan ekonomi nasional dan regional yang demikian ketat dengan mulai berlangsungnya MEA (Masyarakat Ekonomi Asia), ditambah lagi dengan keterpurukan ekonomi umat Islam. Perhelatan Temu Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM) di Surabaya pada 11-13 Desember 2015 sangat diharapkan aksi lanjutannya. Harapan Persyarikatan dan warga sangat besar. Untuk menguatkan sektor ekonomi Persyarikatan.
Geliat ini diharapkan tidak berumur jagung. Hanya seremonial. Semua selesai bersamaan dengan ditutupnya acara. Tidak juga bernasib sama dengan dua pertemuan sebelumnya di Makassar dan Jakarta pada periode lalu.
Menurut Dr H Anwar Abbas, MM, MAg, membangun jaringan saudagar Muhammadiyah sangat penting. Dan ini sudah lama terlupakan oleh Persyarikatan. Padahal, menurutnya, dari sisi ekonomi, “Ini akan memajukan ekonomi organisasi, pimpinan, warga, umat, dan bangsa.” Bahwa sektor ekonomi ini bukan melulu untuk saudagar, tetapi diharapkan akan berimbas pada ekonomi Persyarikatan, pimpinan, warga, bahkan umat, dan bangsa.
Dalam usianya yang sudah seabad lebih, Muhammadiyah makin berjaya di bidang pendidikan dan kesehatan, maka sudah saatnya Muhammadiyah menunjukkan kekuatan ekonominya. Pada sisi yang lain, warga Muhammadiyah yang menjadi pengusaha atau saudagar ribuan jumlahnya. Oleh karena itu, ini adalah peluang sangat besar untuk kembali membangun kekuatan sektor ekonomi di tubuh Persyarikatan. Membangun kekuatan ekonomi ini sulit diwujudkan jika tidak dilakukan dengan membangun jaringan (network). Jaringan ini adalah cara terbaik untuk memanggil pulang para saudagar Muhammadiyah untuk turut serta membesarkan Persyarikatan.
Dan ini hal sangat mungkin dalam Persyarikatan. Muhammadiyah memiliki kekuatan historis (sejarah) yang kuat di bidang ekonomi. Muhammadiyah besar salah satunya adalah karena ditopang oleh semangat juang para saudagar. Mereka menyediakan dana yang tidak sedikit untuk menyemarakkan dakwah dan pendidikan Muhammadiyah. Para saudagar memiliki kontribusi besar dalam menggembirakan perjalanan dakwah Muhammadiyah.
Muhammadiyah periode-periode awal sangat ditopang oleh kegiatan ekonomi. Sebut saja, misalnya, Kauman (Yogyakarta), Pekajangan (Pekalongan, Jawa Tengah), Garut (Jawa Barat), Banyuwangi dan Pasuruan (Jawa Timur), dan banyak tempat lain. Saudagar Muhammadiyah di daerah-daerah tersebut bukan hanya mampu menggerakkan Persyarikatan, tetapi juga ekonomi umat. Saudagar-saudagar Muhammadiyah sangat disegani pada zamannya. Pada saat itu, di banyak daerah, besar dan kuatnya Muhammadiyah relatif beriringan dengan makin kuatnya usaha perdagangan para saudagar Muhammadiyah.
Dengan kalimat lain, harapan besar Persyarikatan dan warga bukanlah harapan kosong. Kita memiliki kekuatan sejarah di sektor itu. Oleh karena itu, menurut Sutrisno Bachir, Penasihat Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK), “Ghirah ini harus ditata, agar tidak asal semangat.” Kekuatan sejarah ini patut menjadi pelajaran berharga. Kekuatan sejarah itu harus dibangkitkan lagi. Dengan demikian, menurutnya, perlu ada prioritas-prioritas. Misalnya, yang dimiliki oleh Persyarikatan dan saudagarnya dulu yang dioptimalkan, jaringan yang sudah ada dulu yang diperkuat. Ini sangat penting sebagai langkah awal.
Menurut H Masyfuk, Penasihat MEK, oleh karena jaringan itu penting, maka “Temu JSM ini adalah embrio, database pengusaha Muhammadiyah sangat urgent (mendesak).” Membangun kekuatan jaringan adalah prioritas. Dan database sebagai cara penting untuk memulai membangun jaringan tersebut. Mendata semua pengusaha Muhammadiyah se-Indonesia dan, bahkan, se-Asia.
Baru setelah itu menata kultur bisnis dalam tubuh Persyarikatan dan membaca peluang-peluang yang lebih besar. Kalau bicara peluang usaha, menurut Dr Hendri Saparini, Direktur Eksekutif Core Indonesia dan Komisaris Utama PT Telkom, Indonesia ini memiliki peluang yang sangat besar, baik potensi sumber daya alam yang demikian kaya maupun peluang ekonomi kreatifnya. Membaca peluang usaha mikro dan kecil saja, sudah terlihat banyak peluang. “Dan ke depan usaha-usaha kecil inilah yang akan lebih kuat bertahan,” tegasnya.
Kuatnya jaringan dan banyaknya peluang usaha merupakan poin besar yang dapat menambah kuatnya harapan warga dan Persyarikatan terhadap saudagar-saudagar Muhammadiyah. Kita patut menunggu, seperti apa tindak lanjut dari geliat saudagar Muhammadiyah tersebut? Termasuk, seperti apa jaringan ini akan dibangun?
Setidaknya, kita berharap Temu JSM yang baru saja dilaksanakan dengan sukses di Surabaya, tidak bernasib sama dengan dua pertemuan sebelumnya pada periode lalu. Setelah acara selesai, selesai pula semuanya. Minus tindak lanjut. Jangan sampai harapan besar Persyarikatan dan warga selesai di forum dan tidak berlanjut dalam aksi. Sebagaimana diingatkan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Dr H Haedar Nashir, MSi, “Kita ini sudah kaya teori, termasuk teori ekonomi, tapi selalu kurang dalam aksi.” Banyak sekali saudagar Muhammadiyah yang sukses dengan bisnis atau usaha pribadinya. Maka, jaringan ini adalah tantangan bagi saudagar Muhammadiyah. Mampukah kesuksesan usaha pribadinya ini menular pada kuatnya jaringan ini? Yang pada akhirnya menular pada kuatnya ekonomi Persyarikatan.
Mari kita lihat, seperti apa aksi-aksi para saudagar Muhammadiyah di tengah umat Islam yang masih menjadi penonton ekonomi. Kita saksikan inisiatif-inisiatif apa saja yang akan dilakukan JSM agar tidak dianggap pintar berteori, tapi juga canggih dalam praktik ekonomi. Dengan tantangan ekonomi yang demikian berat dan ditambah harapan kontribusinya terhadap Persyarikatan ke depan, akankah saudagar Muhammadiyah dan JSM mampu membuktikan bukan sebagai penonton, tapi sebagai penentu ekonomi yang memajukan ekonomi organisasi, pimpinan, warga, umat, dan bangsa? Mari kita lihat, dukung, dan doakan.• [bahan: gsh, ba; tulisan: ba]