Peran para saudagar batik, pada masa awal berdirinya Muhammadiyah tidak bisa dikesampingkan. Para saudagar (pengusaha) menumbuhkembangkan serta berkontribusi meluaskan skup wilayah dakwah hingga ke luar Yogyakarta. Bahkan, KH. Ahmad Dahlan dikenal sebagai pedagang batik. Beliau berdagang sambil memberikan pencerahan. Tak jarang, dalam ekspedisi dagangnya yang meluas sampai ke ujung timur pulau Jawa, beliau memberikan pemahaman beragama yang benar, namun tetap dengan cara santun dan elegan.
Untuk menapaktilasi perjuangan KH. Ahmad Dahlan dalam berdakwah dan menyebarkan pencerahan, serta mengenalkan batik sebagai budaya bangsa (heritage), yang harus dijaga dan dilestarikan, SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo (Musasi) menyelenggarakan pembelajaran luar kelas dengan tema membatik.
Kepala SMP Muhammadiyah 1 Sidoarjo Drs. Aunur Rofiq, M.Si mengatakan, jika kegiatan perdana ini berlangsung selama 4 hari (11-14 Januari 2016). Materi membatik yang diberikan tidak hanya terbatas dalam membuat pola pada kain. Namun, para peserta didik yang berasal dari seluruh kelas 7 itu diberikan pemahaman bagaimana membuat pola yang baik, bagaimana cara memegang alat membatik (canting) dengan benar, dan kapan saat menebalinya dengan malam. “Karena pendidikan yang baik itu mengalami, mempraktikkan langsung,” ujar Bapak yang juga menjadi Ketua Majelis Kader PDM Sidoarjo itu.
Kepala sekolah yang sudah memegang amanah selama dua tahun itu juga berharap agar seluruh pendidik di sekolah yang terletak di Jl. KH. Samanhudi no. 81 itu memberikan porsi untuk pembelajaran luar kelas. “Agar para peserta didik mendapatkan pengalaman langsung dan dapat menyimpan ingatan tentang pembelajaran tersebut dalam memori jangka panjang (long therm memory).”tambah menantu Allahuyarham Ustadz Abdur Rahim Nur tersebut. (roelsebloe)