Adanya transformasi ideologi merupakan hal yang signifikan bagi keberlangsungan Muhammadiyah. Persyarikatan Muhammadiyah memiliki karakter organisasi tersendiri, yang membedakannya dengan organisasi yang lain. Ideologi Muhammadiyah dirancang sebagai laku bermuhammadiyah bagi segenap pimpinan, kader, anggota, dan warga simpatisan Muhammadiyah. Ide dasar dan jiwa organisasi ini harus bisa diterjemahkan dan direproduksi makna dalam setiap ruang dan waktu yang terus berubah. Para pimpinan Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) diharapkan bisa menjadi pelopor dalam mereproduksi makna yang lebih up-to date dalam gerak amal usaha. Gagasan ini dikatakan Asep Purnama Bahtiar, salah satu pembicara dalam Baitul Arqam Pejabat Struktural Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, di Aula Wisma University Residence (Unires), Yogyakarta, pada Jumat (22/1/2016).
“Ideologi gerakan Muhammadiyah sebagai upaya kreatif dalam menerjemahkan dan menafsirkan doktrin Islam ke dalam bentuk amal dan tindakan yang senantiasa terpaut dengan iman dan realitas. Dimensi ketuhanan dan kerisalahan Islam selalu terpaut dan mengalami proses dialektika dengan dimensi kemanusiaan dan kerahmatan, sehingga ideologi gerakan Muhammadiyah bukan semata sebagai doktrin atau pandangan hidup, tetapi juga memuat dorongan impretif untuk merealisasikannya bagi kemaslahatan individu dan publik, sesuai perkenan-Nya.” Demikian dikatakan Asep Purnama Bahtiar, M.Si, Ketua Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2010-2015, di hadapan puluhan pejabat struktural Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya.
Menurut Asep Purnama Bahtiar, Ideologi Muhammadiyah bisa dipahami sebagai respon organisasi atas realitas sosial-politik pada setiap zamannya, juga selalu berpijak pada ajaran Islam yang autentik dan bersifat humanis-teosentris. “Ideologi gerakan Muhammadiyah awal berwujud Islam transformatif. Muhammadiyah awal sebagai gerakan dakwah yang dibangun di atas pandangan keagamaan fundamental yang berorientasi pada transformasi atau perubahan di kalangan umat dan masyarakat ke arah yang lebih baik,” katanya yang menjadi narasumber dalam materi Matan Ideologi Muhammadiyah, meliputi Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah dan Kepribadian Muhammadiyah.
Kegiatan Baitul Arqam Pejabat Struktural Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya ini dilaksanakan selama dua hari, Kamis-Jumat (21 s.d. 22 Januari 2016), yang bertempat di University Residence Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Setidaknya ada tujuh materi penting yang dipaparkan, meliputi Kepribadian Muhammadiyah dengan pembicara Drs. Ahmad Dahlan Rais, M.Hum., materi Outbond (Lom Impact) yang dipandu oleh Muhammad Aziz, M.Cs., materi Corporate Culture: Mengelola Amal Usaha Muhammadiyah (PTM) yang diisi oleh Prof. Lincolin Arsyad, Muqaddimah Anggaran Dasar oleh Asep Purnama Bahtiar, Manhaj Tarjih Muhammadiyah dengan narasumber Prof. Syamsul Anwar, Ibadah sesuai Putusan Tarjih oleh M. Ikhwan Ahada, M.Ag., dan dipungkasi dengan materi PTM sebagai Pilar Perkaderan Muhammadiyah dengan pemateri Dr. Ari Anshori, MA. (M. Ridha Basri)