Alhamdulillah di pertokooan-pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan yang besar di Indonesia selalu ada masjid atau mushala. Luar biasa Muhammadiyah mengadakan acara di Mall. Ini menunjukkan pandangan Muhammadiyah dan juga pandangan Islam bahwa yang namanya mall itu, yang namanya pusat pertokoan itu bukanlah sesuatu yang harus dijauhi. Pusat perbelanjaan, pusat pertokoan, maupun pasar, bukanlah tempat yang harus dijauhi.
Sebab berkembang pandangan di sementara bagian umat Islam, seolah-olah pasar, mall itu bukan tempat yang baik. Tidak mungkin Islam mengatakan demikian. Karena Islam sangat mementingkan ekonomi dan perdagangan. Karena Islam mendorong pemeluknya untuk memiliki keberdayaan dalam bidang ekonomi dan bahkan Nabi pembawa Islam Muhammad saw sebelum menjadi Nabi beliau adalah seorang pedagang, seorang wiraswastawan tentu berdagang di pasar-pasar. Dan oleh karena itu, Islam adalah agama yang tidak mengenal pemisahan antara agama dan ekonomi.
Justru umat Islam harus merebut kejayaan ekonomi. Umat Islam harus berjaya di dalam ekonomi dan perdagangan. Sebenarnya Islam mendorong pemeluknya untuk menjadi orang kaya. Untuk menjadi orang yang punya harta. Karena dengan hartalah kita dapat menunaikan rukun Islam yang namanya zakat. Kita bisa menunaikan rukun Islam yang namanya haji. Hanya kalau kita memiliki harta rukun Islam itu dapat kita tunaikan.
Oleh karena itulah, umat Islam tidak usah alergi dengan mall. Muhammadiyah mendorong umat Islam, khususnya warga Muhammaiyah untuk memiliki kekuatan ekonomi. Bahkan pendiri Muhammadiyah KHA Dahlan kita kenal sebagai pedagang, sebagai seorang bisnisman, seorang pebisnis atau seorang pengusaha.
Oleh karena itu, pasar dari bahasa Arab Muslim namanya bazar. Bazar ini dalam bahasa Persia Iran, bahasa Turki, bahasa Urdu yang dipakai di Pakistan . Itulah bazar yang kita ambil menjadi pasar. Jadi istilah pasar yang kita pakai itu berasal dari khazanah tradisi umat Islam, khususnya di beberapa negara di Timur Tengah. Memang kalau bangsa Arab menyebutnya syuk, itu artinya pasar.
Nah mall seperti yang berkembang saat ini sejatinya adalah pasar modern. Kita dapat memilih di tempat-tempat, di toko-toko, di ruangan-ruangan yang berbeda. Itulah pasar modern. Oleh karena itu kembali ingin saya sampaikan, umat Islam harus merebut kejayaan ekonomi dan perdagangan. Inilah yang namanya hablum minnannas.
Hablum minnannas tidak hanya berlaku sopan santun kepada orang lain, tidak sekadar mengandung arti hubungan sesama manusia. Tetapi hablum minnannas yang terjadi adalah kebersamaan kita, kegotongroyongan kita dalam membangun kehidupan bersama, dalam membangun kehidupan duniawi secara bersama-sama. Itulah hablum minnannas.
Hablum minnanas dan hablum minnaallah ini harus berkait. Kita sudah sering mendengar, para mubaligh, para penceramah mengatakan wahai umat Islam perhatikanlah hablum minaallah dan hablum minannas, tetapi sering berhenti seolah-olah masing-masing jalan sendiri. Sesungguhnya hablum minaallah dan hablum minannas bertautan. Hablum minnallah harus berlanjut pada hablum minannas. Dan hablum minannas kita adalah hasil dari pengaruh hablum minnallah kita.
Dalam Al-Qur’an (Ali-Imran: 112) disebutkan kalau umat Islam akan ditimpa oleh adzilah. Adzilah itu keterhinaan. Kita akan dihina oleh orang-orang lain, kita akan menjadi orang terhina (adzillah) jika kita tidak mem bangun dunia. Kehinaan dan kemiskinan akan menimpa umat Islam.
Dalam Al-Qur’an disebut illa hablum minaallah wa hablum minannas, kecuali umat Islam itu mau mengembangkan hablum minaallah (hubungan dengan manusia) dan hablum minannas (hubungan dengan manusia) atau kerjasama sesama manusia. Itulah solusi. Itulah jalan keluar agar umat Islam tidak dilanda kehinaan dan kemiskinan.
Maka ada baiknya, acara dakwah di mall seperti sekarang ini perlu dikembangkan. Saya sarankan kepada Pimpinan Pusat yang akan datang, saya sarankan kepada Suara Muhammadiyah, kepada pimpinan-pimpinan persyarikatan di tingkat Wilayah, Daerah, Cabang, Ranting, bahkan Ortom-ortom Muhammadiyah agar acara seperti ini dilanjutkan dan dikembangkan pada tahun-tahun yang akan datang.• (eff)