Islam Berkemajuan sudah menjadi trade mark Muhammadiyah. Lalu bagaimana mengaktualisasikan. Karena Muhammadiyah sebagaimana pendirinya KHA Dahlan lebih mementingkan amal-amal ketimbang hanya sebatas pemikiran. Menurut Kiai Dahlan, iman harus diwujudkan dengan amal shalih.
Untuk membahas ini, Lutfi Effendi dari Suara Muhammadiyah berbincang dengan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Drs HA Malik Fadjar, MA. Pemikiran-pemikirannya terdapat dalam dialog di bawah ini:
Selama ini Muhammadiyah selalu mendengungkan Islam Berkemajuan, apa sebetulnya Islam Berkemajuan itu?
Islam Berkemajuan yang didengungkan Muhammadiyah pada saat ini, langsung atau tidak langsung merupakan ide dari pendiri Muhammadiyah KHA Dahlan. Idenya sederhana, Islam dalam pesannya di dalam Al-Qur’an kan menjadi umat yang unggul tetapi dalam prakteknya umat Islam sering tertinggal oleh umat lain.
Karenanya, KHA Dahlan berusaha membuat umat Islam menjadi unggul, umat yang berkemajuan. Pesan-pesannya, terutama pada generasi muda, selalu mengarah ke kemajuan umat. Seperti jadilah dokter lalu kembali ke Muhammadiyah, jadilah insinyur lalu kembali ke Muhammadiyah. Bagi Kiai Dahlan iman harus diamalkan dan berdampak pada kemajuan.
Ide-ide inilah yang diteruskan oleh pimpinan-pimpinan Muhammadiyah hingga saat ini dengan berbagai variasi. Sayangnya ide-ide ini kadang hanya ada di dalam pemikiran-pemikiran mereka dan kurang diaktualisasikan dalam amal nyata.
Lalu selama ini aktualisasi Islam Berkemajuan itu bagaimana?
KHA Dahlan sendiri dalam merealisasikan atau mengaktualisasikan Islam Berkemajuan lewat pendidikan dan kesehatan. Pendidikan dengan mendirikan sekolah yang mendidik anak-anak muda menjadi maju. Yang tidak kalah fenomenalnya, Muhammadiyah juga melaksanakan gerakan membaca lewat Majelis Taman Pustaka yang dibentuknya. Ini merupakan bibit-bibit untuk berkemajuan.
Gerakan-gerakan yang demikian memang tidak langsung bisa dirasakan seketika, tetapi dalam jangka panjang akan terasakan. Gerakan ini merupakan investasi masa depan. Oleh karena itu, setelah berlangsung lama seperti saat ini, dampak gerakan tersebut sudah dirasakan. Namun demikian harus terus dilakukan pembenahan oleh penerusnya untuk dapat bergerak lebih maju lagi.
Gerakan kesehatan dan juga sosialnya telah dapat memperbaiki mutu hidup umat. Dengan mutu hidup yang lebih baik, umat lebih siap menyongsong kehidupan yang lebih maju.
Apakah hanya berhenti pada gerakan itu?
Ide dasarnya memang tetap itu, Islam Berkemajuan. Tetapi pemikiran dan aktualisasi Islam Berkemajuan itu terus dikembangkan. Misalnya pesan Kiai Dahlan tentang jadilah insinyur (sarjana di bidang teknologi), jadilah dokter lalu kembali ke Muhammadiyah. Kini Muhammadiyah sudah dapat menghasilkan dokter dan menghasilkan sarjana di bidang teknologi dan bahkan sudah lebih dari itu.
Pemikiran itu terus dikembangkan, seperti ide Prof Kahar Muzakir untuk mendirikan Universitas oleh ‘Aisyiyah. Ide itu baru ditangkap sekarang. Sekarang ini, ‘Aisyiyah sedang menyiapkan universitas. Banyak ide-ide yang dulu sudah bermunculan, baru terealisir kemudian.
Dulu ide yang dikembangkan oleh Pak Amien Rais dengan Tauhid Sosialnya, ide itu sangat bagus jika dapat diaktualisasikan. Gerakan yang berlandaskan tauhid itu akan dirasakan sungguh-sungguh oleh masyarakat jika diejawantahkan dalam gerakan sosial.
Dan yang sedang berlangsung saat ini, apa yang dilakukan MPM (Majelis Pemberdayaan Masyarakat) dan dimotori oleh almarhum Said Tuhuleley merupakan gerakan yang amat sangat dirasakan masyarakat. Meskipun sebetulnya itu bukan gerakan baru di Muhammadiyah. Karena pernah dilakukan di masa lalu yang hampir terlupakan. Pak Said mampu menghadirkannya kembali.
Bahkan ide-ide bagus tentang Islam Berkemajuan itu tidak hanya datang dari dalam struktur, tetapi ada juga yang datang dari luar struktur. Seperti halnya ide yang disampaikan oleh Dr Ruslan Abdul Ghani dalam peringatan setengah abad Muhammadiyah. Ide-ide seperti ini banyak muncul sekarang ini di luar struktur. Tinggal bagaimana orang yang ada di dalam struktur menangkapnya.
Apakah setiap ide Islam Berkemajuan bisa ditangkap dan diaktualisasikan?
Tentu saja tidak semua ide dapat ditangkap oleh struktur Muhammadiyah apalagi diaktualisasikan. Bahkan ide yang sudah ditangkap dan bahkan menjadi programpun sering terkendala dalam mengaktualisasikan. Seperti program dakwah kultural yang konsepnya telah baik itu, coba bagaimana nasibnya kini.
Berhentinya konsep dakwah kultural ini, karena ada yang mengkhawatirkan gerakan ini akan menyimpang. Suara yang demikian terdengar keras. Padahal selama ini gerakan-gerakan Muhammadiyah yang sudah dipikir secara matang juga terjadi keributan dalam penerapan awalnya. Tetapi toh akhirnya gerakan itu kemudian diikuti.
Seperti gerakan sekolah yang dikonotasikan sebagai kafir, kini banyak diikuti. Gerakan meluruskan kiblat shalat, kini juga banyak yang mengikuti. Demikian pula shalat tarawih 11 rakaat apa 23 rakaat, saat ini di Indonesia lebih banyak yang mengikuti 11 rakaat.
Karenanya, untuk melakukan gerakan berkemajuan Muhammadiyah tidak perlu ragu. Apalagi jika gerakan itu sudah dipikirkan secara matang. Terus saja dilaksanakan meski ada cercaan yang menyakitkan, toh akhirnya mereka juga akan mengikutinya pada saatnya. Memang Muhammadiyah harus siap menjadi pelopor untuk berislam yang berkemajuan.
Bagaimana Islam Berkemajuan diaktualisasikan di masa yang akan datang?
Muktamar Muhammadiyah yang akan datang merupakan Muktamar yang penting dalam membicarakan dan memutuskan ide-ide Islam Berkemajuan di abad ke-2 perjalanan Muhammadiyah. Ide-ide untuk itu sudah bertebaran, tinggal bagaimana muktamar menangkapnya menjadi konsep untuk diaktualisasikan dalam masyarakat.
Untuk mengaktualisasikan konsep-konsep tersebut, Muhammadiyah sudah mempunyai sumber daya manusia yang memadai. Baik itu yang ada di sekolah-sekolah maupun yang ada di perguruan tinggi. Dalam hal ini, potensi generasinya, lewat Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) juga besar. Ini merupakan modal dasar bagi aktualisasi Islam Berkemajuan.
Yang tak kalah penting, untuk menerapkan tidak perlu ragu. Biarkan mereka berbicara, biarkan mereka mengkritik. Jangan kritikan ini membuat berhenti melangkah, jangan pembicaraan itu membuat kita jumud. Terus melangkah, toh akhirnya mereka juga akan mengikutinya.• (eff).