Dahnil Anzar Simajuntak; Muhammadiyah itu Produk dari Keikhlasan

Dahnil Anzar Simajuntak; Muhammadiyah itu Produk dari Keikhlasan

YOGYAKARTA — Setidaknya ada dua hal utama yang menjadikan Muhammadiyah tetap eksis hingga hari ini, yaitu ruh al-ikhlas dan ruh al-jihad. Kedua kekhasan inilah yang melandasi segala gerak dan menjadi spirit yang mengakar dalam perjalanan Muhammadiyah di setiap zamannya. Statement itu dilontarkan Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil Anzar Simajuntak, M.E., dalam acara Dialog Perkaderan, yang diadakan oleh Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Sabtu malam (23/1), di aula gedung PWM DIY.

Turut hadir dalam agenda yang mengangkat tema “Nalar Baru Gerakan Pemuda Muhammadiyah” itu, para peserta perkaderan, utusan PP Pemuda Muhammadiyah, PW Pemuda Muhammadiyah DIY, PD Pemuda Muhammadiyah Boyolali, dan undangan lainnya.

Menurut dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa itu, “Muhammadiyah itu produk dari keikhlasan”. Dicontohkannya, dalam pendirian Perguruan Tinggi Muhammadiyah, sepenuhnya dibangun dari bawah, oleh para pimpinan daerah dan pimpinan cabang. Namun setelah jadi, dalam hal wewenang dan pengelolaannya sepenuhnya diberikan pada pimpinan wilayah dan pimpinan pusat.

“Tidak ada logika materialistik sama sekali di sana. Semua dibangun dengan modal keikhlasan,” katanya menganalogikan sembari mewanti-wanti dan mewaspadai adanya orang-orang yang merusak keikhlasan di tubuh Muhammadiyah. Dalam istilahnya disebut dengan “free rider”, yaitu mereka yang nebeng di Amal Usaha Muhamamdiyah demi keuntungan materi semata.

Bagi para anggota Pemuda Muhammadiyah, keikhlasan yang dibangun tidak hanya bagi diri sendiri, namun juga keikhlasan dari para istri dan keluarga. Tidak mudah untuk mengikhlaskan waktu, tenaga, pikiran, dan materi demi dakwah.

“Di ortom, latihan untuk ikhlas lebih terasa, sehingga mampu melahirkan para pimpinan yang teruji, ungkapnya kembali. Di ortom (organisasi otonom), para pimpinan ditantang untuk mampu menjaga idealitas, namun harus bisa mendapatkan dana untuk menjalankan roda organisasi. Hal ini praktis menjadikan ortom, semisal Pemuda Muhammadiyah lebih kreatif dan mandiri. Di saat kukuh menjaga standar nilai moral, justru mampu menaikkan daya tawar, lalu dana bisa diperoleh dari para pendonor yang memiliki kesamaan visi serta tidak berbau politis.

Di bagian lain, penggagas Gerakan Berjamaah Melawan Korupsi dan Gerakan Ayah Hebat itu juga mengamanatkan supaya para anggota Pemuda Muhammadiyah bisa memperkuat kohesi sosial. Termasuk dalam pemanfaatan media.

“Facebook, Twitter, Youtube, dan media-media lainnya harus bisa dimanfaatkan untuk memperkuat jamaah,” katanya seraya mengingatkan forum untuk tidak melupakan etika teknologi dan batasan standar moral.

Dahnil juga sempat menyinggung terkait perkaderan. Dikatakannya, “Dalam setiap proses perkaderan, Pemuda Muhammadiyah harus menggunakan metode dan model baru. Merubah cara perkaderan konvensional ke perkaderan model baru yang lebih relevan sangat urgen mengingat para anggota Muhammadiyah adalah laki-laki dewasa yang punya tanggungan dengan segala kesibukannya. Cara-cara baru yang sudah dijalankan oleh PP Pemuda Muhammadiyah baru-baru ini semisal pendirian Madrasah anti korupsi, komedi berdiri, hingga agenda futsal bersama kedutaan asing, justru efektif dan menarik.”

Kegiatan Dialog Perkaderan kali ini merupakan bagian dari  rangkaian agenda follow up perkaderan wilayah Pemuda Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta, yang dilaksanakan pada tanggal 910 Januari 2016, di Kaliurang. Direncanakan, akan ada tiga sesi agenda dialog perkaderan selanjutnya. (M. Ridha Basri)

Exit mobile version