Yogyakarta – Pelatihan penyusunan rencana kontijensi yang berlangsung pada tanggal 17 – 20 Januari 2016, telah menghasilkan rancangan awal rencana kontijensi yang disusun oleh 11 perwakilan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah di Indonesia. Masing-masing utusan Muhammadiyah wilayah akan menyempurnakan rancangan awal tersebut di wilayahnya sesuai dengan kaidah-kaidah penyusunan, seperti sebuah kesepakatan antar pihak internal Muhammadiyah, dan disesuaikan dengan dokumen-dokumen yang ada di pemerintah daerah masing-masing.
“Sumberdaya Muhammadiyah itu tidak tunggal, ada yang tergabung di angkatan muda, ada yang di rumah sakit, ada yang di perguruan tinggi dan juga relawan-relawan termasuk ibu-ibu. Sehingga di internal Muhammadiyah sendiri perlu dibuat kesepakatan pengelolaan sumberdaya dalam menghadapi kondisi darurat.” Dikatakan oleh Sarniyah, Koordinator Divisi Tanggap Darurat & Rehabilitasi Rekonstruksi Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC).
Lebih lanjut Sarniyah menjelaskan, bahwa dengan adanya kesepakatan-kesepakatan untuk menghadapi kondisi darurat karena bencana, maka potensi Muhammadiyah tidak bergerak sendiri-sendiri. “Sehingga bisa terkoordinasi dan tidak tumpang tindih” lanjutnya. “Apalagi baik warga, simpatisan, kader, hingga sekolah, masjid, panti asuhan dan rumah sakit tidak jarang memiliki resiko tinggi juga terhadap ancaman bencana” lanjutnya menerangkan pelatihan yang diselenggarakan di Unires, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Selama pelatihan, utusan dari Aceh, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sumatera Barat, Sulawesi Utara, RIAU, Kaltim, Nusa Tenggara Barat dan Jawa Tengah berlatih bersama dengan fasilitator dari MDMC, baik Divisi Diklat, Pengurangan Risiko & Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat & RR. Pelatihan yang didesain secara interaktif dan banyak melakukan praktik langsung ini juga dirangkai dengan kunjungan ke Pusat Pengendali Operasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DI Yogyakarta dan Kantor SAR Yogyakarta.
Selanjutnya, Indrayanto dari Divisi Diklat MDMC menambahkan bahwa, “Komitmen peserta untuk terus mengembangkan kesiapsiagaan menghadapi bencana semakin nyata, termasuk inisiatif untuk saling mendukung antar wilayah, seperti terlihat dari peserta yang berasal dari Sumatera. Aceh, Sumut, Sumbar, Riau bisa menjadi modal integrasi kesiapsiagaan di Sumatera”, tuturnya.
Pelatihan ini menjadi salah satu pelatihan yang dirancang oleh MDMC periode 2015 – 2020 sebagai bagian dari upaya penguatan kapasitas Muhammadiyah di tingkat wilayah dan daerah untuk mengelola kegiatan penanggulangan bencananya dengan lebih mandiri. Selanjutnya telah disiapkan untuk pelatihan lainnya dengan prioritas daerah sesuai dengan kajian risiko baik dari data Indek Risiko yang dirilis BNPB, atau dari kajian kapasitas internal Muhammadiyah.
Menurut Arif, selain kegiatan peningkatan kesiapsiagaan, penanganan tanggap darurat, komitmen MDMC pada periode ini adalah meningkatkan penguatan kapasitas Wilayah dan Daerah dalam upaya pegurangan risiko bencana.
“Model kegiatan sudah kami miliki, seperti sekolah siaga bencana atau jamaah tangguh bencana yang sejalan dengan konsep Desa Tangguhnya BNPB. Bahkan kami juga mengembangkan konsep Kesiapsiagaan RS dan Komunitas dalam Menghadapi Bencana dan Kedaruratan, yang di Indonesia masih sangat jarang lembaga yang fokus pada isu ini”, terang Arif. (arf-ns)