Oleh: Rahmad Ali
Jumlah umat Islam di Indonesia memang mayoritas, tetapi dalam bidang ekonomi bisa dibilang minoritas dan bahkan cenderung terpinggirkan. Sedangkan kelompok lain yang minoritas cenderung mayoritas di bidang ekonomi. Ini tentu memprihatinkan. Karena hajad hidup mayoritas dikuasai oleh minoritas. Padahal potensi ekonomi umat Islam tinggi.
Tentu ini ada sesuatu yang salah. Kesalahan ini dapat berasal dari internal umat Islam tetapi juga dapat berasal dari eksternal. Internal dapat berasal dari orang perorang atau pribadi umat Islam tetapi juga dapat berasal dari organisasi umat Islam. Sedangkan eksternal dapat saja karena kebijakan ekonomi pemerintah yang tidak pro rakyat, dalam hal ini umat Islam yang mayoritas adalah rakyat.
Kesalahan ini perlu kita cari. Bukan untuk saling menyalahkan, tetapi untuk mencari solusi atau pemecahannya. Sehingga umat Islam dapat menjadi tuan rumah di negeri sendiri, tidak menjadi lahan ekonomi orang atau kelompok lain. Tidak hanya menjadi penonton, apalagi menjadi “budak” orang lain.
Internal Umat Islam
Pada dasarnya sumber daya manusia (SDM) umumnya umat Islam lemah, sehingga kalah bersaing dengan kelompok lain. Selain kalah ulet, umat Islam juga kurang disiplin. Sehingga mudah menyerah dan kurang gigih dalam memperjuangkan kepentingan ekonominya. Apalagi ditambah rasa cepat puas, sehingga jika usahanya sudah dapat mencukupi diri sendiri, itu sudah cukup dan tak perlu terobosan lagi.
Karenanya, diperlukan perubahan cara pandang umat terhadap bidang ekonomi ini. Sikap- sikap di atas barangkali karena menganggap dunia itu tidak penting, yang penting adalah akhirat. Sehingga usaha ekonomi yang dijalaninya sekadar cukup saja untuk menjalani kehidupan sendiri dan menekuni ibadahnya. Padahal dua-duanya penting, dunia penting dan akhirat juga penting. Tinggal bagaimana menjaga keseimbangan antara keduanya.
Perubahan cara pandang ini penting. Sehingga umat Islam akan gigih menjalani usahanya. Tidak cukup untuk dirinya tetapi juga untuk umat. Semakin besar usaha kita, akan lebih besar pula manfaatnya bagi umat. Karenanya jika dikaitkan dengan kehidupan dunia, semakin usaha kita besar maka akan semakin kaya dan akan lebih banyak lagi kesempatan kita untuk mengamalkan harta kita untuk kehidupan akhirat.
Kebijakan Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi juga akan sangat memengaruhi kondisi rakyat, dalam hal ini umat Islam sebagai mayoritas. Jika kebijakan yang dilakukan pemerintah tidak pro rakyat, maka yang akan dirugikan juga umat Islam. Karenanya, perlu didorong kebijakan pemerintah dalam bidang ekonomi ini yang pro rakyat, ekonomi kerakyatan.
Sayangnya kebijakan ekonomi yang pro rakyat ini tidak pernah terjadi secara total. Janji-janji kampanye hanyalah janji semata, Penerapannya di lapangan, jauh panggang dari api. Sehingga kondisi ekonomi rakyat secara mayoritas tidak membaik dan pihak yang minoritas dan memiliki modal semakin menggurita.
Kebijakan pemerintah yang lalu yang cenderung liberal dalam bidang ekonomi membuat mayoritas rakyat semakin terpinggirkan. Dengan modalnya yang besar, kelompok ini mampu menggeser penduduk pribumi ke pinggiran. Ini sudah menjadi kenyataan, lahan-lahan di kota-kota besar dan di pinggir jalan sudah banyak dikuasai orang-orang bermodal besar ini yang umumnya dari kelompok minoritas. Umat yang mayoritas tidak mampu bertahan karena kondisi ekonominya, sedang yang mampu bertahan akan terjepit di antara pemodal-pemodal tersebut.
Kebijakan pemerintah saat ini pun belum terlihat yang pro rakyat. Jika kondisi ini tidak berubah, maka dipastikan korban-korban dari pihak umat akan semakin besar. Dan ini tentu kondisi ekonomi umat Islam akan semakin memprihatinkan. Karenanya, diperlukan usaha-usaha yang serius untuk melepaskan kondisi umat dari keterpurukan ini.
Tumpuan ke Muhammadiyah dan NU
Melihat kondisi umat yang memprihatinkan di bidang ekonomi ini, sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah dan NU, hendaknya tidak tinggal diam. Umat membutuhkan tuntunan tidak hanya untuk kehidupan akhirat yang lebih baik tetapi juga kehidupan dunia yang lebih baik. Ini perlu langkah bersama yang serasi, baik kerjasama maupun sendiri-sendiri.
Ini tentu mampu dilakukan oleh dua organisasi besar ini, terutama oleh Muhammadiyah. Ini sudah dibuktikan, langkah-langkah Muhammadiyah mampu menghasilkan perguruan-perguruan tinggi yang hebat dan rumah sakit-rumah sakit yang megah. Tentu tidak akan menemukan kesulitan, jika langkah-langkah serupa juga dilakukan untuk membangkitkan ekonomi umat. Sehingga umat tidak di pinggiran lagi. Tetapi mampu mewarnai perkembangan ekonomi Indonesia yang pro rakyat, pro umat.
Muhammadiyah tidak perlu melahirkan perusahaan-perusahaan besar, tetapi cukup melahirkan enterprener-enterprener dari kaderisasi dan perguruan-perguruan tinggi yang hebat. Mereka nanti yang akan melahirkan perusahaan-perusahaan yang besar. Muhammadiyah cukup memfasilitasi sendiri atau bekerja sama dengan pihak lain. Ini biasa dilakukan, karena Muhammadiyah sangat dipercaya,
Sebagai kader didikan Muhammadiyah, tentu jika telah besar tidak akan melupakan Muhammadiyah. Karenanya, langkah-langkah melahirkan pengusaha jika serius dilakukan Muhammadiyah tidaklah merugikan. Langkah ini malah akan menguntungkan Muhammadiyah. Karena jika sudah berhasil kembalinya kepada Muhammadiyah juga. Karena jika sudah besar akan lebih membesarkan lagi Muhammadiyah.
Langkah-langkah serupa juga dapat dilakukan oleh organisasi Islam lainnya yang lebih kecil. Jika langkah ini dilakukan secara serentak tentu hasilnya akan lebih baik pula. Yang penting sekarang bagaimana mengeksekusi (melaksanakan) program-program yang mampu membangkitkan ekonomi umat. Tentu tidak hanya ngomong saja tetapi perlu langkah nyata.
Berani Mencoba
Banyak orang heran mengapa kelompok lain kini menguasai ekonomi. Tidak lain karena orang lain berani berjuang dan terus berjuang dan akhirnya memperoleh kesuksesan. Karenanya, umat Islam jangan punya nyali kecil. Tetapi kita harus berani mencoba. Jangan malu dari usaha yang kecil. Langkah ini merupakan peletakan pondasi untuk usaha kita selanjutnya yng lebih baik.
Anehnya tidak sedikit di antara kita takut pada kegagalan. Perasaan takut inilah yang biasanya menghalangi menjadi sukses. Banyak di antara kita yang sebenarnya mempunyai bakat menjadi wirausahawan, tetapi kenyataannya bakat itu dibiarkan mubadzir hanya karena keberanian mencoba.
Karenanya, untuk melahirkan wirausahawan atau entrepreneur ini harus ada yang berani mengeksekusi, baik perorangan maupun organisasi Islam. Berani mencoba itu lebih baik. Bagaimana akan berhasil, mencoba saja belum.•
__________________
Rahmad Ali, Owner dan Direktur Danagung Group.