Muhammadiyah sebagai sebuah organisasi, sebetulnya mempunyai potensi kekuatan yang sangat besar. Tetapi kadangkala warga dan pimpinannya tidak sadar jika Muhammadiyah itu mempunyai powerfull. Karenanya, kadang mereka terperangah terhadap kekuatan lain.
Untuk membahas hal ini Lutfi Effendi dari Suara Muhammadiyah menghubungi Ketua PP Muhammadiyah Drs H Dahlan Rais. Demikian penuturannya mengenai kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah:
Selama ini orang menilai kekuatan Muhammadiyah itu dalam bidang pendidikan dan kesehatan, betulkah demikian?
Tidak betul. Bidang pendidikan dan kesehatan memang kuat, tetapi itu hanyalah sebuah hasil kekuatan yang dimiliki Muhammadiyah. Muhammadiyah mempunyai kekuatan dari dalam dirinya yang mampu menjadikan amal usaha, baik di bidang pendidikan, kesehatan atau lainnya, menjadi kuat.
Apa kekuatan dari dalam yang dimiliki Muhammadiyah?
Pertama, Muhammadiyah dikelola dengan tertib dan teratur. Sistem organisasi Muhammadiyah sudah berjalan di berbagai jenjang. Permusyawaratan dilakukan secara tertib dan berjenjang. Permusyawaratan tingkat pusat (Muktamar), kemudian diikuti Musyawarah Wilayah, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan bahkan sampai ke Ranting. Rapat-rapat pengurus juga dilakukan secara rutin. Rapat-rapat inilah yang akan melahirkan program kerja yang akan dilaksanakan.
Kedua, nilai-nilai unggul yang dimiliki Muhammadiyah merupakan sumber kekuatan tersendiri. Misalnya nilai ikhsan ada dalam spirit Muhammadiyah. Selain juga guyup rukun (kerjasama). Dengan nilai-nilai ikhsan dan guyup rukun tersebut, warga Muhammadiyah ikhlas bersama-sama melakukan gerakannya.
Ketiga, kerja keras yang dimiliki warga dan pimpinan Muhammadiyah. Sebagai contoh adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Paguyangan, Jawa Tengah. PCM ini bercita-cita mendirikan Sekolah Tinggi. Untuk mewujudkan cita-cita itu, mereka bekerja keras. Contoh lain Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Demak, meski termasuk minoritas PDM Demak bekerja keras untuk mewujudkan rumah sakit. Mereka berjihad dengan harta mereka.
Keempat, hemat. Banyak pembangunan di Muhammadiyah dibiayai secara mandiri melalui swakelola. Karenanya, biaya pelaksanaannya juga bisa lebih dihemat. Inilah salah satu yang mendorong Muhammadiyah sebagai organisasi yang mandiri.
Kelima, mewujudkan kepercayaan masyarakat dengan baik. Semua kepercayaan masyarakat, baik itu dana atau bantuan yang lain akan dimanfaatkan oleh Muhammadiyah sebaik mungkin dan bahkan nilainya menjadi bertambah. Sehingga banyak orang non muhammadiyah memercayakan bantuan dan wakafnya untuk Muhammadiyah.
Keenam, simpati atau memberi manfaat pada lingkungan sekitarnya. Muhammadiyah dalam melaksanakan amalnya selalu berusaha memberi manfaat pada lingkungannya, sehingga lingkungan juga mendukung dan menjaga amal usaha yang ada.
Inilah kekuatan-kekuatan dari dalam yang melahirkan amal usaha yang besar, baik itu amal usaha di bidang pendidikan, kesehatan atau di bidang lainnya. Orang lain melihat, amal usahanyalah besar, tetapi sebetulnya kekuatan-kekuatan dari dalamlah yang membesarkan amal usaha tersebut.
Apalagi dari kekuatan itu yang butuh penguatan?
Pada kekuatan keenam itu yang masih kurang dan perlu ada penguatan. Terutama memberi manfaat pada anggota. Dalam hal ini perlu sekali pembinaan pada anggota. Dari data yang ada, umumnya anggota Muhammadiyah kurang dalam hal membaca huruf Al-Qur’an. Sehingga mereka kesulitan jika akan membaca Al-Qur’an. Untuk itu, perlu ada kursus-kursus singkat bagi anggota untuk bisa membaca Al Qur’an.
Masih dalam pembinaan anggota ini, perlu juga diperhatikan pengelolaan masjid sebagai tempat pembinaan jamaah. Ini perlu diperhatikan oleh Muhammadiyah, terutama Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM). Pengembangan Ranting berbasis masjid sangat diperlukan, sehingga tidak hanya anggota yang dapat berkembang tetapi juga Ranting ikut berkembang. Dengan pembinaan Ranting berbasis masjid ini, setiap kelurahan atau desa tak hanya satu ranting tetapi bisa lebih jumlah rantingnya.
Mesti kekuatan Muhammadiyah sangat besar, tetapi kadang warga dan pimpinan Muhammadiyah sering terperangah menghadapi kekuatan dari luar. Mengapa?
Ya ini memang terjadi, memang suatu kenyataan. Misalnya, tatkala booming Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT). Muhammadiyah ada yang merasa kecil hati, padahal pendidikan merupakan core (inti) amal usaha Muhammadiyah. Tetapi alhamdulillah kemudian bisa bangkit lagi dan kemudian lahir SD-SD unggulan baru di lingkungan Muhammadiyah.
Pernah saya diminta meresmikan SD Muhammadiyah di Cepu, tetapi saya tolak kalau hanya SD biasa dan bukan SD Unggulan. Karena SD yang biasa-biasa saja hanya akan memberi beban persyarikatan. Saya minta ditunda satu tahun untuk bisa menyiapkan SD Unggulan. Mereka mau dan betul sekarang menjadi sekolah unggulan.
Demikian juga dengan banyaknya muncul organisasi pengumpul ZIS (Zakat, Infaq, dan Shadaqah) seperti Dompet Dhuafa, Rumah Zakat dan lain-lain. Muhammadiyah juga terperangah, padahal pelopor pengorganisasian ZIS di Indonesia adalah Muhammadiyah. Tetapi sekali lagi, Muhammadiyah dapat bangkit dalam hal pengorganisasian ZIS ini.
Tampaknya kejutan-kejutan demikian perlu untuk Muhammadiyah. Sehingga tidak terlena dan terkantuk-kantuk dalam melaksanakan roda organisasi, dalam menjalankan amal usaha. Kejutan demikian akan memacu dan mengumpulkan lagi kekuatan Muhammadiyah yang sebenarnya memang besar.
Dari kekuatan-kekuatan yang ada, sebetulnya kekuatan apa yang paling lemah dan itu sangat berpengaruh dalam kehidupan?
Ada dua kekuatan besar yang Muhammadiyah sangat lemah saat ini, dan dua-duanya sangat memengaruhi masyarakat. Pertama di bidang penyiaran dan kedua di bidang politik. Kedua hal yang merupakan produk liberal ini, Muhammadiyah sangat lemah.
Dalam hal dunia penyiaran atau audiovisual ini yang merupakan produk kapitalisme, investasinya sangat besar. Bagi Muhammadiyah yang biasa mengumpulkan modal sedikit-sedikit sangat sulit bersaing dengan pemodal besar. Terlebih biaya operasionalnya sangat mahal yang harus ditopang dengan iklan, kita tahu iklan-iklan terbesar adalah rokok dan yang terkait dengan kamar mandi. Jika iklan-iklan ini yang dimuat, maka warga Muhammadiyah akan berteriak.
Karenanya, upaya terakhir adalah bagaimana Muhammadiyah dapat melobbi untuk dapat mengisi acara televisi-televisi tersebut sehingga dapat ikut mewarnai masyarakat. Minimal dapat ikut menghambat atau memperkecil efek negatif penyiaran bagi masyarakat. Ini perlu lobbi yang kuat.
Lobbi yang kuat juga diperlukan di dunia politik. Karena Muhammadiyah organisasi massa dan bukan organisasi politik tentu tak bisa terjun langsung. Hanya lobbi-lobbi yang bisa dilakukan untuk berperan dalam kancah politik, minimal politik jangan sampai merusak Muhammadiyah. Ini tergantung kekuatan lobbi pimpinannya di berbagai jenjang.• (eff)