Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth, saya (30 tahun) ibu rumah tangga dengan seorang anak. Suami seorang pegawai BUMN dengan karir yang semakin menanjak. Saya sendiri berasal dari keluarga yang cukup dan berhasil menyelesaikan PT dengan IP lumayan baik. Yang menjadi masalah, saya sulit bergaul secara mendalam. Untuk menjadi lekat dengan seseorang sangat susah. Setelah mengenal saya lebih jauh orang itu akan mendominasi, menyepelekan, dan memanfaatkan saya.
Saya menyadari hal itu, tapi sulit mengubahnya. Biasanya saya menarik diri atau agresif mengonfrontasi secara langsung hanya dengan orang-orang dekat. Ini membuat saya membatasi diri dan tidak bisa membangun pertemanan yang solid dan bermanfaat. Akibatnya saya banyak kehilangan kesempatan baik dalam hal pribadi maupun karir.
Untung suami saya cukup sabar menghadapi saya. Sulit bagi saya mengungkapkan perasaan atau opini pada suami, juga pada orang lain. Saya merasa kurang secara pribadi. Rasa percaya diri yang rendah dan rasa cemas yang ada, mungkin karena pola asuh keluarga. Orangtua keras, tidak demokratis, cenderung otoriter.
Saya bersyukur bisa melaluinya, ini menumbuhkan keyakinan bahwa saya bisa. Sekarang saya akan berjuang untuk bisa menjadi TANGGUH sebagai pribadi, tidak mudah didominasi dan memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain. Saya ingin bisa mengembangkan pola pikir dan perasaan saya. Sehingga bisa jadi teladan bagi anak saya. Saya juga ingin menjadi partner yang baik bagi suami. Dan keinginan yang lain yang ingin saya wujudkan. Bisakah sifat saya diubah? Mohon saran dari Ibu. Jazakumullah.
Wassalamu’alaikum wr wb.
Wrn, di kota X
Wa’alaikumsalam wr wb.
Ibu Wrn, saya salut Ibu akhirnya mampu mengakui bahwa Ibu punya masalah, sehingga Anda punya peluang untuk mendapat bantuan dan dukungan dari lingkungan. Setelah mengakui dan punya niat kuat untuk keluar dari masalah, cobalah teliti diri dengan seksama dan tulislah di kertas, apa saja yang sudah berhasil diperoleh dari kehidupan sampai umur sekarang ini yang bisa disebut hal positif ataupun kekuatan Anda. Seperti misalnya Anda pandai, bisa menyelesaikan kuliah dengan IP di atas 3, cantik meski senyumnya agak terhambat, dan punya kompetensi jadi istri yang mendukung suami dan anak yang lucu dan sehat mungkin ada lagi yang lain. Saat Anda menemukan, menuliskan dan kemudian membacanya saya yakin dalam diri Anda akan ada perasaan nyaman dan berkata, ”Oh, ada ya kelebihan saya.”
Rupanya, Anda punya rasa PD yang perlu ditingkatkan. Saya menduga, sumbernya adalah citra diri yang buruk. Dan, ini berasal dari pengalaman masa kecil yang tidak memberi peluang tumbuhnya perasaan positif tentang diri sendiri. Akibatnya, Anda gagal menjalani “intimacy” atau kedekatan dengan orang lain. Anda merasakan sebagai kesepian tak punya sahabat, di saat mau dekat, dimanipulasi teman.
Ibu Wrn, saat kecil kita sepenuhnya bergantung pada orangtua, maka segala yang mereka katakan menjadi keyakinan yang kita percayai 100%. Apalagi, bila secara nyata dibedakan, dibanding-bandingkan disertai dengan, mungkin bukan tangan, tapi ucapan-ucapan marah dan kritik, cemooh dan celaan. Tidak pernah menghargai dan memberi pujian pada pencapaian prestasi anaknya. Maka, anak tumbuh dengan keyakinan bahwa ia tak pantas dihargai. Karena merasa banyak kekurangan, sebaiknya menutup diri.
Nampaknya, inilah yang terjadi pada diri Anda. Sehingga ketika Anda menelaah diri, Anda hanya fokus pada kekurangan dan ketidakmampuan, dan tidak mampu melihat sisi-sisi positif yang ada. Setelah Anda tahu semua hal tadi, mulailah lebih keras mengubah keyakinan yang didominasi rasa tidak mampu dan tidak berharga. Yakinkan bahwa Anda punya kelebihan dan mampu mengelola kelemahan.
Buat program memperbaiki citra diri ini. Fisik, yang menghasilkan “body image” juga penting. Mengubah cara berpakaian, pilih warna jilbab yang lebih terang dan belajar berdandan untuk kesan fresh dan ceria, tak perlu menor. Libatkan suami, minta komentarnya. Biasakan bertukar kata-kata manis, pujian yang positif dengan suami, anak dan orang terdekat seperti pembantu. Anda akan menemukan bahwa saat Anda memberikan rasa nyaman pada orang, respek, dan penghargaan Andapun akan memperoleh kembali, rasa itu. Nikmati rasa nyaman yang timbul dan terima pujiannya dengan tulus. Mulailah memberi rasa nyaman dengan tidak meniadakan diri. Semoga apa yang telah diupayakan dicatat sebagai amal shalih oleh Allah. Amin.•