LAMONGAN – Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML) merupakan salah satu Rumah Sakit di Indonesia yang mengembangkan konsep RS Siaga Bencana. Tidak berhenti dengan hanya memastikan lingkungan RS nya aman dari bencana, namun juga kengembangkan tim fasilitator untuk RS lain selain tim yang siap dikirimkan ke daerah bencana dalam koordinasi Muhammadiyah. Salah satu upaya untuk mengemban komitmen tersebut adalah mengembangkan modul-modul pelatihan bekerjasama dengan Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dalam program Hospital Preparedness and Community Readiness for Emergency and Disaster (HPCRED).
“Selama satu tahun ini, direksi sangat mendukung kerjasama ini, seperti dengan menugaskan dokter dan perawat kami untuk menjalani TOT dan menjadi fasilitator di RS lain. Program ini sejalan dengan program RSML yang juga mengembangkan pusdiklat,” ungkap dr H. Umi Aliyah, MARS, direktur utama RSML, pada Sabtu 23 Januari 2016 dalam acara Review Modul Program HPCRED di gedung Life Support Training Center (RSTC) RSML.
“Semoga modul yang direview ini akan berguna bagi pengembangan pelatihan-pelatihan di tempat lain. Apalagi pelatihan ini sangat membantu rumah sakit untuk memenuhi salah satu syarat akreditasi,” tambah dr Umi yang juga merupakan asessor Komite Akreditasi RS (KARS) ini.
Hadir dalam kesempatan tersebut, dr Indro Murwoko dari Pusat Krisis Kesehatan Kementrian Kesehatan dan Arif Nur Kholis Sekretaris MDMC yang keduanya hadir sebagai technical board program.
“Kami melihat berbagai hal menarik selama setahun ini berinteraksi dengan teman–teman fasilitator dari MDMC dan RSML, salah satunya dengan perkembangan kemampuan fasilitasi teman-teman dalam menyampaikan isi modul dengan dinamis dan interaktif sehingga tidak monoton,” tutur dr Indro.
Menurut dr Indro, upaya MDMC bersama RSML mengembangkan fasilitator dan modul pelatihan untuk RS Siaga Bencana ini akan sangat membantu pengembangan kesiapsiagaan di rumah sakit di Indonesia. “Tidak banyak fasilitator yang mengembangkan bidang ini, baru saya lihat di UGM dan itupun sangat terbatas, padahal kebutuhan RS yang harus meyiapkan diri menghadapi bencana sangat banyak” demikian lanjut dr Indro.
Program HPCRED merupakan program kerjasama antara MDMC, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Pemerintah Australia dengan fokus pengembangan di Makassar, Gresik dan Malang sebagai RS dan masyarakat yang didampingi untuk mengembangkan kesiapsiagaan menghadapi kedaruratan dan bencana, sejak Januari 2015. Sementara RSML yang telah menjalani program serupa beberapa tahun yang lalu, pada program ini menjadi pusat pengembangan modul dan fasilitator. Program ini menghasilkan tiga modul, yaitu Modul Pelatihan Sistem Pengendali Operasi (Incident Comand System), Modul Pelatihan Rencana Penanggulangan Bencana RS (Hospital Disaster Plan) dan Modul Pelatihan Koordinator Operasi Medis Darurat (Medical Officer).
Menurut Arif Nur Kholis yang juga pengurus Platform Nasional Pengurangan Risiko Bencana ini, keunikan modul dan fasilitator dalam program ini adalah dikembangkan para praktisi yang kesehariannya bekerja di RSML bersama para praktisi dan ahli manajemen bencana dan manajemen Rumah Sakit dari MDMC, Kemenkes, BNPB dan Fakultas Kedokteran Univ Brawijaya.
“Kami mengembangkan modul ini setahun yang lalu sebagai edisi 2015 bertempat di Pusdiklat BNPB. Selama setahun kami terapkan di Makassar, Gresik dan Malang, dan kali ini kita review untuk menghasilkan modul edisi 2016. Jadi modul ini benar–benar aplikatif dan terus dilakukan update ” papar Arif pada kesempatan itu.
Sementara itu, dr Zuhdiyah Nihayati, Area Manager Program untuk Lamongan di akhir acara menyatakan bahwa pelaksanaan review ini telah berhasil menuangkan berbagai pengalaman praksis yang selama ini diterapkan dalam pelatihan kedalam modul pelatihan edisi 2016. (arif/Thari)