Muhamadiyah harus menyusun strategi untuk menyebarkan karya-karya yang dimilikinya ke dunia international. Dulu, Prof Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau Buya Hamka telah memberikan teladan. Buku beliau yang berupa karya sastra maupun buku agamanya berpengaruh kuat di dunia internasional khususnya warga Asia Tenggara.
Namun, kisah suskes itu seakan terhenti, pengaruh Islam Indonesia mulai melemah di dunai international. Dari fenomena di ataslah, Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Cabang Ciputat menggelar seminar internasional yang membahas peran Muhammadiyah dalam globalisasi di Pusat Dakwah Muhammadiyah Jakarta.
Dalam seminar di penghujung tahun 2015 tersebut, Direktur Riset dan Program Akademik International Institute of Islamic Thought, Dr. Ermin Sinanovic mengungkapkan, umat Islam saat harus benar-benar bangkit untuk bersatu. Sudah bukan waktunya lagi umat Islam mempersoalkan kelompok-kelompok mana yang terbaik atau bukan. Sebab, hal itulah yang justru menghambat dakwah Islam dan berpotensi memecah belah umat Islam.
Mengingat Indonesia merupakan Negara yang penduduknya mayoritas muslim yakni lebih dari 200 juta orang, umat Islam Indonesia juga harus bisa menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam, kepada dunia Internasional. Angka 200 juta ini harus direnungkan oleh segenap umat Islam di Indonesia untuk lebih banyak berkarya.
Menurut Ermin, karya-karya pemikir, intelektual, cendekiawan, dan ulama di Indonesia memiliki subtansi yang sangat bagus, namun karya itu belum banyak beredar ke dunia internasional. Barangkali, hal itu dikarena buku-buku kajian keislaman yang ditulis cendekiawan Indonesia itu belum banyak yang dikemas dalam bahasa Inggris atau bahasa Ara. Di saping itu, jumlah buku yang diproduksi di Indonesia sendiri juga masih belum memuaskan. Hal yang sama juga terjadi pada karya pemikir-intelektual Islam dari Muhammadiyah.
Sementara itu, Prof. Muhammad Ali dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidyatullah Jakarta menyarankan agar Muhammadiyah mendirikan sekolah-sekolah Muhammadiyah atau amal usaha lain diNegara selain Indonesia, seperti di Amerika, Mesir, atau Negara lainnya.
“Islam berkemajuan harus diketahui,” kata Ali.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PP Muhammadiyah, Muhammad Najib Burhani memberitahukan, kalau MPI akan membuat wikimu (wiki muhammadiyah), yakni pusat data semua tentang Muhammadiyah berbasiskan website. Wikimu ini akan berisi konten-konten informasi, kajian keislaman dan kemuhammadiyahan yang multibahasa, terutama dalam bahasa Inggris.
Wikimu ini adalah jawaban dari adanya buku Ensiklopedia Muhammadiyah yang penyebarannya masih terbatas. Wikimu ini akan diisi dengan Manhaj Muhammadiyah yang diharapkan bisa tersebar luas.
Tak hanya itu, Peneliti LIPI ini juga mengharapkan aktivitas lain dari Muhammadiyah yang banyak berkelas internasional seperti penanggulangan bencana perlu dipublikasikan secara massif. Setiap aktivis tidak perlu merasa inferior dan harus terbiasa bergaul dengan dunia luar dan menunjukan kemampuan yang baik.
Menurut Najib, masih banyak aktivis Muhammadiyah yang terlalu merasa “rendah hati” ketika tampil dalam konteks dunia. Sebagai pelajaran, organisasi lain yang lahir lebih muda dari Muhammadiyah seperti Ikhwanul Muslimin, Hizbut Tahrir ternyata justru telah lebih cepat menyebar ke berbagai Negara, tak terkecuali di Indonesia.• (Ridlo Abdillah-NS)