Assalamu’alaikum wr wb.
Ibu Emmy yth., saya gadis (28 tahun) pujakesuma, putra Jawa kelahiran Sumatera. Saya lahir dan besar di Bandar Lampung. Saya lulus seleksi CPNSD (calon pegawai negri sipil daerah) di kabupaten X dan ditempatkan di Puskesmas Y. Perbatasan dengan Sumatera Selatan.
Di Puskesmas ini tenaga PNS lebih sedikit daripada tenaga honorer. Pertama saya masuk saya kaget dan sedih, karena dianggap menutup rizki mereka. Saya mencoba untuk menerima ketika minta bantuan tenaga, pikiran bahkan uang. Mereka kurang menguasai komputer, maka ketika membuat laporan saya yang mengetikkan. Lama-lama, mereka jadi suka menyerahkan semua pada saya. Belum lagi masalah uang. Sebagian orang di Puskesmas ini suka menjelek-jelekkan orang lain, mengadu domba, dan suka berhutang tapi tak mau bayar. Saya suka ngeri melihat perilaku mereka. Maka, saat mendapatkan SK PNS, saya minta pindah ke Bandar Lampung. Tapi, tanggapan Kementerian Kesehatan lama sekali, sampai saya berpikir kalau permintaan pindah saya ditolak.
Ketika menunggu jawaban, saya mengikuti study banding ke kabupaten lain dan berkenalan dengan seorang pria. Dia baik, rajin beribadah dan tidak merokok. Kami sering SMS dan telepon. Dia juga main ke tempat tinggal saya. Kata teman-teman dia naksir saya. Tapi, di Hpnya ada foto mesra dia dan seorang wanita. Saya kaget, tapi rasa ingin memiliki dirinya kuat sekali. Maka saya menyatakan perasaan saya lewat telepon. Dia kaget dan bertanya, ”Kenapa saya?” setelah itu ia tak pernah menghubungi saya.
Suatu saat, rekomendasi penerimaan mutasi datang. Beberapa hari setelah itu ia menelepon saya dan mengatakan kalau ia memilih saya dan memutuskan pacarnya setelah konsultasi dengan ibunya. Saya pun menemui ibu dan kakaknya. Bu, dia mengatakan tak bisa ikut pindah ke Bandar Lampung. Saya bingung memilih antara dekat dengan orangtua dan bertugas di tempat yang sesuai dengan harapan saya atau bertahan dan berharap bisa menikah dengannya? Saya ingin menikah tahun ini dan punya anak 2 tahun kemudian. Saya harus bagaimana ya, Bu? Mohon sarannya agar tidak bingung lagi. Atas jawabannya saya ucapkan jazakumullah.
Wassalamu’alaikum wr wb.
W, di kota X
Wa’alaikumsalam wr wb.
W yang baik, ada dua masalah yang datang pada W dalam waktu yang hampir bersamaan. Masalah pertama tentang kemajuan karir dan masalah kedua soal kehidupan pribadi (pasangan hidup). Masalah pertama sudah beres, sehingga W hanya harus memelihara dan meningkatkan yang sudah ada. Sementara menikah adalah angan-angan dan keinginan Anda. Jadi, masalah utama bukanlah kapan W akan menikah, tetapi apakah sudah ada laki-laki yang bersedia menikahi Anda. Soal jodoh? Masalah ini sepenuhnya ketentuan Allah.
Karir, termasuk tempat mengabdikan diri, sangat tergantung terhadap upaya W dalam menjaga kelangsungannya. Saat ini W sudah memperoleh harapan, yaitu mutasi ke Bandar Lampung. Maka W sudah tidak punya masalah pekerjaan. Asalkan, W tidak mencampuradukkan masalah pekerjaan dan masalah jodoh.
W, masalah lahir, jodoh dan mati adalah misteri dan hanya Tuhan yang mengetahuinya. Kok bisa-bisanya W mematok target untuk pernikahan yang merupakan hak prerogatif Tuhan. Mengapa W harus melepaskan peluang mutasi ke Bandar Lampung, dekat dengan orang tua dan kota asal W untuk sesuatu yang belum pasti?
Mari kita dudukkan lebih teratur, sejak awal W berinisiatif menggiring rasa suka laki-laki itu ke arah yang lebih serius. W juga selalu selangkah lebih cepat. Waktu dia berkali-kali datang, W yang “nembak” dengan menantang keseriusannya. Waktu W tahu, dia sudah punya pacar, W mengiakan diajak bertemu orang tuanya. Saat W dimutasi, dia tak mau menikah bila harus jauh dari ibunya. Di titik ini, sebetulnya merupakan pertanda ketidakseriusan laki-laki itu. Rasanya tidak sebanding bila W yang harus melepaskan sesuatu yang sudah pasti, yaitu karir. Memang pacaran butuh seseorang yang menyenangkan untuk mengobrol, dan ada rasa rindu. Tetapi untuk menikah, butuh pertimbangan rasional yang lebih dari sekadar hal-hal emosional.
Saya ingin mengajak W, mari menjadi perempuan cerdas yang mengantisipasi permasalahan perkawinan dengan menganalisis indikator kematangan, kemandirian serta peluang pengembangan karir calon suami. Akhiri hubungan bila dia tidak bisa meyakinkan W bahwa dia bisa bahu-membahu membangun masa depan bersama. Menurut saya, pindah ke Bandar Lampung saja! Bekerjalah dengan profesionalisme yang tinggi, insya Allah akan ada banyak laki-laki dengan cinta sejati mendatangi W. Amin.•
***) Emmy Wahyuni, Spsi., seorang pakar psikologi.