Hadirin jamaah jum’at yang dirahmati Allah.
Janganlah sekali-kali lupa mensyukuri anugerah satu-satunya pemberian Allah SwT yang terbesar dan tak ternilai harganya. Yaitu agama Islam. Di dalam hal memilah dan memilih agama, tidaklah ada unsur paksaan dari siapapun dan dari manapun. Namun kebebasan memilih bukanlah berarti tanpa konsekuensi. Manusia harus bertanggungjawab atas apa yang mereka pilih. Manusia kebanyakan tidak memilih agama dan akidah yang satu. Mereka pun memilih beragam agama dan kepercayaan, dan Allah tidak menghalangi orang-orang yang memilih jalan kesesatan dan berpaling dari jalan kebenaran.
Sesuai firman Allah:
“Dan katakanlah: Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin beriman, berimanlah! Dan barangsiapa yang ingin kafir, kafirlah!’ Sesungguhnya telah Kami sediakan bagi orang-orang zalim neraka, yang gejolak apinya mengepung mereka, dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” Qs Al-Kahfi: 29)
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Jalan kebenaran itu hanya satu adanya, sedang jalan kesesatan banyak sekali bahkan bercabang-cabang dan beranting. Rasulullah saw pernah mengisyaratkan dengan menggambarkan jalan kebenaran dengan sebuah garis, dan jalan kesesatan dengan menggambarkan beberapa garis. Abdullah bin Mas’ud ra menceritakan hal itu:
“Rasulullah saw pernah menggambarkan sebuah garis lurus untuk kami, lalu beliau bersabda:‘ Ini adalah jalan Allah’, kemudian beliau menggambarkan beberapa garis di kanan kirinya. Beliau kemudian bersabda: “Ini adalah jalan-jalan yang saling berselisih, dan di setiap jalan, dan di setiap jalan tersebut ada setan yang menyeru, sehingga manusia mau mengikuti jalan-jalan sesat tersebut.” (HR Ahmad)
Demikian pula Al-Qur’an ketika mengabarkan tentang jalan kebenaran, Allah menggunakan lafal mufrad (tunggal), seperti dalam surat Al-Fatihah: 6: “Ihdinash shirathal mustaqiim” “Tunjukkanlah kami ke jalan yang lurus”. Disini kata “ashirathu” bentuk tunggal (sebuah jalan), bentuk jamaknya “shuruuthum” (beberapa jalan). Sebaliknya ketika menyebutkan tentang kesesatan Allah menggunakan lafal jamak:
“Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah, dan janganlah kalian mengikuti mengikuti jalan-jalan yang lain., karena jalan-jalan lain itu mencerai-beraikan kalian dari jalan Allah. Yang demikian itu Allah wasiatkan pada kalian agar kalian semua bertakwa”. (Al-an’Am: 153)
Dalam ayat tersebut terdapat kata “subulun” (beberapa jalan), bentuk jamak dari “sabiilun’ (jalan). Demikianlah penjelasan dari Al-Qur’an maupun Hadits tentang jalan kebenaran itu satu dan jalan kesesatan itu banyak. Pada hakikatnya, jalan kebenaran yang satu itu tertulis jelas dalam Qs Ali Imran: 19: “sesungguhnya agama yang diridhai di sisi-Nya hanyalah Islam”.
Begitulah, Allah telah menyatakan dengan gamblang bahwa agama di sisinya satu belaka, yaitu Agama Islam, tidak yang lain. Dan hanya 1 tidak berbilang, bukan 2, bukan 3. Meski kebenaran itu sudah sudah gamblang dijelaskan Al-Qur’an maupun Hadits, namun ada sebagian orang Islam yang masih ragu menerima kebenaran.
Ada yang mengatakan kebenaran relatif, ada lagi yang berpendapat bahwa manusia tidak menghendaki kebenaran/kesesatan dan tidak berhak member label sesat. Mereka membuat ibarat hidup ini seperti anak sekolah yang sedang mengerjakan soal ulangan. Alangkah dungunya manusia seperti ini, hidup di dunia tidak tahu mana benar mana sesat.
Apa gunanya Al-Qur’an diturunkan? Lebih fatal lagi manusia yang berprinsip, “entah benar entah salah, pejah gesang yang penting manut wong akeh”. Ini contoh manusia taqlid buta! Na’udhubillah!
KHUTBAH KEDUA
Ma’asyiral Muslimin, jamaah Jum’at yang dirahmati Allah.
Pada kesempatan khutbah ini kami mengingatkan kepada para jamaah, mari tingkatkan terus semangat memahami keislaman dengan rajin mengikuti majelis taklim, baca buku, majalah, dsb. Dengan pemahaman Islam yang cukup maka akan dapat membedakan mana aliran lurus dan yang sesat. Taruhlah curiga bila menemukan sekelomppok orang berdakwah Islam dengan sembunyi-sembunyi dan takut diketahui orang banyak. Jangan ragu berkonsultasi dengan ulama/ustadz yang terpercaya ketika menemukan sebuah keganjilan dalam praktik beragama. Jika menemukan aliran sesat, hadapi dengan bijak, hati-hati, jangan mencaci, menyesat-nyesatkan, anarkis, apalagi memvonis kafir. Ikutilah petunjuk Allah: “idfa’billati hiya ahsanussayyi’ah” “Tolaklah perkataan buruk mereka dengan cara yang lebih baik”. (Qs Al-Mukminun: 96).
Mari mohon pertolongan kepada Allah agar dihindarkan dari kesesatan dan dimantabkan dalam kebenaran. “Ya Allah tunjukkan kami jalan yang lurus, yaitu jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang telah Engkau anugerahi nikmat, bukan jalannya orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalannya orang-orang yang tersesat”. Amin.•
——————————–
Anhari, Sekretaris Pimpinan Cabang Muhammadiyah Kalinyamatan, Jepara, Jawa Tengah.