Suatu hari di sekitar tahun 1985, Pak AR diundang Majelis Ulama untuk mengikuti musyawarah Majelis Ulama di Jakarta dan diinapkan di Hotel Arya Duta.
Pada saat senggang / istirahat Pak AR mengundang Luthfi, putranya yang nomor empat ke hotel. Luthfi datang bersama temannya Panji (adik dari Hastin Atas Asih).
Pak AR menawari Luthfi dan Panji mau makan apa dan minum apa.
Luthfi dan Panji menjawab ; “Terserah apa saja” Maka Pak AR menelpon ke restaurant pesan roti bakar dan kopi susu untuk Luthfi dan Panji.
Ketika pesanannya datang, Pak AR sedikit kecewa karena ternyata rotinya agak hitam (gosong – Jw), mungkin kelamaan waktu membakar.
Kata Pak AR kepada Panji ; “Nak Panji, inilah roti bakar yang dibakar dengan sungguh-sungguh.
Silahkan dinikmati, sekalian jadi norit. Mungkin yang membakar roti mengira kita pada sakit perut”.
Tentu saja Panji dan Luthfi ketawa ngakak.