Yogyakarta- Sebagai organisasi modern yang bergerak secara runtut, berjenjang, dan sistematis dari tingkat pusat hingga ranting, Persyarikatan Muhammadiyah dinilai belum memiliki standarisasi pengajian yang baku dan menyeluruh. Hal ini mengakibatkan adanya ketidaknyaman bagi para jamaah Muhammadiyah di tingkat bawah. Ketiadaan standarisasi ini juga menjadi salah satu dari penyebab kebosanan jamaah untuk mengikuti pengajian Muhammadiyah. Pada tingkat yang lebih ekstrem, beberapa jamaah kemudian ada yang beralih untuk mengikuti pengajian dari organisasi keagamaan lain yang memiliki kurikulum pengajian yang dikemas secara lebih rapi dan terstandarisasi dengan baik.
Untuk menjawab kegelisahan itu, Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Daerah Instimewa Yogyakarta mengagendakan untuk segera terbitkan buku panduan pengajian Muhammadiyah. Harapannya, pengajian-pengajian yang diselenggarakan di lingkungan Persyarikatan bisa mengacu kepada buku tersebut. Buku panduan tersebut akan disusun secara sistematis dan sesuai dengan kebutuhan warga Muhamamdiyah. Sehingga mampu meminimalisir pengulangan materi dan juga efektif memberi kemudahan bagi segenap mubaligh Muhammadiyah.
Rencana ini mengemuka dalam kegiatan rapat kerja majelis dan lembaga PWM DIY pada Senin (8/2), bertempat di gedung AR Fackruddin B, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Selain program penyusunan buku panduan pengajian, Majelis Tarjih dan Tabligh juga menaruh perhatian pada ranah literasi dan arsip serta ranah pengembangan gerakan.
Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PWM DIY Agus Salim, dalam pemaparan program kerja di hadapan pimpinn wilayah Muhamamdiyah DIY, juga mengutarakan rencana untuk melakukan resistematisasi buku Himpunan Putusan Tarjih (HPT). Menurutnya, konten isi, susunan, dan tampilan buku HPT selama ini terasa kaku dan tidak menarik untuk dibaca.
Di bagian lain, pembina di Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta itu juga mengungkapkan bahwa Majelis Tarjih dan Tajdid akan segera membuat media-media peraga dan visual untuk disebarkan di sekolah-sekolah Muhammadiyah yang ada di DIY. Para guru kerap meminta Majelis Tarjih bisa mengeluarkan pedoman-pedoman hidup islami yang dikemas secara menarik, langsung dibuat dan atas inisiasi dari otoritas yang berhak dalam hal pedoman hidup islami warga Muhammadiyah, yaitu Majelis Tarjih dan Tajdid. (Ridha)