Beberapa pekan terakhir, musibah banjir merata di berbagai pelosok Indonesia. Menurut data BNPB/BPBD, banjir bandang telah melanda 92 kabupaten dan kota. Dalam merespon musibah tahunan tersebut, Muhammadiyah menjadi salah satu aktor utama yang aktif turun ke lokasi bencana sejak awal. Melalui Muhammadiyah Disaster Management Centre (MDMC), Muhammadiyah melakukan berbagai kegiatan untuk meringankan beban korban atas dasar kemanusiaan universal.
Belum lama ini, MDMC Blora bersama RS PKU Muhammadiyah Cepu turun langsung dalam kegiatan pengobatan gratis di Mojorembun, Kradenan. Di Propinsi Sumatera Barat, MDMC Sumbar berkoordinasi dengan Yayasan Budha Suci menyalurkan bantuan kepada korban banjir di beberapa titik. Sementara itu, MDMC Riau bersama Mapala UMRI juga turut andil menyalurkan bantuan di Desa Gunung Sahilan, Kampar.
Di Sidoarjo, sejak Selasa (9/2/2016), MDMC bersama dengan Lazismu juga beraksi menebarkan ratusan nasi bungkus di lokasi banjir Desa Kaliampo, Kalicabean, Candi Sidoarjo. Hujan deras yang mengguyur Sidoarjo telah menyebabkan genangan air di dalan rumah sampai ketinggian 1 meter. Imbas dari banjir genangan ini menyebabkan terganggunya aktivitas warga Kalicabean. Setidaknya, ada 324 rumah yang tergenang air.
Amien Widodo, salah seorang aktivis bencana melalui akun medsosnya mengaku prihatin dengan maraknya kasus banjir musiman. Menurutnya, pemerintah dan semua pihak seolah lalai dan tidak mau mengubah keadaan. “Sejak tahun 1815 sampai sekarang bencana musiman ini akan tetap menjadi bencana forever. Memang benar semua orang masih menganggap bencana itu sebagai takdir yang layak kita terima dan kita tidak perlu melakukan apa apa. Walau bencana itu menerjang kita berulang ulang. Walau korban sudah berguguran, walau ratusan ribu mengungsi, walau kerusakan semakin besar, walau kerugian semakin menumpuk,” ungkapnya.
Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) merupakan lembaga yang bergerak untuk menangani berbagai kegiatan penanggulangan bencana, berupa Mitigasi dan Kesiapsiagaan, Tanggap Darurat dan juga Rehabilitasi. Sejak awal, MDMC mengadopsi kode etik kerelawanan kemanusiaan dan piagam kemanusiaan yang berlaku secara internasional, mengembangkan misi pengurangan risiko bencana sesuai dengan standar Hygo Framework for Action dan mengembangkan basis kesiapsiagaan di tingkat komunitas, sekolah dan rumah sakit. Sehingga peranan MDMC tidak hanya di Indonesia, namun juga menjadi pelopor relawan Indonesia dalam berbagai bencana dan kegiatan humanitarian Internasional, seperti gempa Nepal tahun 2015 lalu. (M. Ridha Basri)