Masyarakat luas dilanda cemas dan takut atas aksi Gafatar. Sejumlah orang hilang dan meninggalkan daerah asal dengan menjual apa saja, telah menimbulkan kecemasan yang meluas. Apa yang diperbuat terhadap anggota keluarganya yang hilang. Bagaimana pula nasib mereka yang kini telah dikembalikan ke daerah masing-masing untuk menjalani kehidupannya kembali.
Lebih jauh, takut pula setelah lepas dari Gafatar kemudian direkrut kembali, sebagaimana pengakuan yang diungkapkan oleh Forum Silaturahmi Keluarga Korban Gafatar yang ada di Yogyakarta.
“Kembalinya anggota-anggota keluarga kami, masih menyisakan persoalan yang harus kami terima. Banyak di antara anggota-anggota keluarga kami belum sepenuhnya normal sebagaimana warga masyarakat pada umumnya,” ungkap Rezkan dan Faried mewakili Forum Silaturahmi Keluarga Korban Gafatar.
Selain itu, menurut mereka, kemungkinan akan ditariknya anggota keluarga mereka kembali bergabung ke organisasi lama, masih sangat terbuka. “Kami mengkhatirkan, bahwa anak-anak dan saudara-saudara kami ibarat mesin yang sedang di off kan, suatu kali akan dihidupkan kembali oleh penggunanya,” lanjut Rezkan dan Faried yang menyerahkan permasalahan ini pada LKBH UII.
Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) masih misterius bagaikan hantu. Beberapa pihak mengkaitkan gerakan ini dengan Al Qiyadah Al Islamiyah yang didirikan Ahmad Musadeq. Qiyadah Islamiyah sendiri telah dibubarkan dan pendirinya telah dibui.
Dibubarkannya Al-Qiyadah Al Islamiyah sendiri kemudian memunculkan Milata Abraham di Aceh pada awal tahun 2011. Aliran ini di luar Aceh disebut Milah Ibrahim. Aliran ini berkembang cepat di Kabupaten Bireuen Aceh.
Milata Abraham dalam ajarannya meragukan Kitab Suci Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Muslim. Mereka juga tidak mewajibkan pengikutnya shalat 5 waktu tetapi mengharuskan pengikutnya hanya shalat satu kali pada tengah malam.
Milah Ibrahim ini kemudian dibubarkan, tetapi sebelumnya telah dideklarasikan Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) pada tahun 2012. Namun sebetulnya Gafatar telah membubarkan diri pada Agustus 2015 lewat Kongres Luar Biasa. Salah satu alasan pembubaran diri itu adalah karena meski sudah empat tahun berdiri, mereka belum juga mendapat pengesahan dari pemerintah. Mereka berubah menjadi Kelompok Tani atau ada juga yang menyebut NKSA (Negara Kesatuan Semesta Alam) dan bahkan Negara Kesatuan Tuan Semesta Alam.
Tetapi penelusuran berbagai pihak ini dibantah oleh Gafatar. Mantan Ketua Umum Gafatar, Mahful M Tumanurung, mengatakan organisasi yang pernah dipimpinnya tidak ada hubungan dengan Al-Qiyadah Al Islamiyah yang dipimpin Ahmad Musadeq yang mengklaim sebagai nabi terakhir pengganti Nabi Muhammad.
“Tidak ada hubungannya. Kami hanya menganggap Musadeq sebagai guru biasa,” kata Mahful di Kejaksaan Agung, Jakarta, Jumat, 29 Januari 2016. Sebelumnya Tim pendamping Gafatar dari Aliansi Nasional Bhineka Tunggal Ika, Sudarto, menerangkan Musadeq dan Gafatar tidak memiliki hubungan struktural. Menurut dia, Musadeq telah dinyatakan sesat saat memimpin Al Qiyadah lantaran mengaku nabi. Dia pun telah dipenjara.
Al-Qiyadah lantas dibubarkan. Sebagian mantan pengikutnya bergabung mendirikan Gafatar dengan misi mandiri dalam ketahanan pangan melalui pertanian. “Nah setelah dipenjara, mereka (Gafatar) menganggap Musadeq telah diputihkan lagi. Sehingga dijadikan guru diskusi agama, bukan nabi,” kata Sudarto.
Meskipun tidak mengakui ada ikatan organisasi ternyata Ahmad Musadeq tercatat sebagai Pembina Gafatar bersama mantan Pimpinan KPK Bibit Samad Riyanto. Bibit sendiri mengakui pernah bergabung ke Gafatar tetapi kemudian keluar dari Gafatar karena mereka mengakui adanya Nabi setelah Muhammad saw. Bahkan ketika bertemu Ahmad Musadeq yang juga Pembina Spiritual Gafatar tahun 2014, Musadeq masih mengaku sebagai Nabi.
Gafatar ternyata benar terkait dengan Milah Ibrahim yang telah dibubarkan. Ini tergambar dari pernyataam Mahful. “Kami menyatakan sikap telah keluar dari keyakinan atau paham keagamaan Islam mainstream dan tetap berpegang teguh pada paham Millah Abraham sebagai jalan kebenaran tuhan, seperti yang telah diikuti dan diajarkan oleh para nabi dan rasul Allah,” kata Mahful Tumanurung dalam jumpa pers di gedung LBH Jakarta, Selasa (26/1).
Menurut dia, Gafatar diilhami dari ajaran-ajaran para nabi sebagaimana yang diyakini agama Islam. Namun, Gafatar tidak hanya mengakui kesucian Al-Qur’an, tapi juga Taurat dan Injil. Sikap ini, menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI) membahayakan.
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Buya Anwar Abbas, menganggap sikap Gafatar itu berbahaya. Lebih lanjut, ia memandang ajaran-ajaran Gafatar tak hanya melecehkan agama Islam, melainkan juga berpotensi mengancam keutuhan negara.
Sebab, Gafatar mengajarkan, ibadah shalat dan puasa tak wajib dikerjakan bagi orang Muslim. Padahal, kedua ibadah itu merupakan bagian pokok dari rukun Islam. “Maka jelas-jelas akan merusak keberislaman dari yang bersangkutan,” kata Buya Anwar Abbas.
Menurut Dr Damami, dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, ajaran yang dipraktikkan Gafatar dengan eksodus ke Kalimantan ini, merupakan penerapan yang keliru ajaran hijrah dalam Islam. “Kalau Nabi Muhammad saw dan umatnya hijrah dari Makkah ke Madinah, mereka eksodus dari berbagai pulau di Indonesia ke Kalimantan,” ungkapnya. Masalahnya, apa kepentingan di balik eksodus itu? Di sinilah sisi misterius atau tersembunyi dari Gafatar. Hijrah mestinya terbuka dan tidak disalahgunakan.
Jika dilihat ajaran-ajaran sesat Ahmad Mushadeq selama ini, menurut Damami, masih terkait dengan klaim nabi palsu itu, yang mensejajarkan dirinya dan mengaku sebagai pengganti Nabi Muhammad. Ajaran-ajaran awal Nabi Muhammad memang belum mengajarkan shalat lima waktu karena belum datang kewajiban shalat, tetapi Nabi Muhammad diwajibkan Allah untuk shalat malam. Rupanya cara meniru ajaran yang salah kaprah oleh Mussadeq dengan mengajak hijrah atau eksodus ke Kalimantan.
Tetapi juga ia tidak cermat, sebetulnya sebelum hijrah, shalat lima waktu sudah diwajibkan.
Ajaran Mussadeq dan juga Gafatar diduga kuat mengagendakan pembentukan negara sendiri. Megara di dalam negara Indonesia. Paling tidak dengan konsep NKSA yang digagas Gafatar ini sudah mengarah kesana. Tetapi tentu tak bisa begitu saja menuduh hal ini.
Gafatar memang bagaikan hantu yang bisa berubah dengan berbagai wajah, baik wajah buruk maupun jahat. Wajah baiknya memang sangat menarik dan bahkan bisa menarik kalangan yang ada di lembah kelam.
Ini disampaikan Dr H Soekarwo (Pak De Karwo) Gubernur Jawa Timur. Menurutnya, Orang tertarik kepada Gafatar karena pendekatannya dengan aksinya yang nyata. Orang diajak untuk kerja nyata, membersihkan got, membersihkan lingkungan dan kerja bakti di bidang yang lain.
Dengan aksi nyata ini, banyak orang tertarik untuk bergabung. Termasuk ada yang suka mo limo (maling, madat, main, minum dan medok) juga bisa sadar karena pendekatan ini. Disebabkan ajakan nyata ini dan dilakukan terus-menerus, orang tersebut tidak sempat untuk melakukan hobinya tersebut.
Orang atau organisasi lain hanya ngomong saja, tetapi Gafatar tidak hanya ngomong. Mereka telah membuktikan dengan kerja nyata. Ini yang patut ditiru oleh orang atau organisasi lain. Jangan hanya ngomong saja tetapi harus dengan bukti nyata. Ini tentu catatan tersendiri bagi organisasi kemasyarakatan di Indonesia.
Meski Gafatar menolak ada hubungannya dengan Al Qiyadah Al Islamiyah, tetapi terlihat ada kesamaan visi dan misi antara Gafatar, Millah Ibrahim dan Al Qiyadah Al Islamiyah. Setelah Gafatar dibubarkan pun visi dan misi itu boleh jadi tetap ada. Lalu akan berbentuk apa visi dan misi itu diwujudkan pada saat mendatang. Ini tentu masih misterius.• (tulisan eff, bahan ba, lut)