MALANG — Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) diwakili anggota senat universitas di bawah pimpinan Prof Dr Muhadjir Effendy MAP dan Pembantu Rektor I Prof Dr Bambang Widagdo MM melakukan lawatan ke Jepang (08/02). Kunjungan ke Negeri Matahari Terbit ini dalam rangka memperkuat jalinan kerjasama dengan dua universitas di negara tersebut, yakni Kanazawa Technical College dan Kanazawa Institute of Technology. Rombongan UMM disambut ketua yayasan, presiden kedua perguruan tinggi, kepala internasional program, serta para ketua jurusan.
Menurut Kepala Divisi Eropa Amerika International Relation Office (IRO) UMM, Jarum MEd, UMM memperkuat dan memperluas kembali kerjasama di berbagai bidang, salah satunya di bidang kurikulum pembelajaran. “Rencananya akan dibuat kurikulum bersama, khususnya di bidang teknologi. Nantinya kurikulum ini bisa diterapkan khusus di UMM, apakah itu (kurikulum, red) akan masuk ke dalam fakultas atau akan dibuat divisi khusus di fakultas teknik,” jelasnya.
Selain di bidang kurikulum, Jarum menambahkan, kerjasama juga disepakati dalam bidang teknik dan industri. Menurutnya, Jepang memiliki banyak sekali industri atau perusahaan yang berdiri di Indonesia, oleh karenanya perlu dilakukan kerjasama untuk mengamankan perusahaan-perusahaan tersebut.
“Perusahaan Jepang akan sangat berkepentingan mempelajari aspek kultur dan sosialnya, seperti kultur kerja orang Indonesia dan bagaimana sistem recruitment di Indonesia. UMM sangat siap mentransfer itu,” ujarnya.
Jarum menuturkan, sebelumnya UMM telah bermitra dengan dua universitas swasta ini melalui pertukaran pelajar dalam program Learning Express (LEx) yang hingga kini terus berlanjut. “Bulan Maret nanti kedua universitas tersebut akan mengirimkan 18 mahasiswanya ke UMM,” ungkap pria yang juga mengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UMM ini.
Jarum menambahkan, UMM memilih bekerjasama dengan kedua universitas ini karena memiliki beberapa kekhususan dan keunikan. Kedua universitas ini memiliki program yang menyatukan kerjasama antara perguruan tinggi, industri dan juga pemerintah.
“Di sana terdapat kantor-kantor untuk industri yang menjadi mitra perguruan tinggi dan orang-orang dari perusaahan tersebut boleh berkantor ke situ. Bahkan, luas lahan yang dijadikan kantor-kantor itu dua kali lebih besar dari luas jumlah ruang kelas yang ada di sana. Jadi ketika mahasiswa atau profesor menemukan sesuatu, industri-industri itu bisa diajak berdiskusi,” paparnya.
Ke depan, Jarum berharap kerjasama yang terjalin antara UMM dan kedua universitas tersebut akan terus terjalin dengan baik. “Mudah-mudahan apa yang kita lakukan bisa terwujud dan bisa lebih luas lagi kerjasama di berbagai bidang,” pungkasnya. (Humas UMM)