Membentengi Keluarga Muslim

Membentengi Keluarga Muslim

M Muchlas Abror

Keluarga dalam arti khusus meliputi orangtua atau bapak ibu beserta anak-anaknya. Keluarga Muslim adalah rumahtangga yang bapak dan ibu beserta  segenap anaknya beragama Islam. Keluarga ini harus tangguh, teguh, kokoh, dan kuat. Kehadirannya mampu memberikan maslahat kepada dan mampu mengambil maslahat dari lingkungan dan masyarakat. Apabila menghadapi masalah, sebagai keluarga beradab, berupaya dengan sungguh-sungguh untuk dapat mengatasinya dengan kemuliaan. Ketika bertemu dengan persoalan tetap berpikir jernih dan berhati bersih sehingga dapat bertindak tenang, arif, dan bijak dalam mengatasi kesulitan.

Keluarga Muslim dalam kehidupan sehari-hari bersendi kepada Islam yang ditaati dengan kesadaran dan ketulusan. Penghasilan dan harta yang diperoleh secara halal dan baik dipergunakan untuk memenuhi hajat hidup sekeluarga (jasmaniyah dan ruhaniyah). Anak, yang menjadi dambaan setiap keluarga, terdidik dengan baik: agamanya, kecerdasannya, perkembangan sosial dan budayanya. Sedangkan orangtua sadar akan kewajiban dan tanggungjawabnya. Berikutnya, kasih sayang serta kedamaian dalam keluarga dan lingkungan.

Keluarga Muslim di Indonesia memiliki beberapa fungsi. Antara lain sebagai tempat suami-isteri untuk menegakkan rumahtangga sesuai dengan ajaran Islam. Selain itu, berfungsi sebagai tempat pendidikan dan pembinaan anak-anak keturunannya. Mereka diarahkan, misal, kepada keimanan, ketakwaan, kecerdasan, keberanian menyatakan pendapat, dan sadar akan hak serta kewajibannya sebagai warganegara. Keluarga Muslim juga sebagai tempat yang memberikan suasana dan rasa aman, tenang dan tenteram, serta bahagia.

Untuk terwujudnya keluarga Muslim yang sebenarnya, orangtua tidak kecil dan ringan tanggungjawabnya. Bapak dan ibu besar dan berat tanggungjawab masing-masing dan bersama-sama. Terutama dalam mendidik anak-anaknya. Apalagi bila dikaitkan bahwa keluarga adalah lingkungan dan tempat pendidikan pertama bagi mereka. Dalam keluargalah kecenderungan, sikap, dan kepribadian mereka dibentuk. Belum lagi ketika tiba saatnya harus mencarikan dan memilihkan sekolah yang tepat bagi tempat pendidikan mereka. Ini pun bukan perkara mudah.

Orangtua, sebagai pendidik pertama dan utama, tentu tidak boleh berlepas diri. Bahkan, perlu mengetahui buku-buku bacaan dan apa yang ditulis oleh anak-anaknya, hobbi mereka, dan teman-teman di mana mereka menghabiskan waktu. Tanpa mereka merasa diawasi, jika bapak atau ibu menemukan sesuatu yang kurang baik dari mereka hendaklah diluruskan secara ramah dan bijak. Jangan bertindak keras, apalagi kasar. Sebaliknya, bila pilihan mereka baik, orangtua hendaklah memberi pujian, dorongan, dan dukungan positif. Selain itu, orangtua harus bersikap adil kepada mereka. Tidak melebihkan yang satu atas lainnya dengan cara apa pun. Dengan sikap adil itu, maka mereka akan tumbuh dengan harga diri yang sehat, bebas dari rasa rendah diri, dan tidak saling membenci atau cemburu.

Orangtua mestilah kasih sayang dengan penuh kecintaan kepada anak-anaknya. Orangtua dengan watak dasarnya itu pastilah kepada mereka akrab dan dekat. Dengan semangat kasih sayang yang diliputi suasana keakraban dan kedekatan itu kedua belah pihak berhubungan dan berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua menyayangi yang muda (anak-anaknya) dan yang muda menghormati orangtua. Mereka menerima pendidikan, pembinaan, dan keteladanan dari orangtua dengan baik. Mereka mematuhinya berasal dari hati, bukan karena terpaksa. Kepatuhan, yang berasal dari hati, didasarkan atas cinta, sikap hormat, dan kepercayaan adalah kepatuhan kekal atau tahan lama. Sedangkan kepatuhan karena terpaksa adalah kepatuhan dangkal, tidak tahan lama dan gampang lenyap.

Kecintaan, kasih sayang, kedekatan, dan keakraban orangtua kepada anak-anaknya. Demikian pula sikap hormat dan kepatuhan mereka kepada ibu-bapak. Hubungan dan komunikasi yang berjalan baik dan lancar. Itu penting untuk membentengi keluarga Muslim dan menjadi benteng kokoh kuat yang sulit ditembus. Tidak mudah terpengaruh dan kemasukan paham, misal, radikalisme. Bahkan, keluarga ini dapat mengambil pelajaran dari peristiwa yang terjadi untuk peningkatan dakwah. Keluarga Muslim tetap terpanggil dan giat untuk terus berdakwah di masyarakat secara arif dan bijak.•

Exit mobile version