Prestasi Sosial PDM Sumbawa

Prestasi Sosial PDM Sumbawa

Sumbawa yang dikenal dengan keindahan alam bawah laut, alam pantai dan alam pegunungannya ternyata juga menyimpan keindahan hidup yang lain. Yaitu hadirnya harmonisasi umat beragama.  Umat Islam, sebagai umat terbesar di Sumbawa bisa rukun. Warga Muhammadiyah dengan warga NU misalnya saling bekerja sama. Demikian juga dengan aktivis  Muhammadiyah dan aktivis  NU. Mereka menjalin persaudaraan, kerjasama dan berbagi tugas dan waktu dalam berdakwah di masyarakat.

Kalau secara internal hubungan sesama umat Islam sudah harmonis maka hubungan dengan umat beragama lain juga harmonis. Hubungan umat Islam dengan pemerintah pun harmonis. Misalnya kalau ada perbedaan waktu dalam menjalankan shalat Idu Fitri, Muhammadiyah tidak memerlukan izin untuk melaksanakan ibadah shalat Id. Muhammadiyah cukup memberi tahu ke masyarakat dan pemerintah tentang tempat-tempat mana saja yang akan dijadikan lokasi shalat Id. Aparat keamanan menjalankan tugasnya untuk mengamankan tempat shalat Id seperti biasa.  Pengaturan ibadah yang lain juga dimudahkan oleh siapa saja karena hubungan yang harmonis tadi.

Inilah kunci menjaga harmonisasi sosial di Sumbawa. Khususnya di kabupaten Sumbawa. ”Kami, dari Muhammadiyah bersama dengan teman-teman NU dan warga NU saling menjaga perasaan dan bisa akrab. Dengan demikian kita semua bisa mengelola perbedaan  menjadi sesuatu yang indah, ” kata Ketua PDM Sumbnwa Drs, H Nazaruddin Lambaji, MSi dalam perbincangannya dengan Suara Muhammadiyah di  sebuah masjid Muhammadiyah di lingkungan kompleks Panti Asuhan Siti Zainab binti Jahsy di Sumbawa Besar.

”Kami merintis harmonisasi umat ini. Caranya sederhana. Kami berkomunikasi intensif dengan kalangan muda NU yang kami kenal cukup moderat sikapnya. Akhirnya di kalangan umat Islam tidak ada istilah kami dan kamu lagi. Tetapi umat Islam telah menyatu menjadi kita. Itulah kunci membangun dan menjaga harmonisasi umat di Sumbawa,” tambah Ustad Jam’an, Wakil ketua PDM Sumbawa yang menjadi salah satu imam di Masjid Agung Nurul Huda Kabupaten Sumbawa.
Muhammadiyah yang menurut sejarahnya sudah masuk tahun 1940 ke Sumbawa. Muhammadiyah  hidup subur sampai sekarang. PDM Sumbawa melayani masyarakat dan berdakwah antara lain lewat Panti Asuhan, Klinik PKU yang kliniknya dalam proses penyelesaian, SMA Muhammadiyah, Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School  At-Tanwir Morange, Pondok Tahfidz H Lalu Akang Zainuddin, 10 TKA ABA.

Kegigihan dan kesabaran guru-guru di SMA Muhammadiyah Sumbawa perlu mendapat apresiasi. Mengapa? Karena sekolah ini semula banyak menerima anak yang sekolah lain tidak mau menerima dan mendidiknya. Mereka anak dari keluarga yang kurang mampu dan mendapat stigma sebagai anak nakal. ”Dengan kelembutan dan kesabaran, kami bisa mendidik mereka menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, bagi keluarga, masyarakat, agama, nusa dan bangsa. Ada yang bercanda, sekolah kami mirip bengkel manusia. Bengkel yang baik. Buktinya, ada murid kami yang ketika dewasa bisa menjadi pejabat. Menjadi kepala Dinas di sebuah kantor dinas,” kata Kepala Sekolah SMA Muhammadiyah Sumbawa, Ibu Rodi’ah.

Majalah Suara Muhammadiyah dan buku-buku, serta kalender terbitan Suara Muhammadiyah begitu digemari oleh para aktivis Muhammadiyah Sumbawa. Mereka terdiri dari aktivis yang bergerak di tingkat Cabang dan Ranting. Menurut Ustadz Jam’an, sebelum ada pemekaran, semua kecamatan di Kabupaten Sumbawa sudah ada PCMnya. Setelah ada pemekaran ada beberapa kecamatan yang belum ada Muhammadiyahnya.

Muhammadiyah bisa hidup subur dan terus bergerak di Sumbawa karena sejak awal didirikan, digerakkan oleh putera dan puteri Sumbawa sendiri. Untuk meneruskan kaderisasi, para aktivis Muhammadiyah ini mengirim anak-anaknya untuk sekolah dan kuliah di Yogyakarta dan Malang. ”Mereka kami sekolahkan dan kami kuliahkan di sekolah kader dan di kampus Muhammadiyah,” kata Ibu Rodi’ah. Ada juga yang kemudian melanjutkan di kampus luar negeri, termasuk di Mesir dan Saudi Arabia.• (Mustofa W Hasyim)

Exit mobile version