Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia, DR Anies Baswedan, dengan mengajak para pejabat di Kementeriannya, bersilaturahim kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Jakarta pada 19 Januari 2016. Kunjungan Mendikbud sebenarnya yang kedua kali, tetapi kali ini membawa rombongan lengkap. Para pejabat Kemendikbud yang menyertai Pak Menteri antara lain Didi Suhardi (Sekjen), Daryanto (Irjen), Hamid Muhammad (Dirjen Dikdasmen), dan Sumarna Surapranata (Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan).
Dari PP Muhammadiyah hadir cukup lengkap, sebagai bentuk jalinan hubungan yang positif untuk bersama-sama mencerdaskan kehidupan bangsa. Termasuk dari Pimpinan Pusat Aisyiyah, Majelis Dikdasmen, dan Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah. Silaturahim berjalan akrab dan cukup lama, pembahasan berkisar tentang perkembangan pendidikan nasional dan pendidikan Muhammadiyah. Mendikbud menyampaikan kebijakan yang telah dilakukan kementeriannya dalam melakukan sejumlah terobosan bertajuk “Membangun Insan dan Ekosistem Pendidikan dan Kebudayaan yang Berkarakter”.
Di antara dorongan yang diberikann Mendikbud sebagai respons atas pembicaraan tentang pengembangan pendidikan berkualitas, ialah tentang pentingnya pengembangan pendidikan berkelas premium atau berkeunggulan. Agar dikembangkan di setiap kota/kabupaten sekolah kelas unggulan sebagaimana sekarang banyak dilakukan pihak lain, yang menjadi perhatian khususnya bagi kelas menengah ke atas, karena mereka mengejar kualitas yang tinggi atau premium.
Beralih ke Sekolah Lain
Selama ini Muhammadiyah tentu masih memiliki sekolah unggulan di sejumlah daerah terutama di kota-kota besar tertentu. Khusus untuk Sekolah Dasar Muhammadiyah relatif masih kuat, namun untuk tingkat menengah lebih-lebih menengah atas mulai berkurang terutama bila diukur dari animo masyarakat dan perbandingannya dengan lembaga pendidikan pihak lain. Dengan menghargai sejumlah perintisan sekolah-sekolah plus, alternatif, inovatif, dan kreatif kini Muhammadiyah penting untuk mengembangkan sekolah berkualitas premium atau unggulan yang merata di seluruh jenjang pendidikan.
Ada pengalaman menarik. Satu dua siswa yang direkomendasikan Pimpinan Pusat Muhammadiyah masuk ke sekolah Muhammadiyah, setelah dinyatakan diterima ternyata memilih sekolah lain yang kualitasnya dianggap lebih unggul, padahal dulu sekolah Muhammadiyah tersebut tergolong unggulan. Berarti untuk kelas unggulan saja kini bertumbuhan sekolah premium atau unggulan yang lebih tinggi yang dianggap lebih berkualitas ketimbang sekolah Muhammadiyah. Padahal dulu kekuatan sekolah-sekolah Muhammadiyah itu pada kualitasnya yang unggul.
Kini muncul sekolah dengan sistem boarding-school atau sejenisnya. Sekolah Insan Cendekia, Al-Azhar, As-Salam, dan Sekolah-sekolah Terpadu milik organisasai atau yayasan lain berkembang pesat dan memperoleh animo luar biasa dari masyarakat luas. Untuk Pondok Pesantren pun bertumbuhan yang baru, dengan kualitas premium. Sedangkan pondok pesantren lama yang masih bertahan dan terus berkembang tentu saja Pondok Pesantren Modern Gontor baik putra maupun putri di sejumlah daerah, yang menjadi pilihan utama mayoritas keluarga-keluarga umat Islam di seluruh tanah air.
Sekali lagi dengan menghargai capaian sekolah maupun pondok pesantren dan boarding-school Muhammadiyah yang menjadi kebanggaan selama ini, kini memang dituntut pengembangan sekolah dan pondok pesantren Muhammadiyah berkualitas premium atau unggulan yang perlu menjadi kebijakan nasional Persyarikatan. Tuntutan ini sangat mendesak agar masyarakat tidak lari dari lembaga pendidikan Muhammadiyah ke tempat lain. Selain itu agar institusi pendidikan Muhammadiyah tidak ketinggalan atau kalah daya saing dari yang lain. Padahal lembaga pendidikan negeri maupun swasta lain banyak yang bertumbuhan dengan kualitas premium atau unggulan yang menjadi buruan masyarakat kelas menengah ke atas yang juga makin bertumbuh jumlahnya.
Sekolah-sekolah dan pondok pesantren Muhammadiyah tidak cukup bertahan dengan yang ada selama ini. Jangan merasa puas dengan lembaga pendidikan yang masih mampu bertahan, tanpa pengembangan dan melakukan pembaruan. Apalagi bagi yang sudah dirasakan mengalami kemunduran atau ketertinggalan wajib hukumnya mendongkrak kualitas dan melakukan terobosan. Pihak lain makin tumbuh dan berkembang lembaga pendidikannya, mereka bahkan melakukan ekspansi yang luar biasa. Para konglomerat tertentu bahkan merambah ke dunia pendidikan dengan mengembangkan sekolah berkualitas terunggul karena memiliki modal, akses, dan jaringan yang luar biasa. Itulah tantangan terbesar Muhammadiyah di dunia pendidikan saat ini.
Revitalisasi Menyeluruh
Muhammadiyah belum terlambat untuk melakukan recovery atau revitalisasi lembaga pendidikan yang dimilikinya dari tingkat dasar hingga menengah dan perguruan tinggi. Muhammadiyah manakala lengah tentu selain akan tertinggal, tidak tertutup kemumgkinan pada suatu saat akan jenuh dan akhirnya mati. Tentu hal buruk seperti itu tidak diinginkan, sebaliknya harapan terbaik ialah lembaga pendidikan Muhammadiyah makin tumbuh-kembang dengan pesat yang berkualitas premium dan berkeunggulan.
Sejumlah sekolah unggulan tumbuh di sejumlah daerah sebagai hasil revitalisasi para pegiat amal usaha tersebut, sebagai komitmen untuk meningkatkan daya saing sekaligus terobosan dalam mengembangkan sekolah-sekolah berkualitas premium. Namun di banding animo masyarakat luas dan tuntutan Muhammadiyah sendiri tampaknya jumlah dan kualitas sekolah-sekolah premium yang dimiliki Persyarikatan masih kurang mencukupi. Diperlukan perluasan kuantitas dan kualitas yang lebih unggul dibandingkan dengan sekolah-sekolah unggulan milik organisasi-organisasi lain.
Langkah praktis dapat dilakukan seperti mencopy-paste sekolah-sekolah unggulan atau premium yang sudah dimiliki untuk dikembangkan di daerah-daerah lain. Bila perlu setiap satu daerah atau kawasan Pimpinan Daerah Muhammadiyah terdapat satu sekolah premium. Di kota-kota besar atau metropolitaan bahkan dapat lebih satu sekolah premium yang lebih unggul. Fokus antara lain pada usaha mengembangkan Sekolah Menengah Atas (SMA) yang unggul atau premium, juga SMP dan SD, plus TK ABA sebagai modal awal. Termasuk di dalamnya Boarding School dan Pondok Pesantren premium tertentu. Peran Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhammadiyah di seluruh tingkatan harus lebih proaktif dan strategis, tidak berhenti di urusan administratif.
Memang dengan mengembangkan sekolah premium Muhammadiyah tampak elitis. Namun jika tidak mengambil bagian maka akan diambil pihak lain, padahal bidang yang satu ini menyangkut pengembangan sumberdaya manusia yang sangat strategis. Bila perlu malah mengembangkan sekolah berkelas “pertamax”, yang lebih unggul lagi di atas premium. Sembari mengembangkan sekolah premium, tentu saja Muhammadiyah juga jangan mengabaikan atau melalaikan pengembangan sekolah medium ke bawah, yang juga harus terus ditingkatkan kualitasnya. Subsidi silang justru dapat dilakukan manakala Muhammadiyah mampu mengembangkan sekolah premium, sekaligus mengembangkan sekolah medium ke bawah.
Muhammadiyah akan bertahan di abad kedua dan seterusnya jika berada di garis depan dalam pengembangan sumberdaya manusia. Pendidikan sebagai institusi yang hadir untuk mengembangkan sumberdaya manusia tidak dapat dikelola dan dikembangkan apa adanya, lebih-lebih manakala bersifat sambilan. Lembaga pendidikan Muhammadiyah di era persaingan yang tinggi dan masif saat ini meniscayakan untuk bangkit memperbarui dan mengembangkan diri ke kualitas yang semakin berkeunggulan. Strategi memenangkan peradaban justru terletak pada keberhasilan pengembangan lembaga pendidikan, karena institusi pendidikan merupakan strategi kebudayaan yang strategis dan berjangka panjang dalam rancang-bangun peradaban bangsa sepanjang sejarah.
Menurut Prof BJ Habibie, mantan Presiden Republik Indonesia, negara dan bangsa yang mampu mengembangkan sumberdaya manusia unggul akan menguasai dunia. Sementara sumberdaya alam itu sifatnya fluktuatif.