YOGYAKARTA — Pesantren Sains (Trensains) yang digagas oleh Agus Purwanto, D.Sc., semakin menuai ketertarikan publik. Ajakannya untuk mengembangkan sains berbasis inspirasi kitab suci al-Quran mendapat sambutan di mana-mana. Selain aktif menulis buku yang mengungkap hasil penelitiannya, ahli fisika teoritis lulusan Universitas Hiroshima Jepang ini juga kerap menjadi pembicara seminar tentang Nalar Ayat-Ayat Semesta.
Bertempat di Auditorium Kampus 1 Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, pada Minggu (14/02/2016), anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini kembali menjadi pembicara dalam seminar sehari bertema “Menjadikan al-Quran sebagai Sumber Sains, Inspirasi Pembentukan dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Berbasis Al-Quran”. Tak kurang, 250 peserta dari berbagai sekolah dan universitas, tersebar dari DIY, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bandung dan berbagai daerah lainnya ikut ambil bagian dalam kegiatan ini.
Acara yang dibuka oleh ketua PWM DIY, Hakim Rahmawan ini terdiri dari lima sesi, meliputi materi Ayat-ayat Semesta, Nalar Ayat-ayat Semesta, Pesantren Sains, Mu’jizat vs Epistemologi Islam, serta materi Sains Lama dan Kepensiunan Tuhan. Dalam sambutannya, Hakim Rahmawan sangat mengapresiasi acara seminar nasional ini sebagai langkah awal untuk merebut kembali kejayaan sains di dunia Islam.
Hal itu diamini oleh M. Habibi Miftakhul Marwa, yang menyampaikan sambutan mewakili DPD IMM DIY. Dikatakan Habibi, pengembangan sains berbasis al-Quran menjadi ijtihad Muhammadiyah di abad kedua. “Harapannya, setelah kegiatan ini para pendidik bisa menyadarkan peserta didik bahwa al-Quran merupakan sumber sains dan ilmu pengetahuan,” ujar mahasiswa pascasarjana UGM ini.
Di bagian lain, Bapak Hakim Rahmawan juga memprihatinkan adanya dikotomi ilmu pengetahuan di kalangan umat Islam. “Dahulu ulama itu ya ilmuwan, semisal al-Razi. Sekarang ilmuwan merasa canggung untuk berbicara permasalahan fikih. Beruntung di Muhammadiyah ada ijma’ jama’i. Para ilmuwan ikut dimintai pendapat dalam berbagai urusan,” katanya sambil mencontohkan ketika Majelis Tarjih dan Tajdid membahas persoalan darah perempuan, maka ikut meminta pendapat para dokter dan ahli kesehatan, selain membahas dalil-dalil agama.
Ditambahkannya, “Orang yang menguasai ilmu pengetahuan di dunia itu ada dua; Yahudi dan Persia. Nama-nama tokoh saintis kalau bukan dari Yahudi semisal Isaac Newton, adalah dari para keturunan Persia, semisal Fakhruddin al-Razi, tokoh tafsir, ulama, dan juga ilmuwan,”
Sementara itu, ketua panitia penyelenggara Rahmat, menyebutkan bahwa keuntungan dari kegiatan seminar yang meliputi lima sesi ini akan didonasikan untuk pembangunan dan pengembangan pesantren sains. (Ridha)