Langkah Menjadi Sang Juara: Belajar Dari Rossi

Langkah Menjadi Sang Juara: Belajar Dari Rossi

Direktur Utama Suara Muhammadiyah Deni Asy'ari, MA

Bagi banyak orang, salah satu hal yang menarik dalam menyaksikan olah raga sirkuit MotoGP tahun 2015 di Sepang, Malaysia kemarin, adalah pertemuan antara Rossi vs Marquez. Betapa tidak, dua rider kelas atas ini, merupakan rivalitas yang sering mengalami insiden setiap turun ke lapangan. Insiden terakhir yang menjadi perhatian public adalah, ketika rider yang berjuluk The Doctor ini diketahui “menendang” Marquez di tikungan ketika lomba memasuki lap ke tujuh.

Namun terlepas dari bagaimana antusiasme public dalam menyaksikan insiden ini, ada sisi lain yang sangat menarik, bukan saja untuk disaksikan, tetapi dapat dijadikan sebagai pelajaran dan motivasi dalam kehidupan. Yaitu, bagaimana perjuangan seorang Rossi dalam menggapai impian sang juara.

Semua kita mengetahui, bahwa pada posisi star, antara Rossi dan Marquez berada pada titik star yang terpaut jauh, Marquez berada pada titik Star no 2, sementara Rossi berada pada titik Star no 26. Akan tetapi, ketika memasuki garis finish, kita menyaksikan, Marquez berada pada urut 2, sedangkan Rossi berada pada urut no 4. Pertanyaan adalah? Bagaimana Rossi bisa mencapai posisi no 4 pada garis Finish, sedangkan ia mengawali star dari titik 26. Bukankah posisi 25 hingga posisi no 4 adalah lawan yang sudah di depannya. Namun kenapa Rossi mampu berada di nomor urut 4 saat finish?

Rossi maupun kita, masing-masing akan punya jawaban, namun salah satu jawaban yang bisa kita tangkap adalah, karena Rossi menyimpan semangat dan mental untuk menjadi juara. Walaupun ada puluhan lawan yang menjadi tantangan dalam menghadangnya, namun karena kekuatan mentalnya untuk menjadi sang Juara, justru menjadikan lawan adalah motivasi bagi dirinya untuk bisa melampaui.

Dalam kehidupan kita sehari-hari, tidak jarang dalam upaya kita mencapai sebuah tujuan maupun impian, terhalang dan terkendala dengan banyak tantangan, cobaan dan sebagainya, yang kemudian membuat langkah kita terhenti, impian kita kandas, dan cita-cita kita hilang ntah kemana. Salah satu alasan yang sering mengemuka, tentunya adalah tantangan dan kendala yang ada di depan kita.

Kenapa kamu pekerja kasar? Karena saya tidak lulusan perguruan tinggi, kenapa kamu menganggur? Karena saya lulusan perguruan tinggi tidak ternama, kenapa karir mu tidak pernah naik? Karena banyak yang lebih pandai di tempat saya bekerja, kenapa usahamu tidak maju? Karena karyawan dan SDM di perusahaan saya buruk, dan sejuta alasan kendala bisa diungkapkan oleh setiap orang, ketika impian dan cita-cita-nya kandas.

Namun pertanyaan, adakah dalam kehidupan ini tanpa masalah? Tanpa kendala? Jawabannya, tentu tidak ada dalam hidup ini yang tanpa masalah. Sebab setiap manusia pertama kali keluar dari rahim ibunya, sudah ada masalah dan sebagainya yang mengikuti kelahirannya. Hanya saja, manusia selalu menjadikan masalah maupun kendala sebagai justifikasi atas ketidaktercapaian impian yang diinginkannya.

Tentu saja, kalau kita berkaca pada seorang Rossi, dia akan tetap berada di urut ke 26 pada saat finish, jika Rossi mengungkapkan alasan yang sama dengan di atas, bahwa bagaimana mungkin saya akan bisa berada di urut no 4 saat finish, sementara saya mengawali star dari titik no 26. Artinya Rossi akan menyalahi posisi starnya yang berada di no buncit. Akan tetapi nyata nya, bagi Rossi, justru posisinya yang berada di no buncit, menjadikan dirinya semakin kuat, gigih, kreatif, berani dan semangat, untuk mencapai posisi terdepan.

Artinya, bagi seseorang yang memiliki mental juara, mereka akan menjadikan tantangan dan kendala sebagai pemicu dirinya menjadi seseorang yang lebih kuat, berani, gigih, kreatif, inovatif dan semangat. Namun sebaliknya, orang yang tidak memiliki mental juara, akan selalu menjadikan kendala dan tantangan sebagai pembenar kegagalan dari sebuah impian. Mereka sangat mudah mengkambinghitamkan, kondisi di luar dirinya sebagai masalah.

Gambaran ini, tidak ubahnya seperti seseorang yang sedang naik kendaran pribadi, ketika berhadapan dengan kondisi jalan yang macet, maka dipastikan pengendara mobil pribadi akan menyalahi di luar kendaraannya, apakah bis yang lewat, motor atau becak yang menyebarang, dan sebagainya. Namun ketika seseorang tadi sedang mengendarai motor, dipastikan dia akan menyalahi bis maupun mobil yang menyebabkan kemacatan di jalan. Namun ketika dia naik dalam sebuah bis, hal yang berbeda akan diungkapkan oleh dirinya, bahwa mobil atau motor lah yang membuat jalanan macet. Potret ini, menunjukkan, bahwa persoalan dan masalah selalu ditujukan pada apa yang ada di luar dirinya.

Maka, dalam menjalani kehidupan ini, justru masalah yang paling utama dan pertama muncul bukanlah dari luar diri kita, namun masalah yang sesungguhnya adalah terdapat dalam diri kita sendiri. Bagi orang yang bermental juara, maka akan menempatkan dirinya sebagai bagian dari solusi, dan bagian dari jawaban atas berbagai masalah yang dihadapinya. Oleh karena itu, berangkat dari uraian di atas, sesungguhnya kita dapat mengubah persepsi yang selama ini ada, bahwa kendala dan tantangan adalah masalah, dengan mengubah bahwa tantangan dan kendala adalah peluang dan jalan menggapai prestasi dan kehidupan yang lebih baik.

Bahkan bagi seorang yang bermental juara, ia butuh masalah sebagai sarana untuk mendorong ia menjadi pribadi yang kuat, pribadi yang kreatif dan pribadi yang tangguh. Hanya dengan kemampuan kita melewati masalah dari masalah lah yang akan mengantar kita menuju kesuksesan. Ibarat sebuah pepatah “ air yang tenang hanya akan melahirkan pelaut yang lemah, namun laut yang bergelombang, akan melahirkan pelaut yang tangguh”.

 

Oleh: Deni Asy’ari.,MA

 

Exit mobile version