BERLIN — Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Jerman Raya, baru-baru ini mengadakan silaturahim dan obrolan santai antara aktivis PCIM Jerman Raya dan PCI NU Jerman di kediaman salah satu petinggi KBRI Berlin, Prof Agus Subiyanto, pada Hari Ahad, 14 Februari 2016. Pertemuan nonformal ini diikuti sekitar 20 orang lebih baik dari unsur PCIM maupun PCINU.
Dalam pertemuan yang hangat dan sangat cair ini, Ridho Al-Hamdi selaku ketua PCIM Jerman Raya mengungkapkan bahwa Muhammadiyah dan NU di Jerman tidak perlu lagi berdebat soal internal terus. “Kita lelah kalau ribut intern yang tidak ada ujung pangkalnya. Keberadaan kita di Jerman ini harus jadi momentum untuk sama-sama menyuarakan Islam Indonesia yaitu Islam nusantara yang berkemajuan di kancah dunia,” ungkap Ridho yang sedang menempuh studi doktor ilmu politik di TU Dortmund University.
Hal yang sama juga disampaikan oleh Zacky Khairul Umam, ketua PCINU Jerman. Zacky mengatakan bahwa dua organisasi Islam terbesar di Indonesia ini harus mengambil momentum strategis bahwa Islam dan demokrasi dapat bersatu di tengah situasi politik di kawasan Timur Tengah sedang kacau balau.
Hal ini dipertegas oleh Prof Agus bahwa Muhammadiyah dan NU harus mempromosikan bahwa demokrasi dan Islam bisa sukses di Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar di dunia.
Lebih lanjut, pertemuan tersebut membahas hal-hal yang mungkin bisa dikerjasamakan antara Muhammadiyah dan NU untuk merespon terkait isu seputar islamophobia di Eropa. Apakah berupa seminar, konferensi pers ke media Jerman, atau pelatihan. Hubungan bilateral yang baik antara Indonesia dan Jerman patut dijaga dan dibuktikan bahwa Islam itu bukan teroris dan tidak identik dengan kekerasan.
Selain itu, Ridho juga menegaskan bahwa saat ini adalah momentum yang baik bagi Muhammadiyah dan NU untuk sama-sama bermain cantik di kancah internasional melalui Jerman di saat Timur Tengah terkena badai konflik dan politik yang tidak stabil. “Siapa yang tidak tau Jerman, negara yang kuat dan mapan secara politik, ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Di sini pula ada sumber teknologi, science, kedokteran, kesehatan bahkan filsafat dan seni pun kuat di dalamnya. Jadi, tentu PCIM dan PCINU di Jerman punya nilai lebih dan nilai stategis di tingkat dunia,” tegas Ridho.
Acara ini diakhiri dengan Abendessen alias makan malam bersama. Tuan rumah yang berasal dari Surabaya sudah menyiapkan sajian rawon pedas serta makanan pendamping lainnya. (Ridho-ed. Nisa)