Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia.
Banyak makna bagi kata rahmat. Rahmat berarti belas kasihan, kurnia, berkat, bahagia; hikmat, faedah, kegunaan. Apapun makna rahmat jelas berlawanan dengan madharat. Dalam rahmat Allah bebas dari suatu bahaya apapun. Karena setiap rahmat pasti membawa kebaikan dan kebermanfaatan.
Jika terdapat seorang Muslim yang mampu berbuat baik secara sempurna dalam beribadah kepada Allah dan ‘mumpuni’ dalam memberikan manfaat bagi hamba-hamba-Nya yang lain, maka baginya bagian yang besar berupa rahmat dari sisi Allah.
Adapun sebab-sebab yang paling dominan untuk memperoleh rahmat-Nya di dunia kini dan di akhirat kelak adalah mengikuti dengan patuh dan tunduk pada semua perintah yang datang dari Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuh hati, dan menjauhi segala macam bentuk bahaya dan larangan-Nya, tanpa ada rasa sedikitpun untuk menentang-Nya, dengan disertai perasaan iman dan meneladani Rasul-Nya. Allah berfirman:
“Maka akan Aku tetapkan rahmat-Ku untuk orang-orang yang bertakwa, yang menunaikan zakat dan orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami, (yaitu) orang-orang yang mengikuti rasul, nabi yang ummi”. (Qs. Al-A’raf [7]: 156-157).
Sungguh Allah telah membuka pintu-pintu rahmat bagi segenap hamba-Nya yang bertaubat dan serius beribadah kepada-Nya. Dia menghamparkan anugerah dan kebaikan-Nya bagi siapa saja yang bersungguh-sungguh dalam berdoa, bermunajat dan memohon pada-Nya dengan kerendahan hati. Karena itulah ketika penghuni surga menempati tempat tinggal mereka di Surga Na’im, mereka mengatakan dengan jelas sebab yang mengantarkan mereka pada kebaikan yang meliputi mereka tersebut. Sebagaimana Allah menjelaskan keadaan mereka dalam surat At-Thur ayat 28:
“Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.”
Hadirin jamaah Jum’at yang berbahagia.
Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Jarir bin Abdullah ra dari Nabi saw, beliau bersabda: “Siapa yang tidak mau menyayangi (lainnya) pasti ia tidak akan disayangi”. (HR Bukhari dan Muslim).
Hadits ini merupakan ancaman yang serius bagi siapa saja yang menyepelekan dan melalaikan tindakan dan perbuatannya dari perasaan kasih terhadap makhluk siapapun, agama, keluarga, anak-anak, kerabat, sahabat, dan tetangga. Maka barangsiapa yang menginginkan rahmat Allah hendaknya ia mengasihi siapapun di antara makhluk-Nya, menghindari sikap keras lagi kasar. Sebagaimana Allah berfirman kepada Nabi Muhammad saw pada surat Ali Imran ayat 159.
Sungguh Allah Maha Adil, dan arogansi manusia terhadap lainnya tidak dapat terjadi kecuali dengan ijin-Nya. Jika ada orang yang sok kuasa atau merasa punya kemampuan untuk menahan apa yang menjadi hak orang lain, itu hanyalah bukti sebuah kesombongan. Namun tetap saja apa yang Allah tetapkan bagi hamba-Nya tidak akan berubah oleh segala bentuk kesombongan dari makhluk. “Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat, maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup melepaskannya sesudah itu. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Qs Fathir [35]: 2)
Tidak perlu ada ketakutan untuk tidak mendapat rahmat Allah. Rahmat-Nya mengalir ke setiap makhluk-Nya. Setiap yang mau dan mampu berbuat baik ada jaminan dari Allah, berupa rahmat yang luar biasa. Firman-Nya:
“Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”. (Qs Al-A’raf [7]: 56)
Dan menggapai rahmat Allah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari upaya kita menjadi orang baik dan kesungguhan kita untuk mewujudkan rahmat itu sendiri dalam kehidupan. Datangnya rahmat Allah di antaranya mesti dengan perilaku kita yang positif: beriman dengan penuh semangat, sabar, bersikap lemah lembut, berpegang teguh pada Agama Allah, mengisi hidup dengan berbagai macam kebaikan dan mengkaji al-Qur’an dengan upaya mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Semakin kita mampu mengasihi orang lain, tentu yang di langit akan mengasihi kita.
Dan mestinya kita selalu berdoa, “Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat yang paling baik.”•
Akhirnya marilah kita akhiri pertemuan yang mulia ini dengan berdoa kepada Allah SwT semoga kita senantiasa mendapat bimbingan dalam mewujudkan budaya utama dalam keseharian kita sehingga kita selalu diridlai-Nya.•
——————————
Moh In’ami, Komite MI Muhammadiyah 2 Program Khusus Kudus.