Pak Watik, itulah sapan akrab dari Dokter Ahmad Watik Pratiknya. Seorang ahli atonomi tubuh yang sangat terkenal. Namun, di kalangan Muhammadiyah, Pak Watik lebih kenal sebagai mubaligh handal yang akrab dengan tutur kata lembut dan sering memakai bahasa jawa halus meski kepada kalangan yang lebih muda.
Pak Watik mendarmabaktikan hidupnya bagi Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan menjadi anggota Majelis Tabligh, Sekretaris PP Muhammadiyah, Ketua Koordinator Bidang Pendidikan, dan Ketua Koordinator Bidang Pembina Kesehatan dan Kesejahteraan.
Dalam dunia pertablighkan, Pak Watik tidak hanya seorang Mubaligh yang hanya pandai berceramah namun beliau juga seorang yang ahli dalam membuat konsep dakwah yang lebih strategis.
Pada tahun 1985-1990, saat menjadi anggota Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Pak Watik banyak membuat terobosan-terobosan baru dalam khazanah dakwah Muhammadiyah.
Mungkin, karena latar belakang Pak Watik yang merupakan ahli anotomi tubuh, bertemu dengan Said Tuhuleley yang ahli statistic serta dikoordinir oleh seorang cendekiawan multi talenta M Amien Rais dan didukung oleh para cedekiawan Muhammadiyah yang lain, saat itu Majelis Tabligh Muhammadiyah berhasil memetakan permasalahan dakwah Muhammadiyah secara detail dan runtut sesuai dengah anatomi tubuh Muhammadiyah.
Dalam peta dakwah Muhammadiyah yang mulai disusun pada periode itu, semua organ Muhammadiyah dapat difungsikan secara optimal untuk menghadapi setiap tantangan yang berbeda.
Mulai saat itulah ide peta dakwah mulai menggelinding dan menjadi agenda Muhammadiyah secara nasional. Sejak saat itu pula beberapa lembaga Islam lain juga mulai ikut Muhammadiyah dengan membuat peta dakwah masing-masing.
Saat ini, Pak Watik sudah pergi meninggalkan warisan bangunan peta dakwah yang sangat besar yang harus kita teruskan dan kita sempurnakan. Karena dakwah tanpa peta yang jelas ibarat kapal tanpa haluan.
Selamat jalan Pak Watik,…. [k’ies]