Dalam menyikapi kemunculan gerakan-gerakan yang bersumber dari kelompok LGBT, kita harus menggunakan pendekatan yang tidak anarkis. Melainkan, memperlakukan mereka secara manusiawi sembari memberikan edukasi kepada masyarakat serta membentengi generasi muda dari perilaku ini. Alimatul Qibtiyah MSi MA PhD, Dosen KPI FDK UIN Sunan Kalijaga menerangkan bahwa LGBT merupakan bagian dari orientasi sosial, yang karena itulah harus ditanggapi dengan bijak. Menurutnya, yang paling berbahaya adalah kampanye ini menjadi sebuah gerakan sosial.
“Kalau itu dianggap menyimpang, maka yang terbaik adalah bagaimana kita membenahinya dengan bijak,” ungkapnya kepada suaramuhammadiyah.com.
Alimatul pun menyadari bahwa memang ada indikasi kelompok LGBT ini sedang membangun gerakan. Sedangkan tidak menutupi kemungkinan bahwa tidak semua yang ada ikut ke dalam gerakan ini adalah LGBT. Untuk itulah diperlukan upaya-upaya agar apa yang dilakukan kelompok ini tidak menjadi gerakan sosial. Sedangkan “Kalau memang ini menjadi gerakan maka mau tidak mau kita harus melawan. Bayangkan saja bila ada seorang heteroseksual, yang bahkan keluarganya pun heteroseksual, namun aktif dalam gerakan LGBT ini? Tentu itu akan menjadi persoalan besar,” tambah Alimatul.
Terkait pengaruhnya terhadap anak, dengan menutup-nutupi isu dan wacana LGBT itu jelas bukanlah solusi, dan tentunya sudah tidak bisa dilakukan. Hal ini dikarenakan media baik cetak maupun digital terutama media sosial sudah sering memberitakan ini. Untuk itu, upaya terbaik dilakukan oleh orang tua adalah mendampingi anaknya dalam situasi dan kondisi apapun. Yaitu dengan menerangkan berbagai informasi yang sedang berkembang pesat di luar sana secara bijak.
“Informasi yang kita berikan kepada anak tidak hanya sebatas bahaya LGBT, namun lebih luas lagi orang tua harus memberikan pendidikan seks sedini mungkin pada anak. Agar anak tidak melakukan pergaulan bebas,” paparnya.
Hal ini pun dianggap agar menjadi penyeimbang informasi yang diterima anak. Orang tua tidak bisa hanya menerangkan tentang bahaya LGBT namun anak tidak diberitahu bahaya pergaulan bebas, dan free sex terhadap lawan jenis.
“Jadi memberi tahu anak akan bahaya pergaulan bebas itu lebih pokok. Karena LGBT adalah salah satu akibat dari bahayanya pergaulan bebas tersebut,” pungkas Alimatul. (gsh-ed Thari)