Kampanye HAM dari Kelompok LGBT ini telah lama sejak lama. Perkembangan teknologi dan media sosial yang kian menjamur di masyarakat membuat gerakan ini bukan lagi bersifat sembunyi-sembunyi. Yasser Mansur, SPSi seorang Psikolog yang juga anggota Anggota Asosiasi Psikologi Islam (API) menyebutkan bahwa perlu adanya kewaspadaan terhadap gerakan ini. Karena disinyalir kelompok ini memiliki program yang mana menyasar usia remaja secara massif dan belakangan diketahui bahwa gerakan ini juga menyasar anak-anak. Mengenai penanganan serta edukasi masyarakat, penggunaan kata LGBT pun dihindari dan diganti dengan istilah ‘Penyimpangan Fitrah Seksual’ sekaligus untuk mengajak kembali kepada fitrah manusia, yaitu laki-laki dan perempuan.
“Penggunaan konsep fitrah seksualitas saya kira tepat. Karena, jika menggunakan LGBT malah kita akan seperti mengkampanyekan mereka. Dengan semakin banyak kita mengungkit istilah LGBT, akan semakin maka akan semakin tenar,” ungkap Dosen yang juga bergelut di Lembaga Konseling dan Psikoterapi Ahmad Dahlan Center Makassar ini.
Di lain sisi beberapa basis-basis masyarakat, masih memiliki pemahaman yang lemah tentang adab laki-laki dan perempuan, etika, serta masalah-masalah pergaulan anak. Sesuai dengan hadist yang menyebutkan bahwa ajarkanlah anakmu memanah, berkuda, ajarilah ia shalat, lalu pisahkanlah tempat tidurnya ketika sudah beranjak di usia tertentu. Islam sendiri sudah mengantisipasi, dan menjelaskan bagaimana menyikapi fenomena ini.
“Dibutuhkan peran ortu dalam keluarga, guru dan bahkan negara agar anak atau seseorang dapat beradab dengan baik. Bagi yang memiliki adab menyimpang kita harus bantu luruskan dan menata kembali sesuai adab Indonesia,” paparnya.
Berbicara mengenai istilah fitrah, di dalam Al-Quran dan Hadist pun sangat jelas menjelaskannya. Yasser menambahkan bahwa manusia diciptakan dari jenis laki-laki (zakarin) dan perempuan (untsa) sedangkan yang lekat dengan kelompok LGBT, manusia memiliki lebih dari 2 fitrah seksual. Untuk membentuk atau melanjutkan keturunan dilalukan dengan cara menikah. Pernikahan itu dilakukan dengan berbeda jenis, itulah yang akan membawa kebahagiaan atau sakinah.
“Itulah fitrah hakiki manusia. Bagi yang menyimpang atau berlaku faahisah (keji) maka ditolong agar sesuai fitrahnya,” tambah Yasser.
Yasser pun menyebutkan beberapa bentuk penanganan atau layanan konseling serta edukasi yang telah dilakukan melalui Ahmad Dahlan Center dan API. Di antaranya dengan membuat slogan-slogan, jargon-jargon yang tidak melawan secara masif terhadap kampanye kelompok ini. Akan tetapi secara perlahan mengajak dengan kebaikan untuk kembali ke fitrah. Penanganan yang dilakukan yaitu secara holistic atau menyeluruh dengan istilah biopsikososial spiritual, melalui konseling, dengan terapi.
“Itu juga yang menjadi prinsip layanan konseling kita. Dan tentunya kita tidak menghujat mereka dengan mengatakan itu haram, atau mengatakan itu adalah penyakit. Maka kita rangkul mereka kembali dengan ud’u ila sabili rabbika bil hikmah,” lanjutnya
Manyikapi pertanyaan yang muncul dari anak-anak terkait dengan informasi yang beredar dengan bebas, Yasser mengatakan bahwa orang tua hendaknya memberi pemahaman yang baik. “Lebih baik mengenai fitrah seksual ini dipahamkan kepada anak jika memang mereka bertanya, karena itu berarti mereka butuh informasi,” tandas Yasser. (Thari)