Dengan mengutip nasehat dari tabiit-tabiin Yahya Ibnu Mandah Abdullah AnNaisaburi, Prof Dr Amien Rais mengingatkan bahwa musuh manusia itu pada dasarnya hanya ada tiga.
Dunia yang ada di sekitarnya, syetan yang mengelilinginya, dan hawa nafsunya. Hal ini disampaikan oleh Amien Rais dalam khutbah Jumat (26/02) di Mesjid gedhe Yogyakarta tadi siang.
Sebagai muslim yang berakal, menurut Bapak Reformasi Indonesia ini, kita harus selalu mewaspadai tiga musuh itu selama hidup kita di dunia.
Menganggap dunia sebagai musuh bukan berarti kita harus “ngemohi” atau meninggalkan dunia dan hidup dalam gua-gua.
Dunia harus dilawan dengan sifat zuhud, nrima ing pandum, mensyukuri yang didapat, dan jagan sampai diperbudak oleh dunia.
Dalam banyak riwayat kita tahu bahwa dunia ini sebenarnya sangat remeh. Dunia ini tidak lebih ringan daripada sayap nyamuk. Karena remehnya dunia ini, Allah Yang Maha Agung memperbolehkan orang kafir dan orang zalim untuk minum dan menikmati dunia ini.
Dunia ini juga sangat sempit bila dibandingkan dengan kehidupan akhirat. Sempit seperti tali busur, walau direntangkan sekuat tenaga, tidak akan melebihi satu hasta. Namun, sejarah juga mencatat banyak manusia yang terperdaya oleh hal yang sangat remeh dan sempit ini.
Banyak peperangan tercipta karena urusan dunia. Jerman bererang melawan sekutu dala perang dunia. Juga ketika Amerika menghajar Saddam. Semua karena urusan dunia. Amerika ingin menguasai minyak Irak, bukan karena Saddam tidak demokratis. Kalau Saddam dihajar karena tidak demokratis, maka masih terlalau banyak rezim lain yang jauh lebih tidak demokratis dan lebih menindas rakyatnya dibanding Saddam Husein.
Pada umat Islam sendiri, masalah dunia ini juga masih berat. Banyak umat Islam yang ketika sampai urusan harta, tangannya seolah memakai sarung tinju. Sangat sulit melepaskan sebagaian harta yang ada padanya. Akibatnya, banyak lembaga pendidikan dan lembaga sosial serta umat Islam lain yang terbengkalai.
Dalam keadaan seperti ini, sepertinya ayat Al-Qur’an tentang janji Allah yang akan melipatgandakan pemberian di jalan Allah dengan perumpamaan sebutir padi yang tumbuh menjadi tujuh tangkai yang tiap tangkainya berisi seratus butir itu seakan dilupakan.
Memang pada awalnya sangat berat untuk melepas sebagian harta yang ada di tangan kita. Namun kita harus selalu mencoba dan mencoba lagi untuk terus berinfak tambahan disamping yang wajib 2,5% itu.
“Awalnya memang berat tapi lama-lama akan terasa ringan. Percayalah, Allah itu mempunyai super computer yang menghitung semua infak kita lepas. Banyak orang bakhil yang tiba-tiba jatuh mlarat. Maka, jangan sampai kita diperbudak oleh dunia”, tandas Amien Rais. [k’ies]