Suatu sore Pak AR kedatangan tamu dari daerah Banyumas. Kebetulan yang menerima Pak AR sendiri. Kata Sang Tamu : ”Apa betul ini rumah Pak AR?” “Betul” Kata Pak AR. Tanya Tamu ; “Apa saya bisa ketemu Pak AR?”. Jawab Pak AR ; “Bisa. Mari salahkan duduk!”
Tamupun masuk ke rumah dan Pak AR menyuruh salah seorang putranya untuk mengambilkan teh panas dan sekadar makanan kecil. Kemudian terjadilah percakapan ringan sekitar Muhammadiyah di daerah Banyumas dan kegiatan Muhammadiyah di sana.
Percakapan terhenti karena terdengar azan maghrib. Oleh Pak AR Sang Tamu disuruh menempatkan tasnya di kamar dan mempersilahkan tamu berwudhu kemudian diajak ke masjid.
Selesai jamaah di masjid Besar Kauman, Sang Tamu diajak pulang, kemudian makan malam bersama terus duduk-duduk lagi sampai terdengar azan Isya. Sang Tamu diajak lagi ke masjid dan setelah selesai jamaah pulang lagi. Sampai di rumah sang Tamu diajak duduk sambil ngobrol kesana-kemari tentang dakwah Islam dan aktifitas Muhammadiyah sambil sekedar menikmati hidangan ringan.
Di sela-sela ngobrol itu, Sang Tamu sering bertanya : “Apa bisa ketemu Pak AR” dan oleh Pak AR dijawab: “bisa”. Setelah agak larut, Sang Tamu dipersilahkan beristirahat. Ketika azan subuh tiba, Sang Tamu dibangunkan dan diajak ke mesjid untuk jama’ah. Sampai saat itu Sang Tamu belum sadar kalau yang selalu menemaninya itu Pak AR. Selesai shalat subuh ketika pulang Sang Tamu selalu melihat orang-orang yang bertemu dengan Pak AR mengajak berjabat tangan sambil tersenyum.
Pada saat Pak AR sedang berbincang-bincang dengan orang lain Sang Tamu bertanya kepada salah seorang jama’ah masjid Besar Kauman, siapa beliau itu kok selalu diajak jabat tangan oleh setiap jama’ah, baik yang tua maupun yang muda bahkan anak-anak yang bertemu. Jamaah tadi heran dan bertanya ; “Lho kan beliau tadi berangkat ke mesjid dengan bapak. Beliau itu Pak AR mubaligh di Kauman sini.” “Oo, itu to Pak AR”, kata orang itu sambil tersenyum dan mantuk-mantuk (mengangguk-angguk).
Ketika pulang sambil berjalan tamu itu berkata : ”Jadi bapak ini Pak AR to” “Iya” ; kata Pak AR. “Kok waktu ketemu bapak tidak mengaku bahwa bapak Pak AR? ” Kata Sang Tamu. Jawab Pak AR ; “Saudara kan tidak tanya, ‘apakah bapak Pak AR’ to. Saudara kan hanya tanya ; “Apa bisa ketemu Pak AR?” to. Dan saya jawab ; “bisa”. Dan yang lebih penting saya ingin lebih dekat dengan Saudara. Tamu tersenyum dan manggut-manggut.