Yogyakarta- Memasuki usia yang ke-35, pada 1 Maret 2016, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta diharapkan untuk mampu mengembangkan sayap pencerahannya. Nilai-nilai utama yang dibangun sejak awal mula berdirinya universitas ini harus bisa dimaknai dan konstekskan dalam ranah global dan kekinian. Setidaknya ada tiga nilai utama yang menjadi landasan bagi setiap gerak langkah civitas akademia UMY, yaitu; keikhlasan, keutamaan, dan kebersamaan. Hal ini dikemukakan oleh M. Alfian Darmawan, dalam khutbah jumat (26/02/2016) di masjid K.H. Ahmad Dahlan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Universitas yang sudah lama dicita-citakan oleh Prof. Dr. Kahar Muzakkir ini mulai terbentuk ketika Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui Majelis Pengajaran meresmikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November 1960, mencantumkan FKIP sebagai bagian dari Universitas Muhammadiyah. Barulah pada Maret 1981, secara resmi didirikan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, yang kemudian berkembang hingga saat ini.
Menjadi salah satu universitas terbaik kebanggaan Persyarikatan Muhammadiyah, selain UMM dan UMS. Saat ini UMY memiliki tagline unggul dan islami. Unggul dalam keilmuan, pengetahuan, dan wawasan. Islam dalam artian memiliki nilai-nilai keluhuran dan ketawadhuan, sesuai dengan akhlak islam. “Kedua nilai ini ibarat koin mata uang. Tidak bisa dipisahkan. Moment milad ini penting bagi UMY untuk merefleksikan tujuan dari UMY itu sendiri,” ujar salah satu pendiri UMY itu.
Menurutnya, andaikan hanya unggul dalam pengetahuan tanpa dibarengi oleh pendalaman agama, penanaman nilai-nilai moral, keluhuran akhlak, dan ajaran-ajaran substansif dari Islam, maka akan melahirkan sikap kesombongan, egois, elitis, arogansi keilmuan atau diistilahkan dengan satanisme intelektual. Hal ini sama dengan apa yang dialami oleh Iblis dalam QS. Al-Baqarah ayat 34; “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kamu kepada Adam, maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”
Pimpinan Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah ini juga mengharapkan segenap civitas akademika untuk menonjolkan nilai ketawadhuan dalam bersikap, demi menggapai visi, orientasi, dan prestasi. “Setiap kita adalah pemikul sejarah masa lalu dan masa depan,” katanya sambil mengutip ayat dari surat al-Hasyr ayat 18 berikut; “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Ribas)