Mantan Kabais TNI: Deradikalisme Itu Mubadzir

Mantan Kabais TNI: Deradikalisme Itu Mubadzir

Teroris itu ditakuti karena dia bisa meledakkan bom, untuk mencegah dan memberantas terorisme adalah mencegah mereka supaya tidak bisa melakukan hal itu. Rumusan mencegah terorisme secara sederhana ini dikemukan oleh Mantan Kabais TNI, Laksda TNI (purn) Soleman B Ponto saat menjadi pembicara di seminar yang diadakan oleh Majalah Suara Muhamadiyah, Senin 29 Februari 2016.

Menurut Soleman B Ponto, setidaknya ada 9 unsur yang membentuk terorisme yaitu  adanya pemimpin, tempat latihan, jaringan, dukungan logistik, dukungan keuangan, pelatihan, komando dan pengendalian, rekrutmen, serta daya pemersatu. Apabila satu dari sembilan unsur diambil, maka terorisme akan dapat dimatikan.

Program deradikalisme yang sekarang dilakukan, adalah untuk memperlemah unsur kesembilan yaitu daya pemersatu. Dalam hal ini adalah pemahaman agama.

Oleh karena selama ini terorisme seringkali dikaitkan dengan agama tertentu, maka ketika deradikalisme ini digunakan untuk pemberantasan terorisme maka tidak terelakkan akan berhadapan dengan agama. Dan bisa dipahami sebagai upaya melemahkan ajaran agama.

Walaupun lebih soft, moderasi pun juga akan mengalami hal yang sama. “Moderasi akan dianggap sebagai upaya melemahkan ajaran agama. Karena selama ini organisasi terorisme pada umumnya menggunakan agama sebagai daya pemersatu,” katanya.

Oleh karenanya, kalau hanya berkutat di deradikalisme saja, maka masalah pemberantasan terorisme ini hanya akan berputar-pitar di situ.

Menurut Soleman, orang yang berpikir dan berprinsip radikal itu tidak akan menakutkan siapapun selama dia tidak bisa berbuat apa-apa. Ada delapan unsur lain yang bisa digarap untuk mencegah mereka bisa berbuat.

“Biarkan saja dia berteriak-teriak tentang apa saja, selama dia tidak berbuat yang membahayakan maka orang-orang pasti hanya akan menganggap dia itu sebagai orang gila”. Tandas Soleman. [k’ies]

 

Exit mobile version