Sering kali kita umat Islam, menyempitkan makna jihad dengan arti perang. Konsekuensinya, berperang adalah mengangkat senjata. Terlebih lagi stigma yang kadangkala dibangun oleh orang-orang yang tidak begitu memahami agama Islam, sehingga mengidentikan Islam dengan agama yang mengajarkan kekerasan. Seperti halnya pengalaman yang pernah dialami oleh Rangga Almahendra Ph.D, ketika bermukim di Eropa. “Saat saya belajar di Wienna (Austria), sulit sekali mencari makanan halal, selain itu stigma agama teroris terhadap Islam, juga masih terasa,” terangnya dalam acara rutin Kajian Malam Sabtu (Kamastu).
Acara yang digawangi oleh Angkatan Muda Muhammadiyah Daerah Istimewa Yogyakarta ini, mengisi kajian dengan bedah film “Bulan Terbelah di Langit Amerika”. Bertempat di gedung Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Yogyakarta, ruangan tampak penuh sesak oleh hadirin yang kebanyakan adalah anak muda. Diawali dengan nonton bareng film “Bulan Terbelah di Langit Amerika” terlebih dahulu, acara Kamastu kemudian dilanjutkan dengan diskusi. Tak tanggung-tanggung, yang menjadi pemantik diskusi adalah Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra sendiri.
Dalam diskusi tersebut, Rangga Almahendra menyerukan pada kaum muda untuk berjihad dengan pena. “Yang sedang kita alami saat ini adalah maraknya pemberitaan yang menyudutkan umat Islam, dimana kita dikesankan saling berebut kekuasaan, dibuat ragu dengan agamanya, dan saling bertengkar untuk urusan remeh,” jelas suami Hanum Salsabiela Rais ini. “Oleh karena itu, mari kita suarakan aspirasi tentang Islam yang sebenarnya, dengan pena,” tambahnya. “Kalau dulu Musa punya tongkat, sekarang kita punya pena yang bisa digunakan untuk mengangkat derajat umat Islam,” tandasnya sembari mengisahkan Musa yang mempunyai tongkat sakti untuk menyelamatkan umatnya dari kejaran Fir’aun. (GR-ed Th)