Oleh : Budi Asyhari
Tafsir al-Jalalain, kitab tafsir yang sangat popular di kalangan santri. Hampir tidak ada santri yang tidak mengenal kitab ini. Kitab tafsir yang sangat sederhana dan handy: mudah dipahami dan hanya satu jilid. Tafsir al-Jalalain yang arti harfiahnya “tafsir dua Jalal” ini adalah kitab tafsir Al-Qur’an yang awalnya disusun oleh Jalaluddin al-Mahalli pada tahun 1459, dan kemudian dilanjutkan Jalaluddin al-Suyuthi (muridnya) pada tahun 1505.
Tafsir al-Jalalain adalah tafsir yang paling luas tersebar di dunia Islam dan yang paling banyak dibaca, termasuk di Indonesia. Di Aceh, kitab tafsir ini bahkan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dayah.
Jalaludin al-Mahalli mengawali penulisannya dari awal surah al-Kahfi sampai akhir surah al-Nas. Setelah itu, ia baru menafsirkan surah al-Fatihah sampai selesai. Al-Mahalli tidak mampu melanjutkan penulisan karena kemudian dia sakit dan wafat. Sepeninggal al-Mahalli, Jalaluddin al-Suyuthi melanjutkan pekerjaan gurunya. Ia memulai dari surah al-Baqarah sampai surah al-Isra’.
Tafsir ini diakui sebagai tafsir yang sangat banyak memberikan manfaat. Metodenya sangat sederhana dengan menyebutkan makna dari setiap ayat Al-Qur’an. Maknanya disandarkan hanya kepada riwayat yang paling kuat. Selain itu, tafsir ini juga memberikan catatan tentang kedudukan kalimat, memberikan penjelasan tentang perbedaan qiraat pada tempat-tempat yang terdapat perbedaan berdasarkan qiraat yang termasyhur. Pengarangnya juga menghindar sama sekali dari penjelasan yang bertele-tele, sehingga setiap penjelasan yang ada benar-benar cermat dan tepat.
Keistimewaan lain kitab tafsir ini, meskipun ditulis oleh dua orang pakar yang berbeda, tidak ditemukan dalam kitab ini perbedaan pada gaya penafsiran,. Ini menunjukkan ketepatan dan kecermatan yang luar biasa, baik dari pengarang utamanya, Imam Al-Mahalli, atau pun penerusnya, Imam al-Suyuthi.
Imam Jalaluddin al-Mahalli adalah mufassir berkebangsaan Mesir. Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Ahmad bin Hasyim al-Mahalli al-Mishri. Namun, ia lebih dikenal dengan sebutan “Jalaluddin al-Mahalli”. Al-Mahalli dinisbahkan pada kampung kelahirannya, Mahalla al-Kubra, sebelah barat Kairo, tak jauh dari Sungai Nil. Imam Jalaluddin al-Mahalli banyak menguasai berbagai disiplin ilmu. Selain ahli tafsir, ia juga faqih (ahli hukum Islam), ahli kalam (teologi), ahli ushul fiqh, ahli nahwu, dan menguasai mantiq (logika).
Sementara, Imam Jalaluddin al-Suyuthi banyak memperdalam ilmu-ilmu agama dan bahasa, mengarang buku-buku kesusastraan, dan menaruh perhatian besar pada sejarah, politik, dan kehidupan sosial. Ia adalah salah seorang sastrawan paling terkenal pada abad kelimabelas. Nama lengkapnya Abdu al-Rahman bin Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiq al-Khudhari al-Suyuthi, dan diberi gelar “Jalaluddin”, yang berarti “Yang Mulia”. Al-Suyuthi dinisbahkan pada tempat asal dan tempat hidup seluruh leluhur, termasuk ayahnya, sebelum berpindah ke Kairo.