Sampit–Menurut teori, penyebab kemiskinan hanya ada dua; secara alamiah dan secara artifisial atau buatan (struktural). Kemiskinan di Indonesia termasuk dalam kategori kedua, karena secara alamiah didukung oleh ketercukupan Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia yang melimpah dan berkualitas. Untuk itu, Muhammadiyah terus mengingatkan pemerintah dan politikus di negara ini untuk tidak lagi menciptakan kebijakan ekonomi-politik yang merugikan rakyat kecil dan kelompok marjinal, sehingga tidak dapat bangkit dari kemiskinan dan ketidakberdayaan.
“Kemiskinan bisa karena sistem politik yang tidak memungkinkan seseorang menjadi kaya. Ini disebut kemiskinan struktural. Dia rajin tapi sistem yang tidak memberinya kesempatan untuk menjadi kaya,” ungkap Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Dr. Abdul Mu’ti, M.Ed., di Sampit, pada Jumat malam (4/3), saat menghadiri Musyawarah Daerah (Musyda) Muhammadiyah dan Aisyiyah Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Menurutnya, selain sistem politik, kemiskinan juga bisa disebabkan terbatasnya ilmu atau sumber daya manusia, dan faktor kemalasan. Namun alasan adanya sistem ekonomi politik yang tidak tepat dan persaingan dalam skala global merupakan penyebab utama yang sangat merugikan rakyat.
Keberadaan politik diakui berpengaruh besar terhadap rakyat. Kebijakan-kebijakan yang dihasilkan cukup kuat dipengaruhi oleh sistem dan proses politik. Jika sistem politik tidak berpihak pada kepentingan rakyat kecil maka akan tergambar pada kebijakan yang dihasilkan.
Abdul Mu’ti juga mengingatkan kepada seluruh warga Muhammadiyah yang mendapat kepercayaan menjadi pemimpin maupun jabatan lainnya untuk mengedepankan kepentingan rakyat. Setiap kebijakan yang akan diambil, harus dipertimbangkan secara matang kemungkinan dampaknya terhadap masyarakat. Muhammadiyah menginginkan kadernya selalu berjuang dan memikirkan solusi terhadap nasib rakyatnya. Sistem politik harus mendorong pada kebijakan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada rakyat untuk berubah menjadi sejahtera.
“KH Ahmad Dahlan menyatakan, Muhammadiyah tidak ingin pemimpin yang gaib. Banyak pemimpin yang kalau rakyatnya ada masalah, dia hilang entah ke mana. Tapi kalau masalah selesai, dia datang bak pahlawan,” kata Mu’ti kepada antaranews.com.
Muhammadiyah didirikan untuk menjawab kegelisahan-kegelisahan seperti ini. Melalui berbagai kegiatan amal dan usahanya, warga Muhammadiyah diharapkan mengambil peran dalam mendorong terciptanya sistem ekonomi, politik dan pemerintahan yang kebijakannya benar-benar berpihak kepada rakyat kecil dan lemah (mustadl’afin).
Acara Musyda Kotawaringin Timur yang ke IV ini turut dihadiri oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalimantan Tengah HM Yamin Muchtar, Wakil Bupati HM Taufiq Mukri dan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kotawaringin Timur Akmal Thamroh, dan tamu undangan lainnya. (Ribas)